Lampu kembali menyala, setengah kota yang terselimuti oleh kegelapan kembali mendapatkan cahaya. Namun suasana di ruangan operasi tersebut, masih sunyi dan tegang. Dua Dewa besar saling membelakangi satu sama lain, tegang, sunyi, aura yang masih belum terkondisikan setelah ledakan aura yang di lakukan oleh Hearos beberapa saat lalu.
"Kematian itu adalah suatu hal yang mutlak. Suatu hal yang sudah di tentukan oleh sang pencipta, dan ritual pembangkitan adalah ritual terlarang dan berdosa. Karena ritual tersebut melanggar hukum yang sudah di tentukan oleh sang pencipta. Meskipun aku adalah Dewa kegelapan yang sangat berkaitan dengan dosa. Tapi aku sangat membenci para pendosa." Jawab Hearos sambil membalikan badan.
Luria terdiam mendengar kata-kata yang di lontarkan oleh Hearos sang Dewa bawah. Dewa paling kejam di antara Dewa kegelapan lainnya, yang memiliki tugas langsung mengeksekusi para jiwa dan roh pendosa.
"Kau adalah salah satu Dewa cahaya bukan? Mengherankan jika kamu tidak tahu hal tersebut, adalah hal yang berdosa dan terlarang." Sambung Hearos sembari mendengus.
Suasana makin tegang. Luria terdiam tanpa bisa mengatakan sepatah kata pun untuk membalas Hearos. Luria tertunduk, setelah mendengar kata kata Hearos dia berfikir bahwa dia melakukan hal yang salah dan tidak pantas di lakukan oleh seorang Dewa.
Hearos menatap kearah Luria yang membelakangi nya sambil menundukkan kepala, dia berfikir wajar saja Dewa cahaya melindungi para makhluk hidup, namun tetap saja ketentuan dari sang pencipta jika sudah mutlak, maka tidak bisa di bantah.Es yang memblokir pintu keluar Hearos, perlahan mulai mencair. Hearos hanya mengkerut kan dahi ke arah Luria yang masih mematung di tempat, lalu berbalik badan meninggalkan ruangan tersebut. Saat berjalan di lorong rumah sakit menuju pintu keluar, Hearos melihat salah satu dari ahli sihir yang sebelumnya melakukan ritual pembangkitan, sedang berbincang dengan seorang nenek tua yang sedang terduduk sambil menangis histeris.
"Itu pasti istri dari si kakek tua." pikir Hearos dalam hati.
"Aku masih penasaran dengan perbuatan si kakek apa saja yang dia lakukan sehingga dia di kirim alam bawah, namun dia memiliki aura kebajikan yang kuat, yang seharusnya dia di kirim kan ke alam atas." Pikir Hearos semakin penasaran.
Karena penasaran dengan pikiran yang selalu mengganggunya. Hearos mendekati nenek tersebut, dan ingin menanyakan apa yang selalu mengganggu di pikiran nya selama ini. Hearos duduk tepat di sebelah nenek tersebut, sembari memberikan sapu tangan kepada nenek tersebut untuk mengusap air mata yang bercucuran di wajah keriput nenek tersebut.
"Turut berdukacita atas kehilangan yang sedang nenek alami. Aku tahu sangat sulit ketika orang yang kita sayangi meninggalkan kita lebih dulu" Ucap Hearos menenangkan sang nenek
"Kalau boleh bertanya kepada nenek, mungkin ini akan membuat nenek mengingat kembali sang kakek. Namun saya penasaran apa saja yang di perbuat sang kakek selama masih hidup?" Tanya Hearos sambil memandang wajah nenek yang masih tersedu sedu.
Nenek itu tertunduk, mengingat kembali sang kakek. Nenek itu menceritakan semua yang dia ketahui tentang suaminya selama masih hidup. Sang kakek adalah seorang suami yang baik, tidak hanya kepadanya, akan tetapi kepada seluruh tetangga, dan orang yang dia kenal, dia tidak pernah mengukur takar kan kebaikan yang dia bagikan kepada seluruh orang. Semua orang di perlakukan dengan sangat baik dan lemah lembut, tidak heran banyak yang sangat menyayangi kakek tersebut. Sang nenek juga menceritakan ketekunan dan semangat kerja keras sang kakek semasa beliau masih hidup di dunia dan tidak pernah mengeluh dengan apa yang dia dapatkan, dia selalu bersyukur dengan apa yang dia dapat. Air mata sang nenek kembali tercurur di wajah tua sang nenek, beliau tidak bisa menahan rasa sedih yang sangat amat teramat bagi seorang istri yang di tinggalkan suami paling sempurna yang pernah ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Origin Story Of Elfo
AdventureKehidupan seekor Demi-human wolf Elfo di dunia yang tenang dan damai. Dimana di dunia ini semua ras dapat hidup berdampingan Manusia, Demi-human, Iblis, Malaikat, Elf, Kurcaci, hingga Goblin pun mereka hidup berdampingan dan saling menolong. Namun s...