paris

13 6 0
                                    

-début : Kejaran di Jalanan Paris-

Malam di Paris tak pernah sepi, tetapi hiruk-pikuk kota kali ini berbeda. Deru mesin motor terdengar menggema di antara gedung-gedung tinggi. Scarlet mengendarai motor sport hitamnya dengan kecepatan tinggi, mengejar sebuah mobil sedan hitam yang melaju di depannya. Wajahnya penuh konsentrasi, matanya tajam mengawasi setiap gerakan mobil tersebut.

"Robin, aku sudah di belakangnya," kata Scarlet melalui earphone yang terpasang di telinganya. Suara bising jalanan hampir tenggelam oleh fokusnya.

"Salin, Scarlet," jawab suara Robin dari sisi lain. "Aku akan membuat mereka tidak punya pilihan selain berhenti."

Robin, seorang hacker jenius yang merupakan teman dekat dan mitra Scarlet, sedang duduk di depan layar komputer dengan kode-kode berkilat di monitor. Jari-jarinya menari cepat di atas keyboard, meretas sistem lalu lintas kota Paris.

Lampu lalu lintas di depan berubah menjadi merah. Mobil-mobil mulai berhenti, menciptakan kekacauan besar di jalan utama. Mobil sedan hitam yang dikejar Scarlet tidak punya pilihan lain selain memperlambat lajunya dan akhirnya berhenti total di tengah kemacetan yang tiba-tiba.

"Bagus, Robin. Mereka terjebak," kata Scarlet dengan nada puas.

Dengan gesit, Scarlet menyelip di antara mobil-mobil yang terjebak, mendekati mobil targetnya. Suara mesin motornya memecah kebisingan kota, menarik perhatian orang-orang sekitar. Saat ia berada di sisi mobil sedan hitam, ia mematikan mesinnya dan melompat turun dengan lincah.

Sambil bergerak cepat menuju pintu pengemudi, Scarlet mengeluarkan pistol dari sarungnya dan menodongkannya ke arah kaca jendela yang tertutup. "Keluar dari mobil, sekarang!" perintahnya dengan suara tegas, tak memberi ruang untuk perlawanan.

Pintu mobil perlahan terbuka, dan Scarlet bersiap menghadapi pengemudi dengan tangan terangkat. Namun, yang dilihatnya di dalam mobil membuatnya terkejut. Semua penumpang di dalam mobil, termasuk pengemudi, mati dengan mulut berbusa. Racun. Mereka sangat setia dengan organisasi hingga rela mengakhiri hidup mereka sendiri.

Scarlet merasa jantungnya berdegup kencang. Ia tak punya banyak waktu untuk merenung. Saat ia memeriksa kembali bagian dalam mobil, matanya menangkap kilatan merah. Bom waktu. Detik-detik terakhir hampir habis, dan ledakan tak terelakkan.

"Robin, ada bom!" seru Scarlet.

Tanpa menunggu jawaban, Scarlet berlari ke arah taksi yang terjebak dalam kerumunan. Dengan lompatan gesit, ia berlindung di balik taksi tepat saat ledakan besar mengguncang jalanan. Suara ledakan memekakkan telinga, dan gelombang panas terasa menghantam tubuhnya.

Kaca-kaca jendela pecah, dan kepanikan melanda orang-orang di sekitar. Scarlet menunduk rendah, melindungi kepala dengan lengannya, merasakan debu dan serpihan berjatuhan di sekelilingnya. Setelah beberapa detik yang terasa seperti seumur hidup, semuanya mulai mereda.

"Scarlet, kau baik-baik saja?" suara Robin terdengar cemas melalui earphone.

"Aku baik-baik saja," jawab Scarlet dengan napas terengah-engah. "Tapi kita punya masalah besar. Mereka lebih siap dari yang kita duga."

(continue la scène précédente )

Malam di Paris telah berubah menjadi kekacauan, dan Scarlet harus segera meninggalkan tempat kejadian sebelum polisi tiba. Dengan sigap, ia menyalakan motornya dan melesat pergi, memastikan untuk tidak meninggalkan jejak yang bisa diikuti. Robin, melalui sistem komunikasi yang aman, memberikan petunjuk ke mana harus pergi.

---

Scarlet dan Robin akhirnya tiba di markas rahasia mereka, sebuah bangunan biasa di distrik yang sepi di Paris, yang dilengkapi dengan teknologi canggih dan keamanan tinggi. Scarlet memarkir motornya dan berjalan cepat masuk ke dalam bangunan, dengan Robin mengikutinya.

The Spy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang