Deza's POV
Setelah menolak pernyataan cinta dari Joan, gue menangis memeluk diri sendiri di kamar, mengingat kata demi kata yang ia ucapkan tadi. Perasaannya yang gue harapkan dua tahun lalu kini mengganjal bagi gue.
Berjalan ke laci, mencari sebuah bingkisan kecil yang sudah usang jelek bentuknya karena diinjak-injak oleh Joan. Ingatan akan hari di mana gue ditolak olehnya, gue memandangi bingkisan tersebut berharap isinya baik-baik saja, dan bisa gue serahkan lagi ke Joan. Tapi, kapan?
Gue bingung, tidak tahu apakah gue masih mencintainya. Nyaman? Tentu berada di dekatnya sangatlah nyaman, apalagi dengan perhatian-perhatian yang ia berikan. Sejak kapan ia menyukai gue? Oh tidak, apa ia mengatakan itu dengan sungguh-sungguh?
Hal yang sangat mengejutkan bagi gue, sampai tidak tahu harus merespon apa. Namun gue sadar, akan ada hal menyakitkan jika kami bersama. Joan masih bersama dengan Lily. Ia juga dari keluarga dengan latar belakang yang tidak biasa, kehadiran hubungan kami akan menghancurkan masa depan dan impian Mommy & Daddynya. Terkadang cinta memaksa untuk egois, namun gue tidak mau hanyut dalam hal itu, semoga.
Ping
Joan: "Lo udah sampai rumah dengan aman, kan?"
Joan: "Gue bakal nunjukin kalau gue benar-benar serius"
Joan mengirim foto
gue hanya membaca notifikasi di layar handphone, kemudian memblokir kontaknya. Bisa, gue harus bisa melupakannya.
.
.
.
Sial, apa-apaan ini? Joan membunyikan klakson mobilnya berkali-kali di depan rumah. Sampai mama menyuruh gue untuk cepat-cepat bersiap.
Apakah Joan tuli dan tidak peka? Apa ia lupa apa yang gue katakan semalam.
"Ma, Deza mohon bilang ke Joan kalau Deza sudah berangkat"
"Lah, kenapa? Kasihan lo dia udah semangat banget tuh di luar" Harusnya gue sudah menduga kalau mama pasti berpihak ke Joan.
"Joan ada pertandingan pagi ini ma, jika ia mengantar Deza ke sekolah maka ia akan terlambat ke lokasi lombanya"
"Begitu kah? Lomba apa?"
"Uhmmm, ba-basket" Ucap gue gugup berbohong.
"Baiklah" Fiuh, syukurlah.
.
.
.
Tahu hal gila apa di sekolah hari ini? Di depan sekolah, Joan menunggu gue masih dengan tasnya, entah dia parkir mobilnya di mana, tapi gerbang sebentar lagi ditutup. Bersembunyi di gang samping sekolah, berharap Joan masuk sebelum gerbang ditutup. Walaupun terpaksa untuk telat namun setidaknya gue tidak akan berinteraksi dengannya.
Fiuh, syukurlah apa yang gue harapkan terkabul. Hukuman yang gue dapat karena terlambat adalah menggosok kamar mandi.
Setelah menggosok kamar mandi, gue menuju kelas. Dan gue shock, bener-bener shock. Joan yang biasanya duduk di depan, kini berada di belakang, di samping tempat duduk gue.
Jadi di sekolah ini, siswa duduk perorang. Nah gue duduk di meja paling belakang. Orang di meja seberang gue sebelumnya itu Cindy. Namun entah bagaimana dia bisa bertukar dengan Joan.
Sadar akan tatapannya, tapi gue abaikan. Sepertinya tidur merupakan hal terbaik untuk menghindarinya di kelas
.

KAMU SEDANG MEMBACA
(BL/BxB) Kita Ini Apa? What Are We?
Teen Fiction🔞❗🔞❗🔞❗Sepasang teman kecil, salah satunya menyimpan rasa dan akhirnya mengutarakannya. Namun itu justru awal mula masalah yang akan ia hadapi.