Bab 1 Perkenalan.

57 4 0
                                    

Kata orang, masa remaja adalah masa paling penuh dengan kelabilan dan keegoisan. Iya, aku menyetujui itu. Akupun seorang remaja yang terkadang labil dan egois, tidak jarang aku selalu menyesali tindakan cerobohku. Aku selalu bergumam "menjadi orang dewasa adalah sesuatu yang keren" karena kita dapat membeli apapun dengan uang yang kita punya karena dimata ku itu sangat keren dan gentle.

Ngomong² soal masa remaja, mari aku kenalkan tentang masa remaja ku dengan dia. Orang yang paling aku sayangi, Sebastian.

Dia adalah teman ku, setidaknya kita sudah berteman selama 3 tahun lamanya. Aku mengenalnya saat masih duduk dibangku sekolah, begitupun dengan dia. Kami satu sekolah tapi berbeda jurusan, tapi selama ini kami tidak saling mengenal satu sama lain. Walaupun namanya sering terdengar ditelingaku, namun awalnya aku tidak perduli dengan keberadaan dia bahkan kayanya dia pun begitu haha. Dia ketua osis dan aku hanya murid yang sering izin ke toilet padahal ke kantin atau izin ke perpus padahal cuman mau numpang tidur.

Pertemuan pertama kami secara akrab adalah dimana aku sedang diperpus karena dihukum untuk menyalin beberapa materi, guru mengusirku untuk pergi ke perpus dan aku mau tak mau pergi ke perpus dengan membawa buku dan pulpen pilot ku (itu pun hasil nemu). Aku sampai diperpus, dan melihat seseorang yang begitu familiar dimata ku, iya itu adalah tian. Aku melihat dia sedang duduk sambil membaca buku dengan tenang, awalnya aku mengabaikannya dan mencari buku yang aku perlukan, setelah mendapatkannya aku mencari bangku namun hanya terdapat bangku di sampingnya yang ada, aku bingung untuk say hallo ke dia bagaimana? Apakah :

"Halo, boleh ga duduk disampingmu?"

Atau

"Permisi, boleh ga aku duduk disampingmu?"

Aku perlahan menghampiri dia, saat aku mendekat aku tau ekor matanya sempat melirik ke arahku, mungkin dia ingin tau siapa bocah yang menganggu ketenangan dia membaca buku. Itu aku bocahnya.

"Silahkan kalo mau duduk, saya ga keberatan"

Dalam hati aku bergumam lega, untunglah dia peka.

"Hehe terimakasih... "

Aku pun duduk di samping dia dan mulai menulis materi yang guru pintah kan. Aku sempat melirik ke samping, terlihat ada beberapa coklat dimeja dia, aku tebak itu dari orang yang mengaguminya. Anyway, dia adalah orang yang cukup famous. Mungkin karena dia anak OSIS dan juga dia aktif di kegiatan sekolah jadi maklum kalo dia banyak yang suka.

"Kamu mau coklat?"

Astaga, apa aku kepergok ngelihatin coklat dia ya?

"Saya punya banyak, saya memang suka coklat tapi terlalu banyak bikin saya eneg" ucapnya kemudian dia menyodorkan sebagian coklat yang tadi ada dimejanya, "buat kamu saja"

"E-eh? Gapapa nih? Tapi ini kebanyakan dan ini punya kamu" aku merasa ga enak ketika dia memberikan sebagian besar coklatnya dan di sisakan satu untuknya.

"Gapapa, santai aja"

Wahh rezeki nomplok!

"Terimakasih iyaa, aku terima ini" ucapku sambil senyum ke arahnya, dia ku lihat tersenyum juga. Saat itu aku tersadar bahwa senyumannya lebih manis daripada coklat yang dia berikan padaku.

"Nama kamu siapa?" tanyanya

"Namaku Arjuna Nararya Mahadevan" aku mengulurkan tanganku, bermaksud agar berkenalan secara resmi.

Kemudian dia membalas uluran tanganku, "Jeano Pradana Sebastian."

Itu adalah kali pertama kita berkenalan secara resmi dan berkomunikasi satu sama lain. Biasanya, aku hanya melihatnya berlalu lalang di area sekolah tanpa pernah menyapanya.

OUR ADOLESCENCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang