Eps.2

10 1 0
                                    

"Hari ini gue beruntung banget dah, dapet roti, dapet duit, mana dapet baju pula dari si Bapak warung tadi. Mana tadi makan juga gak usah bayar, jadi uang hasil nyuri tadi masih awet. Bisa nih buat bekel 2 hari lagi."

Joa tersenyum sumringah sambil menghitung uang, yang bukannya berkurang malah kian bertambah.

Bapak warung tadi memberikannya beberapa lembar uang, dan pakaian baru untuk Joa. Sehingga kini penampilan Joa tidak lusuh seperti biasanya.

"Makan udah, dapet duit buat besok udah, tinggal nyari tempat tidur nih. Gue malem ini tidur dimana anjir?" Joa celingak celinguk di jalanan, mencoba mencari gubuk atau rumah kosong untuk dia tidur malam ini.

Namun sial, sepertinya disini tidak ada gubuk ataupun rumah kosong yang bisa dia tempati. Disini malah banyak ruko ruko kecil yang separuhnya sudah tutup karena hari semakin larut malam. Rasanya tidur di depan ruko ruko kecil itu bukan hal yang baik, dia pernah di guyur satu ember air hanya karena tidur di depan toko seperti itu.

"Gada gubuk, njir terus gue tidur dimana!?" Dengus Joa masih sambil celingak celinguk.

Tak berselang lama, saat Joa tengah asik merenung  sambil menatap kendaraan yang berlalu lalang di jalanan. Tiba-tiba ada sekelompok bocah yang berpenampilan sama dengannya, lusuh dan tidak terurus.

"Woy bocah," Panggil Joa.

Ketiga bocah itu menoleh secara bersamaan.

"Kenapa Kak?" Tanya bocah yang memakai baju biru.

"Lu semua mau pada balik kah?" Tanya Joa sambil menatap ketiganya.

"Iya, kenapa emangnya?" Tanya bocah berambut pirang dengan sebuah karung  di genggamannya.

"Enggak apa-apa sih, cuma mau tanya aja di sekitar sini gak ada gubuk atau rumah kosong gitu buat tidur semalem aja?"

Ketiga bocah itu saling menatap satu sama lain.

"Kakak gak punya rumah?" Bocah ketiga ikut menyahuti percakapan antara Joa dan kedua temannya.

Joa menggeleng kecil.

"Sama sih kak, sebenernya kita juga enggak punya rumah."

Mata Joa membulat, "Terus kalian tidur dimana?"

"Kolong fly over tuh sebelah sono, kalau mau ikut sih kita ayo aja. Tapi emang gak apa-apa tidur di kolong fly over? Banyak nyamuk soalnya disana, belum lagi disana lebih banyak cowoknya dari pada cewek. Tapi ada sih nenek-nenek satu." Ucap bocah berpakaian biru tadi.

"Gak apa-apa lah, gak masalah soal itumah. Udah dapet tempat buat tidur aja udah bersyukur banget." Jelas Joa sambil tersenyum.

"Sebagai tanda terima kasih gue sama kalian karena kalian udah baik mau kasih tempat buat tidur, gue traktir ice cream deh satu satu."

Mata ketiga bocah itu membulat, ada secercah kebahagiaan yang terpancar disana.

"Serius?"

"Yoi, kuy beli ice cream mumpung duit gue lagi banyak nih."

Mereka berempat pergi mengunjungi tukang ice cream keliling yang masih berada di depan sebuah ruko. Joa merasa senang dengan anak-anak tersebut, meskipun mereka masih terlalu kecil untuk berteman dengannya tapi setidaknya Joa memiliki teman dan tidak sendiri.

"Kakak kerja apa? Mulung juga kayak kita?" Tanya Bocah yang bernama Iko, dia si bocah rambut pirang.

"Kagak,"

"Terus?" Tanya bocah si baju biru, nama dia Arya.

"Pasti nyuri." Sambung bocah ketiga, nama dia Khoirul namun akrab dipanggil Irul.

Arya menyenggol lengan Irul pelan, memberikan kode kepada temannya agar berbicara dengan sopan pada Joa.

"Apa sih sakit tau!!! Kalau ice cream gue jatuh emang Lo mau ganti?" Sebal Irul sambil menahan ice cream nya yang nyaris terjatuh karena senggolan lengan Arya tadi.

"Mulut lu tuh udah di bilangin jangan lemes, harus lebih sopan sama yang lebih tua." Peringat Arya pada Irul.

Sepertinya Arya adalah bocah yang sudah memiliki pemikiran lebih dewasa dari kedua temannya. Meskipun terkesan sangat suka marah marah, dan mengomeli kedua temannya tapi temannya itu tidak pernah marah, malah mereka semakin menyayangi Arya bagaikan kakak kandungnya sendiri.

"Iye iye, gak akan deh mulut gue lemes lagi." Jawab Irul malas-malasan sambil memakan ice cream miliknya lagi.

"Gak apa-apa gak usah berantem, emang yang dia bilang bener kok."

Ketiganya langsung melotot, Iko bahkan sampai ter-batuk batuk dibuatnya.

"Jadi uang ice cream ini uang haram?" Refleks Iko yang membuat Arya lagi lagi menegurnya dengan mencubit pahanya.

"Refleks ya, kaget gue."

"Eh enggak kok, enggak! Maksudnya gini gue emang suka nyuri tapi uang yang dibeliin ice cream ini uang pemberian Bapak Bapak warung kok. Bukan uang haram, nah kalau ini baru uang curian." Jelas Joa.

"Ckckck, mending besok besok kakak ikut mulung aja sama kita-kita lebih halal dan gak meresikokan di keroyok warga." Tawar Irul.

"Iya tuh kak, besok besok mending kakak ikut kita kita mulung aja. Mulung juga lumayan loh kak, dari pada nyuri." Lanjut Arya.

"Ya gue mau mau aja sih, cuma gue kagak punya itu tuh apa sih yang alat kalian pake." Jelas Joa.

"Ah alat ini? Kita besok bikinin juga udah langsung jadi kak. Tenang aja," sambung Iko.

"Kalau gue ikut mulung nanti keuangan kalian kurang dong," Jelas Joa.

"Ya enggak lah kak, mau banyak atau sedikit itu udah rezekinya. Biar adil nih kita suka satuin hasil mulung kita terus kita beli makan satu bungkus rame-rame, nah kalau kakak ikut mulung, uang kita kan jadi nambah dong yang ada. Anggap aja Kakak adalah kakak kita bertiga, jadi gak usah merasa gak enak kak kita ini sama sama lanjutin hidup, ya harus saling bantu." Jelas Arya yang membuat Joa tersenyum, meskipun mereka masih bocah tapi mereka mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.

"Bener tuh kak, udah besok mending ikut mulung aja jangan nyuri nyuri nanti kayak si Iko lagi kasusnya."

"Loh Iko kenapa? Iko pernah nyuri juga?"

"Pernah kak, malah dia sampe di keroyok warga. Nih liat bekas jahitan di keningnya." Jelas Irul sambil menunjuk luka jahitan yang mengering di kening Iko.

"Anjir lah, sampe dijahit?" Kaget Joa.

"Iya, untung aja dia kagak mati waktu itu. Waktu itu kita masih ngamen berdua sih, waktu itu juga kita ketemu sama Arya dan lanjutin hidup bareng bareng."

"Ckckck untung aja, kurang handal tuh si Iko jadi copet. Kalau gue nih, satset kalau dikejar warga. Oh iya terus itu biaya jahit pasti mahal kan, Kalian dapet uang dari mana?" Penasaran Joa.

"Ya ada orang baik yang mau nolongin kita, dia yang urus biaya Iko sampai bener bener sembuh. Malah sekarang sekarang juga kalau si om nya gak sibuk suka mampir kesini sambil bawa makanan buat kita kita. " Jelas Arya.

"Bjir beruntung banget lah kalian kenal itu orang, Siapa orangnya kok baik banget? Masih ada ya orang sebaik itu?"

"Ada lah, kalau dunia isinya orang jahat semua mungkin udah hancur nih bumi." Jelas Irul.

"Kalau gak salah sih, nama si kakaknya sih, kak Virgo namanya. Ya gak Ko?" Tanya Irul yang dibalas anggukan oleh Iko dan Arya.

"Iya, Kak Virgo."

Deg

|Enslavement|

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Enslavement | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang