BAB 2

15 1 0
                                        

Masa kepemimpianan Riana sebagai Saniwa atau para kesatria pedang memanggilnya sebagai kepala keluarga benteng, telah memasuki bulan ke 9, waktu yang cukup bagi seorang ibu untuk melahirkan setelah beberapa bulan mengandung.

Banyak hal yang telah dia lewati, mulai dari Yamanbagiri Kunihiro yang memutuskan mundur dari jabatan, penunjukan Heshikiri Hasebe hingga Mikazuki Munechika sebagai punggawa, konflik batin antar pedang Oda Nobunaga, Tsurumaru Kuninaga yang dirasuki tentara pengubah sejarah, hingga invasi besar-besaran ke benteng Riana dan Mikazuki Munechika yang dilebur paksa Riana karna memutuskan untuk berkhianat.

Untung saja semua itu hanya simulasi yang dilakukan pemerintah waktu, karna sejak awal dibangunnya benteng ini memang tugas mereka menjadi kelinci percobaan.

Mikazuki Munechika dihidupkan kembali dengan ingatan yang masih sama, dan sekarang dia sedang dalam masa pengawasan oleh Riana, walau aslinya Mikazuki Munechika hanya memainkan peran, namun tetap saja, pedang tempaan Sanjou Munechika itu wajib diwaspadai perilakunya.

Meski semua hasil dari pecobaan benteng Riana telah dibukukan oleh pemerintah, namun tetap saja, ada benteng yang hancur tak kuat menerima serangan bertubi-tubi, bahkan ada benteng yang sekaramg tidak memiliki Saniwa didalamnya, hanya menyisakan beberapa kesatria pedang saja.

"Kepedihan kehidupan yang tiada henti, jika kita tidak dapat menyimpulkan dengan benar, kita akan terperosok masuk lebih dalam di jurang yang bernama kesedihan."

Waktu akan terus berputar, terus maju meninggalkan kita, jika kita terus meratapi sesuatu yang tiada henti.

Para kesatria pedang, mereka dihidupkan setelah melihat berbagai kejadian dalam sejarah, baik itu melindungi atau menghabisi nyawa tuan mereka sendiri.

Itu bukanlah salah mereka, takdirlah yang membawa mereka mengalami berbagai kejadian pada masa lampau, mereka hanya lah benda mati, manusialah yang menggerakan mereka, dan itu pula takdir mereka.

"Apakah tumpukan berkas ini juga takdirmu, Riana?" ucap Tsurumaru Kuninaga yang duduk menghadap Riana, dengan meja yang memisahkan dan tumpukan berkas sebagai penghalang.

"Jika kau berkenan membantuku menyelesaikannya, aku akan dengan senang hati menerimanya." Tawar Riana, wajahnya sedang ditempelkan di atas meja.

"Itu jelas melanggar aturan tugas dewan perang," tolak Tsurumaru Kuninaga, Netra emasnya terus menatap surai hitam yang hampir tak terlihat. "Di mana asisten pribadimu?"

"Di dapur," ucap malas Riana, "kau ada apa kemari?"

"Bisa kau angkat dulu kepalamu?!" tanya Tsurumaru Kuninaga dengan nada meninggi.

Kepala terangkat dan membalas tatapan netra emas.

"Hah ... ," ia menghela napas, "bagaimana hasilnya?" tanya Riana dengan nada mengintimidasi.

Tsurumaru Kuninaga mencondongkan tubuhnya ke arah Riana.

"Mereka telah bergerak." Ungkap Tsurumaru Kuninaga.

"Seberapa jauh?" tanya Riana.

"Sedikit demi sedikit namun pasti, syarat yang kau ajukan akan segera mereka kabulkan." Jelas Tsurumaru Kuninaga.

"Aku hanya ingin tuan terdahulu Heshikiri Hasebe, Hakata Toushirou, dan Nihongou mengambil alih aliansi ... ," nada suara Riana terdengar tak bersemangat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Noble of NatsukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang