◇ S E R E N A D E ◇.
.
.Mari kenalan sebentar?
Aku Shevanaya Camelia, sang Run-of-the-mil yang akan menjadi sudut pandang orang pertama dalam cerita ini.
Kalau nama lengkap kepanjangan, panggil saja Seva. Jangan panggil aku anak kecil, paman.Sebelumnya, kamu suka buku?
Kalau suka, kita samaan. Kalaupun belum, cobalah untuk suka. Toh tidak ada ruginya mengetahui sebuah kisah.Ini akan jadi cerita yang panjang, jauh lebih lama dari saat kamu menyeruput secangkir teh, dan cukup menyita waktumu dari game online yang suka kamu mainkan.
Jadi siapkanlah, okey?
Dalam kehidupan introvert, buku adalah dunia kami. Dan kisah yang berjalan di dalamnya adalah surga.
Mungkin kalian berpikir, kok bisa? Apa yang bagus dari tumpukan tulisan begitu? Bahkan bundel kertas setebal itu sama sekali tidak ada gambarnya.
Dalam pandangan orang lain bisa saja begitu.
Namun pernahkah kamu dengar tentang imajinasi?
Itu seperti layar lebar yang hidup. Bukan hanya melihat sebuah dunia seperti saat menonton tv, tapi kita bisa menjadi bagian dari dunia itu.
Dengan membaca sebuah kisah, kami hidup dalam suatu waktu. Dan saat satu buku selesai lalu beranjak ke buku lain, kami telah hidup dalam dua masa.
Karena itulah kamu melihat seorang introvert layaknya orang dewasa. Perjalanan kami seolah menembus ruang dan waktu, dan terkadang hal itu membuat kami merasa jadi jauh lebih tua.
Benar bahwa dunia tidak hanya sebatas yang tertulis di dalam buku, dan dengan membaca segelintir buku bukan berarti kami tahu segalanya. Tapi buku adalah jendela dunia, bukan?
Bagaimanapun juga itu membuat kami mencicipi sedikit lebih banyak porsi dari kue lezat bernama semesta.Kamu bisa coba rasakan sensasi mengarungi ruang dan waktu hanya dalam beberapa bundel kertas saja.
Dan disinilah hal yang menjadi tantangan bagi introvert, khususnya pecinta buku.
Membaca membuat kami menjadi tua. Umpamanya seperti kami menyesap wine meskipun seharusnya kami masih minum susu.
Itu membuat kami sulit berbaur dengan anak seumuran kami.
Lelah rasanya saat melihat anak seusia kami memperdebatkan sesuatu yang sepele.
Lantas kami bertanya-tanya; apakah yang terjadi di antara mereka memang serumit itu atau anak-anak hanya senang berdebat saja?
Itu pertanyaan yang jawabannya tidak pernah kami coba cari tahu..