HARI ini, matahari bersinar lembut ditemani semilir angin hangat musim semi yang menyenangkan. Awan-awan putih berarak tipis menghiasi langit biru.
Di cuaca seperti ini, orang-orang biasanya akan pergi keluar, berpikinik bersama sambil menikmati bunga sakura yang bermekaran. Atau mungkin sekadar berjalan-jalan menikmati suasana indah di luar sana.
Yah, hari yang cerah di musim semi memang selalu jadi favorit banyak orang.
Tapi sayangnya, itu tidak berlaku bagi [Name].
Gadis itu kini tengah memandang sedih jendela kamarnya yang ditutupi tirai tipis. Cuaca di luar cerah, yang artinya ia tidak bisa kemana-mana di akhir pekannya ini.
Padahal hari ini ia berencana mengunjungi perpustakaan, berniat menghabiskan waktu disana, atau barangkali sekadar meminjam beberapa buku dan langsung pulang setelahnya.
Dress putih panjang di lapisi cardigan krem sudah melekat di tubuhnya, bersama topi pantai lebar dengan hiasan pita.
Pagi tadi cuaca masih redup berawan, dan [Name] sudah bersiap untuk pergi. Tapi saat ia selesai sarapan, cuaca berangsur cerah, hingga kini hanya sedikit awan yang tersisa di langit sana.
[Name] membuka sedikit tirai jendelanya, mengintip sejenak pemandangan di luar. Di bawah, beberapa petak bunga forsythia tampak mekar dengan indah di halaman depan apartment.
Bohong rasanya jika [Name] berkata bahwa dirinya tidak ingin menikmati indahnya musim semi di luar sana. Sekarang saja rasanya ia ingin sekali membawa kakinya berlari keluar, berjalan-jalan dan menghujani dirinya dengan hangatnya sinar mentari.
Tapi ia sadar kalau dirinya sekarang tidak sepatutnya mengambil resiko hanya untuk menikmati keindahan musim.
[Name] menutup lagi tirai kamarnya dengan rapat. Gadis itu melepas cardigannya sambil berbalik menatap seisi kamarnya yang rapi, tapi terasa suram. Pandangannya melayang pada cermin panjang di sisi dinding yang memantulkan bayangan dirinya. Penampilannya kini lebih bernuansa musim panas dari pada musim semi, dengan gaun putih polos berlengan pendek serta topi pantai di atas kepala.
Yah, gaun dan topinya sekarang awalnya memang ia beli untuk liburan ke pantai dua tahun lalu. [Name] hanya sempat memakainya sekali pada musim panas itu, tanpa tahu kalau setelahnya kesempatan baginya untuk menikmati musim panas akan lenyap sepenuhnya. Jangankan bermain ke pantai, berjalan ke luar rumah atau bahkan mendekati jendela saja ia tidak akan berani.
[Name] melepas topinya, lalu menggantungnya di balik pintu bersama cardigan krem tadi.
Gadis itu beralih menatap setumpuk buku yang seharusnya ia kembalikan hari ini ke perpustakaan--yang masa pinjamnya sudah ia perpanjang beberapa kali lewat situs resmi. Totalnya ada tiga buku pinjaman yang sudah bersemayam di kamarnya dalam sebulan ke belakang.
Buku yang terakhir baru selesai dibacanya setengah, dan baru dipinjamnya minggu lalu. Mungkin [Name] akan memperpanjang yang satu ini dan sisanya akan ia kembalikan dengan minta tolong Iroha-san--ART dirumahnya, yang sudah seperti ibu kedua [Name]--sekalian saat wanita itu pergi berbelanja siang nanti.
Oh, ngomong-ngomong, [Name] jadi teringat dengan pemuda jabrik yang membantunya mengambil buku itu minggu lalu.
FYI, [Name] tidak pandai mengingat wajah orang. Tapi ia berhasil mengingat cowok itu berkat rambut legamnya yang mencuat berantakan.
Yah, walau rautnya agak galak tapi sepertinya dia cukup baik hati karena bersedia membantu [Name] kala itu.
Seingat [Name], wajah cowok itu terlihat manis, tampan malah. Dengan hidung mancung dan bulu mata lentik yang menghiasi matanya. Walau badannya tinggi dan wajahnya serius, tapi entah bagaimana [Name] merasa kalau pemuda itu lebih muda darinya.
Kalau dipikir-pikir, [Name] jadi malu sendiri mengingat kelakuannya di hadapan pemuda itu minggu lalu. Tiba-tiba minta tolong lalu kegirangan sendiri karena buku yang sudah diincarnya selama beberapa bulan akhirnya bisa dipinjam--karena stoknya sedikit, dan sebelumnya selalu sudah ada orang yang meminjamnya lebih dulu.
Ah, [Name] juga agak heboh saat berterima kasih waktu itu, menaikkan volume suara seolah lupa kalau sedang di perpustakaan, setelah itu langsung kabur pula. Ingin rasanya [Name] merutuki dirinya sendiri.
Pemuda itu sudah pasti akan melabelinya aneh.
Kalau ada kesempatan lagi, mungkin [Name] akan menjelaskan kelakuannya kala itu, sekalian minta maaf. Jaga-jaga agar pemuda jabrik itu tidak berpikir macam-macam tentangnya.
Tunggu, apa mungkin itu malah akan membuatnya terlihat semakin aneh?
Gadis itu mengacak surainya frustasi, masa bodoh dengan beberapa helainya yang jatuh teronggok ke lantai. Dirinya yang terlalu peduli dengan pendapat orang lain memang selalu menyusahkan.
[Name] menepuk pipinya, meyakinkan diri kalau mereka tidak akan bertemu lagi. Mana tau jika pemuda itu adalah turis luar pulau yang hanya ikut orang tuanya berlibur saat musim liburan? Bisa jadi, kan?
Demi mengubur memori memalukan minggu lalu, [Name] berharap tidak perlu bersua dengan si pemilik surai legam berantakan itu lagi.
Setidaknya, itulah yang ia pikirkan sekarang.
───────
KAMU SEDANG MEMBACA
When the Sun's Not Shining (ft. Fushiguro Megumi)
Fanfic[ WHEN THE SUN'S NOT SHINING ] ─────── Di bawah langit kelabu aku bertemu denganmu, ditemani buku-buku dalam ruangan sendu. Ketika matahari tak bersinar, senyummu yang cerah selalu mampu menggantikan hangatnya. Waktu-waktu yang kita habiskan tanpa...