Joan's POV
"Deza!" Gue berlari ke arahnya yang tidak sadarkan diri. Saat hendak menggendongnya, Junta mendorong gue dan dengan cepat ia memeluk tubuh Deza.
"Za, bangun Za, Deza!" Ucap Junta menggoyangkan tubuh yang tidak sadarkan diri tersebut.
Gue ingin mendekat namun ia berteriak ke arah gue.
"Ambulan! Cepat panggil ambulan!" Ucap Junta memerintah.
Dengan cepat gue mengambil handphone dan memanggil ambulan.
Tidak lama ambulan datang, saat ingin masuk menemani Deza, Junta kembali menahan gue.
"Ini semua gara-gara lo, anjing" Ucapnya menutup pintu ambulan. Meninggalkan gue sendiri dengan penyesalan.
.
.
.
Gue melampiaskan kekesalan dengan menghabiskan alkohol. Gelas demi gelas habis. Panggilan dari Mommy dan Daddy gue hiraukan.
Apakah Deza baik-baik saja? Kalau dia sadar apakah dia mau bertemu gue lagi? Bagaimana bisa gue kembali membuat jarak antara kami?
Pantaskah gue untuknya? Apakah ia senang jika kembali dekat bersama gue? Atau justru ia lebih bahagia tanpa gue?
"Argh! Ha haha ha hargks!"
Gue menangis dalam alkohol yang memabukkan.
.
.
.
Semenjak kejadian hari itu gue tidak mau mengganggunya lagi, lebih baik asing dari pada harus menderita. Sepertinya kami memang seharusnya tidak saling mengenal. Mari kembali menjadi asing, lebih asing.
Melihat Deza jalan menuju halte, gue abaikan. Tidak lagi mengganggu atau bertukar kata sedikitpun dengannya selama di kelas, mengabaikannya setiap berpapasan di lorong sekolah, tidak lagi menunggunya di Cafe, dan tidak lagi peduli dengan apapun tentangnya. Gue akan fokus pada pacar gue, Lily.
Namun sulit, setiap kali mengabaikannya rasa kesal muncul, kesal pada diri gue sendiri. Apalagi melihat Deza tambah dekat dengan Junta, Deza yang setiap pulang sekolah selalu dijemput oleh Junta di depan sekolah. Kenapa kedekatan mereka harus terlihat oleh mata gue? Sakit, rasanya sakit. Tapi gue nggak tahu kenapa bisa sesakit ini? Dan di mana letaknya? Kenapa kepala gue terasa penuh? Kenapa dada gue terasa sesak? Satu bulan lebih, Semakin gue mengabaikannya semakin senyuman manis dengan lesung pipi itu muncul, ia yang memeluk gue saat takut, ia yang tertidur di bahu gue, ia yang menggosok punggung gue dan wajahnya yang hangat mengobati memar gue.
Dan malam ini gue melihatnya di pameran dengan Junta sedang melakukan foto bersama, mereka terlihat dekat, Deza mengembangkan senyumannya. Matanya terlihat hidup menatap kamera di depannya. Sungguh berbeda jika berada di samping gue.
Dan saat gue hendak menghirup udara segar di luar, tidak sengaja melihat Junta dan Deza sedang ingin berciuman, mata mereka terkunci saling menatap. Dari mana air mata ini muncul? Gue segera pergi.
.
.
.
Di rumah, gue pulang seperti orang yang kehilangan semangat hidup. Wajah dengan tatapan kosong, adegan Junta dan Deza masih berputar di kepala gue.
"Ingin memanah?" Daddy muncul, sepertinya ia tahu kalau anaknya ini sedang sedih. Ia menuntun gue ke taman belakang.
"Hidup itu selalu ada masalah, maka kita harus selalu siap, dengan berbagai solusi" Ucap Daddy mulai mengeluarkan motivasinya sambil memposisikan anak panah pada busur.

KAMU SEDANG MEMBACA
(BL/BxB) Kita Ini Apa? What Are We?
Teen Fiction🔞❗🔞❗🔞❗Sepasang teman kecil, salah satunya menyimpan rasa dan akhirnya mengutarakannya. Namun itu justru awal mula masalah yang akan ia hadapi.