LAUTAN manusia yang menyesakkan mulai berkurang ketika sepeda yang dinaiki Megumi akhirnya berkelok menuju kawasan apartment elit di distrik Jingumae, Shibuya.
Gedung-gedung tinggi menjulang di sisi-sisi jalan, dengan pohon-pohon pinus yang menghiasi beberapa petak halamannya. Mudahnya akses menuju stasiun dan bandara memang menjadikan distrik Jingumae cocok untuk para pebisnis yang sering bepergian. Bukan hal mengherankan jika banyak apartment mewah dengan harga sewa mahal yang dibangun di berbagai sudutnya.
Megumi mengayuh sepedanya menuju jalan Meiji-dori, mengambil jalur di sepanjang tembok pembatas Kuil Togo. Jika di Takeshita Street tadi sangat ramai oleh kumpulan manusia─hingga Megumi bahkan sulit menggerakkan sepedanya─disini justru sangat tenang dan terkesan sepi.
Mengandalkan Google Maps sebagai penunjuk jalan, Megumi berkelok membawa sepeda sewaannya mengikuti panduan peta pintar itu. Walau ini sudah ketiga kalinya ia mengunjungi Shibuya Central Library di sela-sela waktu luangnya, jalannya yang berkelok-kelok membuat Megumi sulit─atau mungkin malas─mengingat arahnya, dan lebih memilih mengandalkan peta pintar di ponselnya.
Bangunan model memanjang dengan lima lantai sudah tampak di depan sana. Shibuya Central Library─atau Shibuya Chuo Library, adalah salah satu dari banyaknya perpustakaan yang dibangun di Tokyo, dan salah satu dari beberapa di antaranya yang terdapat di Shibuya.
Megumi memarkirkan sepedanya di area parkir samping gedung, bersama beberapa sepeda yang sudah lebih dulu parkir disana.
Dari luar, perpustakaan ini memang terlihat kalah besar jika dibandingkan dengan gedung-gedung yang menjulang di belakangnya. Tapi jika sudah dimasuki, ruangan luas penuh rak-rak berisi buku akan manyatakan fakta bahwa perpustakaan ini memang berstatus sebagai 'Central Library', alias perpustakaan pusat di Shibuya.
Megumi berjalan masuk dan mengisi daftar tamu, sengaja tak membuat kartu anggota karena ia tak pernah berniat meminjam buku, mengingat jadwalnya sebagai jujutsushi yang sibuk dan hari liburnya yang terbilang minim.
Suasana di dalam tidak terlalu ramai, barangkali karena ini masih pagi. Tak banyak orang yang cukup rajin untuk melakukan aktivitas seperti Megumi tadi─naik kereta sambil sarapan dan bersepeda menuju perpustakaan di pagi hari Sabtu yang mendung.
Dan lagi, perpustakaan baru dibuka setengah jam yang lalu. Sangat wajar jika orang-orang menunda waktu kedatangannya, toh perpustakaan ini dibuka hingga malam hari. Lagi-lagi tak seperti Megumi yang ingin memanfaatkan waktu luangnya yang jarang ada dengan menghabiskan waktu di perpustakaan, alih-alih hanya berlatih dan membaca buku di rumah sendirian─seperti yang sudah sering ia lakukan.
Cowok itu melangkahkan kakinya menuju tangga, berniat langsung naik ke lantai tiga. Sebabnya karena lantai satu dikhususkan untuk bacaan anak, dan lantai dua didominasi oleh majalah dan surat kabar, yang dimana keduanya bukanlah tipe bacaan Megumi.
Di lantai tiga, buku-buku mode dan majalah fashion menyambut di rak pojok tepat sebelah tangga. Sedang buku-buku sastra tampak mengisi belasan rak yang memanjang di sisi kanan ruangan, baik sastra Jepang maupun sastra asing, fiksi dan non-fiksi. Di pojok kiri ruangan, deretan buku bercetak besar juga tersedia dalam rak khusus, tampak berdesakan karena ukurannya yang lebih lebar dan tinggi dari buku lainnya, tapi tetap terlihat rapi.
Pemuda bersurai legam berantakan itu lalu melangkahkan kakinya menyusuri rak-rak buku di sisi kanan, mencari buku yang sekira sesuai dengan seleranya. Ia berhenti dibarisan kelima, dimana kumpulan buku biografi terdapat disana, Megumi mengambil salah satunya.
Ia berniat langsung berlalu mencari tempat duduk di sudut kanan ruangan, di samping jendela. Tapi sebelum kakinya sempat melangkah, sebuah suara menginterupsinya.
"Ano, permisi. Boleh aku minta bantuanmu?"
Netra Megumi mendapati sosok mungil seorang gadis yang berdiri dengan jarak satu meter di sampingnya. Tingginya hanya sampai dagu Megumi. Rambutnya hitam bergelombang digerai melewati bahu dengan poni tipis di atas mata, serta kacamata bulat bertengger di hidungnya.
Tanpa repot-repot menunggu jawaban si pemuda, gadis itu langsung mengutarakan niatnya.
"Boleh tolong ambilkan buku bersampul biru di rak itu? Um, tangan saya tidak sampai."
Gadis menunjuk salah buku di deretan paling atas dengan senyum manis yang terkesan kikuk, jelas sekali ia tidak terbiasa dengan situasi ini.
Megumi menggeser langkahnya, menuju arah yang ditunjuk sang gadis.
"Yang ini?" tanya Megumi saat tangannya menggapai buku biru dengan ilustrasi sampul di atas sana─tanpa perlu berjinjit, tentu saja.
"Iya, benar!"
Diserahkannya buku berhalaman tebal itu pada si gadis yang segera menghujani Megumi dengan tatapan penuh syukur, seolah buku yang baru diambilnya adalah wahyu yang turun dari langit, dan Megumi adalah malaikat pengantarnya.
"Arigatou gozaimazu!" ucapnya sambil membungkuk dalam-dalam, agak terlalu nyaring seakan ia lupa bahwa tempat berpijaknya sekarang adalah perpustakaan.
"Iie, tidak masalah."
Setelah menampilkan senyum cerah dengan gigi gingsulnya─alih-alih senyum kikuknya tadi─gadis itu berlalu. Meninggalkan Megumi yang masih terheran-heran dibuatnya.
Entah apa yang membuatnya begitu senang hanya karena sebuah buku.
Megumi memutuskan memilih satu buku lagi, sebelum kemudian melanjutkan langkahnya menuju bangku bersekat yang disediakan di sisi ruangan. Gadis tadi tidak ada disana, barangkali ia hanya berniat meminjam buku dan langsung pulang.
Jendela besar di sampingnya mengekspos dengan jelas suasana di luar, yang kini terlihat kabur karena tetesan-tetesan air yang mulai berjatuhan.
Awan mendung menggantung pekat di atas sana, bersama dengan luruhan air yang semakin gencar membasahi bumi. Bunyi gemerisiknya semakin nyata menyapa telinga.
Di pertengahan musim semi ini, rupanya hujan kembali turun.
───────
KAMU SEDANG MEMBACA
When the Sun's Not Shining (ft. Fushiguro Megumi)
Fanfiction[ WHEN THE SUN'S NOT SHINING ] ─────── Di bawah langit kelabu aku bertemu denganmu, ditemani buku-buku dalam ruangan sendu. Ketika matahari tak bersinar, senyummu yang cerah selalu mampu menggantikan hangatnya. Waktu-waktu yang kita habiskan tanpa...