PROLOG

339 57 14
                                    

Happy Reading

"Suatu hari ketika dunia ku terasa begitu asing dan suara di sekitar ku hilang, aku harap ini hanyalah mimpi buruk di sore hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Suatu hari ketika dunia ku terasa begitu asing dan suara di sekitar ku hilang, aku harap ini hanyalah mimpi buruk di sore hari."

- Hirap Abadi Prolog -

Tidak ada yang pernah meminta takdir seperti ini. Tidak ada yang pernah meminta untuk menjadi tidak berdaya seperti ini. Tidak ada yang pernah meminta untuk menjadi lemah seperti ini.

Gema suara yang begitu memekak adalah salah satu ingatan terakhirnya sebelum suara-suara itu hilang. Tidak ada lagi suara yang akan memanggilnya dengan hangat, tidak ada lagi suara yang akan selalu mengomelinya setiap kali ia berbuat jahil. Tidak ada lagi suara hangat dari ruang tengah ketika sedang menonton televisi setiap malam minggu.

Semuanya hilang bagaikan pasir yang tertiup angin.

"Hei siapa nama kamu?"

Wanita itu berbicara di depan seorang laki-laki dengan pakaian putih biru. Wajahnya tampak cemas saat pertama kali terbangun di brankar rumah sakit tanpa bisa mendengar suasana di sekitar rumah sakit.

"Nak, kamu tinggal dimana? Apakah kamu tau alamat salah satu anggota keluarga kamu?"

Anak remaja itu semakin cemas ketika melihat bibir seorang perawat yang seolah tengah mengucapkan sesuatu, namun tidak sedikitpun ia mendengar suaranya.

"Aku nggak bisa dengar apapun!! Kenapa aku nggak bisa dengar?? Ada apa denganku?!" Ia meracau dalam hati. Ia memukuli telinganya berulang-kali seraya menendang selimut yang menutupi kakinya.

Suster tersebut mulai panik saat tiba-tiba saja ia mencoba melepas infus pada punggung tangannya.

"Hei apa yang kamu lakukan, nak!"

"Apa kamu merasakan sakit?"

"Jangan pukul telinga kamu!"

Semakin banyak suster yang berdatangan dan semakin banyak ia melihat suster di samping brankar yang berbicara, semakin kencang tangis nya.

"Argghh!!" Ia berteriak frustasi.

"Jangan... jangan bicara lagi... aku mohon.... aku... aku nggak tau kalian bilang apa!" pinta nya tersedu.

Semua orang seketika langsung membeku di tempat. Mereka hening menatap kasihan anak remaja berusia empat belas tahun itu.

Satu-persatu ditatap olehnya wajah semua orang yang melihat, ia mencoba membaca pola kalimat yang diucapkan beberapa orang. Namun, sial hal itu justru semakin membuatnya cemas.

Suara berisik yang dapat ia dengarkan setiap harinya sama sekali tidak dapat terdengar. Semua diam membisu. Tidak ada lagi suara bising teriakan orang lain, tidak ada lagi panggilan hangat dari orang di sekitarnya.

Hirap abadi, hilang dalam keabadian. Dunia nya seolah berhenti dengan keheningan di tengah hiruk pikuk kehidupan. Tuhan... mengapa semua ini harus terjadi? Bagaimana ia bisa melanjutkan sebongkah mimpi yang sudah ia rencanakan?

-TBC-

haii

Who's excited???

"Dunia ku sepi ketika gemuruh suara itu menghantam ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dunia ku sepi ketika gemuruh suara itu menghantam ku."

-Haka Bumi Artakana-

Salam kenal Haka

***

anyway aku mengucapkan banyak terima kasih bagi kamu yang pernah memberikan inspirasi cerita ini ke aku.

Izinkan aku untuk menciptakan dunia Haka dari inspirasi yang pernah kamu sampaikan ya? Semoga ini bisa menjadi cerita yang paling mengesankan untuk aku, kamu, dan kita semua.

***

here we go

"Hirap Abadi"

akan menjadi temanku dan temanmu.

**

Semoga mengabadi pada kesepian

**
Lanjut Gakkk????

See you

Hirap AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang