The Blackmailer

1.1K 98 3
                                    

Malam harinya, Reynov sudah berada di rumah Ali Sandi. Aksi arogan Klarisa menampar Amara membuatnya ingin memberi pelajaran kepada penyanyi itu. Memakai topeng mengerikan seperti biasanya, ia memanjat dengan mudah ke kamar saudari tiri Amara itu.

Di sana, Perempuan itu sedang bersantai dan merokok, hal yang tidak pernah ia tampilkan di media sosialnya yang serba berakhlak mulia itu. Terlebih rokok itu tidak berbau tembakau, tapi ganja.

Cekrek! Reynov memotret dan sengaja menyalakan blitz serta suara kamera ponselnya.

"Heh! Siapa lo?" Klarisa kaget. Melihat sosok bertopeng, ia langsung menodongkan gunting dari laci riasnya. "Lo motret gue? Hapus! Di rumah ini ada puluhan penjaga. Lo nggak akan bisa keluar hidup-hidup!"

"Terlambat!" Reynov menunjukkan ponselnya. Foto Klarisa sedang merokok sudah tersebar di dunia maya lengkap dengan keterangan "Klarisa dan rokok ganjanya."

Klarisa berlari berusaha merebut ponsel Reynov. "Heh! Berani-beraninya lo! Apa mau lo? Duit?"

"Duit? Lo, tuh, bisa kaya cuma karena bokap tiri lo. Jangan belagu lo! Dasar orang kaya baru!"

Klarisa ingin memaki Reynov, tapi ponselnya berbunyi. Ia langsung viral dan bertubi-tubi mendapat caci maki. Bahkan namanya disebut bersama dengan nama akun Badan Narkotika Nasional.

"A****g, lo!" Klarisa melempar vas bunga ke arah Reynov. Kariernya terancam hancur.

"Lo nggak selamanya hidup enak. Lo cuma anak tiri kurang ajar dan serakah. Di dongeng-dongeng, Cinderella yang akan menang." Reynov kini membuka sebuah laman berisi daftar nama pasien sebuah klinik aborsi, dan ada nama Klarisa di situ. "Minta maaf ke kakak tiri lo, atau gue sebar data ini!"

"Kakak tiri gue? Arina? Lo siapanya Arina? Preman suruhannya? Haha ternyata dia punya duit buat bayar preman!" Klarisa masih arogan. "Nggak akan! Gue punya banyak orang yang bisa gue bayar untuk beresin semua masalah ini."

"Oke!" Reynov langsung menyebar data pasien aborsi itu dalam sekali klik.

"Lo brengsek!" Klarisa kembali melempari Reynov dengan barang di sekitarnya. "Apa mau lo?"

"Gue masih punya satu lagi rahasia lo. Hobi judi lo di Singapura!" Reynov menunjukkan foto.

Klarisa menggeleng. Ponselnya kembali berbunyi, penuh cuitan warga jagad maya. Manajernya juga mulai menelepon. Bahkan, brand-brand besar yang ia bintangi juga meneleponnya. Stress!

"Oke gue telepon Arina, tapi lo hapus semuanya dan bikin klarifikasi!" kata Klarisa ketakutan.

"Deal!" Reynov memberikan nomor Amara pada Klarisa. Ia yakin Klarisa pasti tidak punya nomor Amara.

Dengan tangan gemetar dan ponsel yang terus berisik memunculkan notifikasi, ia menyalin nomor kakak tirinya dan menelepon. "Halo Arina... gue ... gue ..." Klarisa masih tidak mau meminta maaf. "Lo ngirim preman buat ngerusak hidup gue, hah? Iri lo sama gue? Mau ngehancurin karier gue?"

"Ini Klarisa? Sori.... Apa maksud lo?" Amara di seberang sana tidak paham.

Reynov memberi kode pada Klarisa bahwa ia benar-benar akan menyebar foto judinya.

"Oke.. oke!" Klarisa ketakutan. "Arina, gue minta maaf! Gue jahat sama lo! Nyokap gue jahat sama lo! Nyokap gue yang genit ngegodain bokap lo. Tapi asal lo tahu, gue juga nggak bahagia hidup sebagai anak Ali Sandi! Dia nggak pernah nganggep gue dan nyokap gue sebagai keluarganya!"

Klarisa berteriak sekaligus menangis. Di saat itulah penjaga mulai berdatangan dan mendobrak pintu kamar Klarisa. Reynov segera melesat keluar melalui jendela. Klarisa mengadu pada para penjaga itu, namun sia-sia. Data diri Klarisa sudah tersebar. Dalam semalam nama baik Klarisa, sekaligus nama baik Ali Sandi selaku pejabat tinggi, hancur. Berita langsung penuh dengan headline Klarisa yang akan disidang atas kasus narkoba dan aborsi. Tak ketinggalan, nama Ali Sandi juga disebut-sebut.

"Kerahkan tim IT kita untuk membersihkan semua ini, terutama nama saya. Puluhan tahun saya menjaga citra politik saya, kenapa hancur cuma karena masalah seperti ini? Bodoh kalian! Tambah lagi personel penjaga di rumah. Bodoh! Bisa-bisanya kalian luput setelah insiden saya diancam kemarin!"

Seperti kebakaran jenggot, Ali Sandi yang masih dirawat di rumah sakit marah-marah kepada kepala keamanan di rumahnya. Sedangkan Reynov, ia tertawa-tawa di ruang kerjanya. Belum pernah ia merasa sebahagia ini. Ini kali pertamanya ia bergerak atas keinginannya sendiri, bukan karena misi dari Robby.

********

Fiasco Kafe (END lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang