Part 2 : Weekend yang menyebalkan

5 1 0
                                    

Kriiiing kriiingg....

Suara jam weker berhasil membuat Nadhin terbangun dari tidurnya, namun ia segera mematikannya dan melanjutkan untuk tidur kembali, karena ini adalah hari libur dan memutuskan untuk bermalas malasan di pagi hari.

Tok tok tok.

"Kak, bangun! Bantuin Zia ngerjain PR yuu" Ajak Zia seraya menggoyang goyangkan tubuh Nadhin agar bangun, namun nihil tetap saja gadis itu tidak menghiraukan keberadaan sang adik.
"KAKAKK!!!!" Teriak Zia membuat Nadhin terbangun dengan kesal, bisa-bisanya ia mengganggu tidurnya.

"Apasih, berisik tauu!!" Nadhin sangat kesal akan adiknya itu.

"Bantuin Zia ngerjain PR kak"

"Nggak!!" Nadhin kembali merebahkan tidurnya, namun Zia mengadu ke Winda sang ibu, "MAH, INI KAKAK GA MAU NOLONGIN ADEKNYA!!"

Lagi-lagi teriakannya itu membuat Nadhin merasa terganggu, ia berusaha menutup telinganya dengan bantal namun nihil adiknya itu masih tetap mengoceh karena belum diturutin.

Zia terus berusaha membangunkan kakaknya itu, "bangun kak bangun!!! "

"Diem berisikkk!!!!"

"Bangun kak, kalo ga bangun Zia akan teriak lagi nih, satu, dua, tii.... "

Secepat mungkin Nadhin terbangun dengan muka kesalnya, "STOPPP!! Jangan ya Ziaaa pusing kepala kakak, "
Zia pun merasa senang karena kakaknya itu akhirnya menuruti apa kemauannya.

"Udah sana keluar dulu, ntar kakak nyusul"

"Bener ya, awas aja kalo tidur lagi!!! "Ancam Zia seraya keluar dari kamar Nadhin.

"Hufhhhh... Pusing banget sih pagi-pagi!" Keluh Nadhin seraya memutuskan untuk menemui Zia, karena ia tahu jika tidak dituruti akan lebih-lebih sikapnya seperti tadi. Ia tidak mau ambil pusing, lebih baik mengalah.

Terlihat disana Zia yang sedang mempersiapkan alat belajarnya, "mana tugasnya, tugas apa? " Tanya Nadhin seraya duduk di sampingnya.

Zia pun memberikan tugas itu kepada Nadhin, "ini kak tugas matematika. "

"Yaelah, gampang ini mah, apa susahnya sihh ini tinggal jumlahin terus dikali seratus dibagi dua." Ucap Nadhin dengan dengan mengajarinya.

"Ouh gitu doang kak? " Tanya Zia dengan ragu. Nadhin hanya mengangguk, "ouh okelah makasiii kakak cantikkk! "

Nadhin hanya memutar bola matanya, tidak tahu kenapa ia kadang malas dengan adiknya itu karena dari dulu ga pernah akur.

Drttt.. Drttt

Suara ponsel Nadhin bergetar segera mungkin ia membuka ponselnya, ia membuka notif aplikasi berwarna hijau itu.

Fikri
Nadh, kamu free ga hari ini?

Me
Free, knp emng fik?

Fikri
Main yu mau ga?

Me
Bole, sharelok aja tempatnya

Fikri
Tempat biasa aja, Nadh

Me
Ok, 15 mnit lagi aku otw

Fikri
Ok..

Tumben, tidak seperti biasanya manusia itu mengajaknya untuk bertemu. Ya, Fikri raditya zaid pria yang terkesan begitu cuek dan dingin itu mengajak Nadhin untuk bertemu. Fikri adalah kekasih Nadhin namun selama ini Nadhin merasa ia tidak mempunyai seorang kekasih, karena sikapnya yang terlalu dingin membuat Nadhin merasa tidak dihargai.

Lima belas menit kemudian Nadhin pergi ketempat dimana ia sering bertemu dengan Fikri. Ia mencari setiap sudut arah, rupanya pria itu belum terlihat batang hidungnya. Alhasil Nadhin menunggu di pojokan dekat pohon beringin.

"Mana sih ni anak, lama bangett" Keluh Nadhin seraya melihat jam di tangannya, pantas cuaca semakin panas sang raja siang pun berada di atas kepala. Ia bangkit seraya mondar mandir mengecek ponselnya, nihil, tidak ada notif dari pria itu.

"Arghhhhh... " Nadhin semakin menggerutu, ia tidak suka menunggu, apalagi di siang bolong seperti ini.

Tak lama kemudian akhirnya pria itu datang, "Hai, maaf yaa nunggu lama" Ucap Fikri dengan nada santainya. Nadhin hanya berdecak sebal, bisa bisanya pria itu datang dengan wajah tanpa dosa.

"Lama banget sih!" Nadhin menekuk bibirnya, namun tetap saja Fikri bersikap biasa saja. Dasar cowo aneh.

"Maaf.. " Hanya satu kata yang keluar dari mulut Fikri. Bukan hanya itu yang Nadhin inginkan, seharusnya Fikri peka kalau cewe sudah seperti itu harusnya bagaimana, ini mah tidak, dasar manusia aneh, gerutu Nadhin.

"Udah makan blm?" Tanya Fikri basa basi, "udah!" Nadhin tahu Fikri hanya basa basi saja, percuma jikalau bilang belum pun ia sama sekali tidak akan peduli.  Jadi sudahlah.

Suasana kembali hening, tak ada obrolan diantara keduanya. Hanya gemuruh kendaraan yang berlalu lalang yang terdengar di telinga.

"Haus gak? " Tanya Fikri seraya bangkit dari duduknya. Nadhin hanya menggeleng, "nggak."

"Seriusan? " Tanyanya kembali memastikan, namun Nadhin kembali mengangguk.

Lalu Fikri pergi begitu saja entah kemana, lagi lagi Nadhin dibuat kesal oleh sikapnya. "Dih maen pergi-pergi aja, dasar cowo aneh!"
Nadhin tidak menghiraukan nya ia kembali fokus pada ponselnya.

Tak lama kemudian, Fikri datang dengan menenteng satu buah minuman ditangannya, dih bisa bisanya dia beli cuma satu, dasar cowo ga peka!! Gerutu Nadhin dalam hati.

"Panas banget ya hari ini, " Ucap Fikri seraya menikmati minuman es nya itu. Bodo amat, Nadhin tidak menggubris penuturannya, ia sudah terlalu kesal akan sikapnya itu. Ia diam seribu bahasa.

"Nadh?" Tanya Fikri memastikan?
Nadhin pergi begitu saja dengan  raut wajah kesalnya tanpa menghiraukan pertanyaan Fikri. Fikri pun segera mengejarnya, "Nadh, kamu mau kemana? "

"Mau pulang!" Jawab Nadhin ketus.

"Kamu kenapa, marah samaku? " Tanya Fikri dengan memegang kedua bahu Nadhin, namun Nadhin melepaskannya. "Gapapa, mau pulang aja cape mau istirahat"

Nadhin pun segera menaiki ojol yang telah ia pesan beberapa menit lalu.

Kesal. Sungguh kesal Nadhin akan pria itu. Dasar pria menyebalkan, tidak ingin lagi ia kembali bertemu dengannya.

Sepanjang perjalanan Nadhin terus saja menggerutu kesal, bagaimana tidak ia dibuat kesal oleh Fikri, ingin rasanya ia memusnahkan manusia itu, gerutu Nadhin.

Satu jam kemudian Nadhin sampai di rumahnya dengan raut wajah yang masih kesal.

"Waalaikumsalam," Ucap sang ibu setelah melihat keberadaan anaknya masuk tanpa mengucapkan salam. Nadhin yang menyadari, ia hanya menampilkan senyuman tipis seraya mencium punggung tangan sang ibu.

"Kamu ini kenapa, ko pulang pulang muka udah di tekuk aja?"tanya sang ibu. Sementara Nadhin hanya menggeleng pelan tanpa menghiraukan pertanyaannya itu.

Lalu Nadhin memutuskan untuk masuk ke kamarnya.

Sang ibu hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anak gadisnya itu.

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thankyou DafandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang