00 | (Isaac's eyes)

9 0 0
                                    

AWALNYA aku tidak mengira bahwa rasa sakit yang kualami akan separah dan sembrono seperti ini. Luka-lukanya mulai merusak organ dalamku, merambat bak tanaman mandevilla.

Tanganku berusaha meraih kain putih yang terdapat di pojok ruangan. Aku mendesah  perlahan, merasakan sakit mulai menjalar di luar batas kemampuanku.

"Sakit..." Gumamku pelan. Dengan sekuat tenaga, aku meraih kain putih itu. Meski tanganku sedikit bergetar, pada akhirnya aku dapat meraih ujung dari kain putih itu.

Wajahku menerbitkan senyuman kecil ketika aku melihat secercah harapan dari tanganku yang dapat meraih ujung kain putih.

Kutarik kain itu dengan satu tarikan kuat, mengabaikan rasa sakit yang menjalar yang ada di perut. Selepas itu, aku menyobek kain tersebut menjadi dua bagian. Yang pertama, aku ikatkan kain itu melilit di bagian perutku yang mengeluarkan banyak darah. Yang kedua, aku ikatkan dan melilitkannya di bagian kaki yang darahnya mulai mengering dan membuat kakiku tak mampu berjalan. Terlalu lemah dan banyak luka lainnya yang belum tertangani.

Aku menghela napas, rambutku basah sebab keringat. Perlahan, aku mengangkat tanganku, memandang ngeri kedua telapak tanganku yang kini berlumuran darah dan juga tergores menyedihkan. Mataku menutup, menghembuskan napas sekali lagi.

Apakah aku bisa selamat dengan keadaan semengerikan ini?

Kepalaku terus menerus membisikkan kalimat itu. Badanku dan kakiku tidak bisa digerakkan karena terlalu banyak menerima luka sehingga membuatnya lemah. Kemudian, posisiku yang berada— entah dimana ini membuat seseorang sulit untuk mencariku, atau bahkan polisi sekalipun. Sayangnya, aku tidak bisa menghubungi mereka semua.

Yang kusadari pertama kali adalah jendela yang terletak tinggi dariku. Jendela itu sepertinya sengaja dibuat untuk tetap memberikan udara dan mengetahui pagi maupun malam hari. Karena posisinya yang tinggi dan juga dindingnya yang kasar, membuatku mustahil untuk meraihnya. Tidak ada tangga, badanku bahkan kaki sekalipun terasa sulit sekali digerakkan, bagaimana aku bisa berharap bahwa aku akan selamat dari tempat ini?

Ah, pasti tidak akan selamat. Berarti aku akan mati perlahan-lahan kehabisan darah.

Aku memandangi dinding kasar yang ada di depanku, sebuah cahaya bulan menelisik masuk, seolah-olah tengah menyampaikan pesan bahwa saat ini telah malam hari. Indah sekali, andaikan aku sekarang bisa melihat awan malam beserta bulan dengan bintang bertaburan di sekitarnya.

"A-Ah." Aku mendesah sakit. Pandanganku turun kebawah melihat kain putih yang terlilit di perutku berubah warna menjadi merah. Darahku berhasil menembus dan bocor pada kain putih.

Napasku mulai tersenggal, merasa oksigen di sekitar mendadak berkurang. Mataku terasa kabur, tak mampu lagi melihat dengan lebih jelas. Rasa sakit mulai memporak-porandakan diriku, membuatku semakin lemah, atau mungkin aku bisa mati di detik ini juga.

Sebelum mataku terpejam untuk selamanya, aku melihat sekilas seorang wanita bertubuh tinggi dengan baju putih yang besar menyapu seluruh jalanan.

Aku berpikir sejenak, apakah itu malaikat pencabut nyawa telah menyambutku?

Semoga saja benar.

haii, dengan sea disini <3 akhirnya aku kembali menulis lagi dengan genre yang berbeda hehe. aku memang sengaja menulis genre yang berbeda, karena ingin keluar dari zona nyaman.

sebelumnya, terimakasih untuk banyaknya pembaca di bukuku yang sebelumnya (memories judulnya) 💗 aku merasa bersyukur sekali, walau memang banyak tulisan aku yang perlu dibenahi sebenarnya. semoga dengan karya yang baru ini, aku bisa memberikan tulisan yang lebih indah, menarik, dan nyaman untuk kalian baca 🎀

singkatnya di karya ini nanti, ada sudut pandang orang ketiga serba tahu (yang pastinya aku bakal cenderung pakai di cerita ini) juga ada sudut pandang orang pertama (yang menggunakan kalimat aku). kemungkinan, dalam sudut pandang pertama ini akan ada pada awal bagian cerita dan akhir cerita, tapi aku tidak menjamin. dan paling banyak yang menggunakan sudut pandang pertama adalah Isaac dan temannya Isaac tentunya (masih rahasia ya) 🍓

terimakasih banyak atas dukungan, kritik, dan saran yang kalian berikan kepadaku. semoga tetap betah ya disini 🫀

ocean eyes,
sea 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang