Pindah ke Jakarta

3 1 0
                                    

Selasa, 14 Mei 2024.

***


Calandra Elina Amita atau yang kerap disapa Cala, gadis bersurai hitam panjang yang saat ini akan menginjak usia 16 tahun.

"Besok kan ulang tahun Cala, Cala ikut mama papa ke Jakarta ya. Cala mau kan sayang?" Cala menghentikan aktivitas makannya, gadis tersebut menatap kedua orang tuanya secara bergantian lalu menunduk.

"Yes, Ini yang aku inginkan." Batin Cala bersorak ria.

Bukan tanpa sebab Cala merasa bahagia. Pasalnya, sudah hampir 6 tahun gadis tersebut ditinggalkan oleh kedua orang tuanya untuk bekerja di luar kota. Cala tinggal bersama nenek. Namun sesekali, orang tua Cala akan mengambil cuti untuk sekadar mengobati rasa rindu mereka kepada anak tunggalnya.

"Cala mau kok, ma, pa. Cala juga pengen tinggal bareng sama mama dan papa." Ucap Cala sambil tersenyum.

Mendengar respon putri tunggal mereka yang bahagia, orang tua Cala pun semakin bersemangat.

Setelah menyelesaikan makan malam di meja makan, Cala segera bersiap untuk mengemasi barang-barang yang kemungkinan akan berguna di Jakarta nantinya. Mama menyuruh Cala untuk tidak terlalu membawa banyak barang, toh juga di Jakarta akan membeli barang yang Cala perlukan, lagi.

Gadis itu benar-benar penurut, ia hanya membawa baju kaos, sweater, kemeja dan beberapa celana jeans. Hanya pakaian basic yang akan dipakai ketika bepergian mencari keperluannya. Pantas saja nenek sangat menyayangi Cala.

"Ma, Cala boleh tidur sama nenek buat malam ini? Soalnya besok kan Cala bakal pisah sama nenek, sedih dehhh huhuhu..." Gadis itu terlihat dramatis namun menggemaskan, sedekat itukah hubungan Cala dengan sang nenek?

"Boleh dong sayang, masa Cala pengen tidur sama nenek, mama larang. Gak dong." Mama mencubit pipi Cala, anak gadisnya sangat menggemaskan masih terlihat seperti anak berusia 6 tahun. Selalu saja meminta izin untuk semua hal yang akan dilakukan.

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

Sekarang jarum jam menunjukkan jam 4, artinya sekarang sudah subuh. Tetapi Cala masih terlihat nyenyak sambil memeluk boneka melody berwarna pink dan terbungkus selimut winnie the pooh.

"Happy birthday Cala...
Happy birthday Cala...
Happy birthday
Happy birthday
Happy birthday Calaaaa....." Nyanyian selamat ulang tahun versi bahasa Inggris itu menggema diruangan kamar yang penghuninya sedang tertidur lelap.

"HAPPY BIRTHDAY CALAAA...." Teriakan mama dan papa yang diiringi dengan suara ledakan party pooper sukses membuat Cala terbangun. Masih dengan wajah khas bangun tidur Cala bersiap untuk meniup lilin yang entah sejak kapan sudah berada tepat di hadapannya.

Dan baru saja ingin meniup, papa menghentikan aksi Cala. Papa memberi kode supaya Cala berdoa terlebih dahulu, memberi permohonan untuk usianya yang baru menginjak angka 16 ini.

Gadis itu menutup mata kemudian meniup lilin berwarna-warni dihadapannya. Semua bertepuk tangan, gembira untuk hari menggembirakan Cala.

Jika ada yang bertanya nenek pergi kemana, nenek sedang memasak untuk hari spesial sekaligus hari perpisahan dengan cucu kesayangannya. Nenek sudah terbangun lebih dulu dan sudah berkutat dengan peralatan masak. Bahkan sekarang, sebagian masakan nenek sudah dihidangkan diatas meja.

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

"Selamat makan cucu nenek, makan yang banyak ya, soalnya kalau sudah tiba di Jakarta Cala tidak makan masakan nenek lagi, paling nanti makan masakan mamamu." Raut wajah nenek terlihat sedih, namun nenek menutupi dengan gurauannya.

Cala tersenyum kemudian membalas ucapan nenek, "Nenek juga selamat makan. Jangan bilang begitu dong nek, nantikan Cala kalau liburan bakal main ke sini lagi. Cala gak bakal selama-lamanya tinggal di Jakarta kok."

Cala sekeluarga menyantap sarapan pagi dengan banyak gurauan yang membuat mereka tertawa kecil, Moment ini pasti nanti akan dirindukan.

Setelah selesai dan membereskan piring-piring kotor dimeja makan, Cala beserta kedua orang tuanya berangkat ke bandara Sultan Hasanuddin. Namun sebelum pergi ke bandara tak lupa Cala memeluk nenek. Nenek berusaha menahan air matanya yang akan segera jatuh, namun tak terbendung. Tapi dengan segera, wanita paruh baya itu menyingkirkan bulir-bulir air matanya.

Pesawat yang akan ditumpangi oleh Cala segera mendarat, untungnya mereka tidak terlambat. Mengingat kemacetan yang lumayan menghambat perjalanan ke bandara tadi, sungguh membuat jantung Cala berdetak dengan cepat.

Cala menikmati perjalanan kali ini, tak terasa waktu yang dilalui selama penerbangan sambil menikmati pemandangan awan-awan yang memanjakan indra penglihatan telah mengantar Cala tiba di Jakarta.

Sekarang Cala berdiri dibandara Soekarno-Hatta. Gadis itu beserta kedua orang tuanya sedang menunggu jemputan dari supir untuk pergi ke kediaman mereka yang selama 6 tahun ini, ia tidak mengetahui bagaimana bentuk dari bangunan tersebut.

"Jakarta, aku menunggu 1000 cerita tentangmu bersama orang-orang yang ku temui nantinya." Cala tersenyum sambil mengucapkan kata-kata itu dalam hatinya


***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He was the firstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang