"eomma" sang empu yang di teriaki pun menoleh kesana kemari mencari sumber suara siapa yang telah memanggil namanya itu.
Perawakan tubuh dengan rambut hitam panjang di sertai kacamata yang bertengger di ceruk hidung mancungnya menambah kesan cantik di sana.
Gadis itu menatap wanita yang ia panggil ibu dengan senyum yang merekah di sertai tangan yang melambai semangat.
Wanita itupun membalas senyum sang putri tak kalah manisnya, ia berjalan perlahan menuju dimana putrinya berada saat ini.
Ia peluk tubuh tidak terlalu tinggi putrinya itu sangat erat dengan elusan yang lembut di pucuk kepala sang putri.
"Kenapa menghampiri eomma, apa kerjaan mu sudah selesai nak?". Pelukan itu ia lerai kemudian menangkup pelan kedua pipi lawan bicaranya.
"Aku merindukan eomma, lagi pula tidak masalah jika aku libur satu hari saja hal itu tidak akan membuat perusahaan ku bangkrut". Ucapnya dengan tersenyum sombong pada sang ibu.
"Kau ini" wanita itu menggeleng, sudah tidak heran baginya karena baik kedua putrinya yang lainpun akan melakukan hal yang sama jika saling merindu, bahkan suaminya sendiripun seperti itu, hanya satu orang yang tidak pernah melakukan hal konyol, dia putri bungsunya.
Padahal menurutnya bertemu di mansion juga setiap hari tapi entah kenapa sikap mereka selalu seperti ini.
Awalnya keluarganya biasa saja dan selalu fokus pada kerjaan dan kegiatan masing-masing namun semenjak kejadian kurang lebih 5 tahun kebelakang membuat mereka menjadi semakin dekat.
"Jisoo sendiri kesini?" Gadis itu hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan sang ibu.
Jisoo, gong jisoo anak pertama dari keluarga gong, di usia yang masih menginjak 25 tahun dirinya sudah sangat sukses, ia berhasil mendirikan perusahaan, walaupun tidak sebesar milik sang ayah namun pencapaian itu cukup mampu membuatnya dan keluarga bangga. Perusahaan yang ia bangun dari nol itu di beri nama sooyas group
"Eomma jisoo lapar".
"Aigo putri eomma belum makan rupanya, baiklah ayok ikut eomma ke ruangan nanti biar asisten eomma membawakan makanan untuk kita" wanita itu menggandeng lengan sang putri untuk di ajak masuk ke ruangan miliknya.
"Dokter Hye Kyo"
Tangan yang semula sudah menggenggam gagang pintu seketika ia urungkan kala lagi dan lagi seseorang kembali memanggil namanya.
"Wae?" Tanyanya halus
"Pasien di Ruang 403 mengalami kejang dan harus segera mendapatkan pertolongan"
"Pergilah terlebih dahulu, aku akan menyusul"
"T-api?"
"Aku tidak akan lama, pergilah" setelah mendapat usiran halus dari atasannya, suster itu membungkuk sopan kemudian berlalu begitu saja.
Song Hye Kyo, wanita berusia 40 tahun berparas cantik. Ia bekerja di rumah sakit song hospital milik sang ayah sekaligus penerus rumah sakit tersebut, memiliki empat putri yang sangat cantik dan memiliki otak pintar sepertinya, wanita ini sangat beruntung karena di cintai begitu besar oleh sang suami.
"Jisoo, mianhae eoh, tunggu di ruangan eomma dulu eomma akan memeriksa pasien setelah itu kita akan makan bersama" ucapnya dengan raut wajah bersalah.
"Gwenchana eomma, jisoo akan menunggu"
Hye Kyo tersenyum lirih kemudian mencium kening sang putri setelahnya pergi dengan terburu-buru.
Gadis itu menatap punggung sang ibu hingga benar-benar menghilang dari pandangannya, ia menghela nafas pasrah kemudian masuk ke dalam ruangan mewah sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
1825 days
RandomMenunggu adalah sesuatu hal yang sangat berat untuk dilakukan bagi sebagian keluarga, tapi tidak bagi keluarga Gong. "lebih baik menunggu keajaiban datang daripada harus kehilangan". Kalimat itu yang selalu mereka katakan pada setiap orang. 🏅: 15...