Sesuai janji, pada hari selanjutnya Yatoru benar-benar datang menemui Kanoto di sekolah itu. Mereka diam-diam bertemu di belakang taman sekolah agar tidak ketahuan orang lain.
Kanoto membawa sebuah buku-buku kuno yang akan ia tunjukkan pada Yatoru, bahwa betapa indahnya perdamaian abad yang telah berlalu.
"Lalu, bagaimana katana itu disimpan?" Tanya Yatoru.
Kanotu menatap langit, "katana itu di jaga ketat oleh Kerajaan Raito di bawah tanah Kerajaan."
Yatoru memotong, "apa?" sambil memiringkan kepalanya.
"Ah, bukan apa-apa. Kita balik ke halaman selanjutnya." Lanjut Kanoto yang tak sengaja mengumbar tempat disembunyikannya katana itu.
Yatoru mulai menatap sinis ke arah Kanoto, jelas sekali ia mendengar bahwa katana itu berada di bawah tanah Kerajaan.
Tiba-tiba, suara kayu patah terdengar. Mereka sontak kaget dan melirik ke arah belakang. Sunyi, tak ada siapa-siapa. Yatoru berdiri untuk melihat siapa yang bersuara, karena cemas ia mulai mengaktifkan invibility dan mencoba meraih tangan Kanoto yang sudah tidak ada di belakangnya.
Kanoto telah di tangkap oleh penjaga sekolah karena memasuki kawasan terlarang pada jam pembelajaran.
Yatoru ingin membantunya, namun sayang ia terlambat. Kanoto dengan sigap memberikan insting keberadaan dirinya berada nanti sebelum kekuatannya dikunci oleh pihak keamanan sekolah.
"Aelah.." Satu hal lagi tiba, yang akhirnya merepotkan Yatoru.
Saat itu, Yatoru hanya bisa teleport dan kembali ke Kerajaannya. Ia memasuki kamar dan memegang kepalanya dengan erat.
Tak lama, Tazuki masuk ke kamarnya. Mendekat kepada Yatoru dan menatap Yatoru.
"Akhirnya kau kehilangan dirinya?" Ucap ayahnya.
Yatoru menggelengkan kepala. "Tidak, aku akan membobol sel sekolah dan membawanya ke Kerajaan Raito. Aku akan merebut Katana Yamato kala itu juga, di malam purnama ini."
Tazuki tersenyum miring dan membalikkan tubuhnya, ia keluar dan kembali menutup pintu.
Mentari tenggelam lalu tibalah bulan. Sinar bulan tak kalah indah dari indahnya matahari. Di dalam ke hampaan malam itu, Yatoru kembali ke Kamoru High School dan menghancurkan setengah gedungnya.
Kanoto terlihat dengan jelas, tentu saja dengan kedua bola matanya yang lebih terang dari cahaya rembulan. Ia menarik Kanoto dan membawanya dengan teleport. Tepat waktu, ia sampai di ruang kamar Kanato.
"Terimakas-"
"Tidak." Potong Yatoru sambil melepas kupluk jubahnya.
"Kanoto, apa kau tau.. Aku terpaksa." Lanjutnya.
Ucapan Yatoru yang setengah-setengah membuat Kanoto bingung, ia merapatkan alis serta menyiniskan Yatoru dengan cepat.
"Kau tau, bahwa aku tidaklah bisa disebut sebagai seorang teman." Lanjutnya.
"Kanoto.. Aku takut."
"Maka dari itu, aku terpaksa harus melakukan ini semua." Ia menutup mulutnya dan mencekik Kanoto begitu saja.
Kanoto yang sudah berfirasat buruk akhirnya tersadar akan pengkhianatan yang dilakukan Yatoru, ia menutup mata serta melakukan teknik pernapasan 'Sunlight Yellow Overdrive' dan mendorong Yatoru dengan sangat kencang.
Berbagai cara untuk memanggil pasukan Kerajaannya kian gagal, karena Yatoru sudah menyegel segala tempat yang sudah ia incar dari Kerajaan itu. Mulai dari kamar pribadi Kanato serta 'Ruang Bawah Tanah' tempat di mana Kanata itu disembunyikan.
"Setelah aku membunuhmu, aku harap aku dapat menemukan makna bahagia itu, Kanato." Ucapnya Yatoru yang akhirnya menusuk Kanato dari belakang.
Darah mulai bercucuran, Yatoru melepaskan pisau itu dan teleport ke bawah tanah yang ia incar sejak awal misinya di mulai. Tempatnya sangat lembab dan engap. Ia membuka gembok yang terbuat dari kaca khusus serta membawa katana itu pergi ke Kerajaannya.
Kini, Kerajaan Raito tetap senyap seperti biasanya karena tidak ada yang menyadari peperangan tersebut akibat segel yang dibuat Yatoru. Ia melarikan diri dengan teleportnya dan memberikan katana itu pada ayahnya.
"Kerja bagus, Yatoru." Ayahnya tertawa bahagia, "dengan ini, aku bisa-"
SRUKH!
Dari belakang, Yatoru menusuk Tazuki dengan katana itu. Dengan tatapan yang sangat tajam, ia menghempaskan katana itu ke lantai dan menunduk serta berteriak kencang.
"Apa.."
"AAAAAAKKKKKKH, AYAH LIHAT, SEKARANG AKU ORANG GILANYA. AKU SUDAH GILA, AYAH." Yatoru berteriak sangat kencang sembari memegang darah ayahnya yang bercucuran hebat.
Ia menangis hebat, air matanya tak berhenti terjatuh. Sembari itu, mata ayahnya mulai memudar. Tazuki meraih kepala Yatoru dan mengelus pelan kepala anaknya untuk pertama kali semenjak istrinya tiada.
"Maafkan aku, dan segala perbuatanku padamu."
Itulah perkataan terakhir yang dapat disampaikan ayahnya pada Yatoru. Tangisnya semakin pecah, ia menepuk lantai dengan cucuran darah ayahnya itu. Entah perasaan apa yang ia alami sekarang, entah itu senang, puas, sedih, atau kecewa.
Semuanya campur aduk.
"Apa aku, sudah bahagia?"