1. Perang dingin

0 0 0
                                    

Selina berjalan dengan tenang menuju perpustakaan dengan buku-buku tebal di tangannya. Perpustakaan menjadi tempat favoritnya sejak ia mulai menginjakkan kaki di Jakarta Internasional School (JIS) ini.

Ia benci keributan hingga hanya perpustakaan lah yang menjadi tempat favoritnya karna jarang di kunjungi siswa.

Selina pecinta ketenangan, ia suka dengan hal-hal yang membuat dirinya tenang. Contohnya mendengarkan musik klasik, ia sangat menyukainya.

Selina memicingkan mata saat sampai di perpustakaan, meja paling pojok yang merupakan tempat favoritnya di tempati oleh seseorang.

Selina benci jika tempatnya diusik orang lain. Padahal itu hanya sebuah meja. Tapi itu Selina, dia benci ketenangannya di usik.

Brakk

Selina sengaja membanting buku-buku tebalnya dengan keras di atas meja hingga membuat seorang lelaki yang berada di alam mimpi itu tersentak bangun.

"Lo,,"

"Pergi. Ini tempat gue" ucap Selina tenang. Ia sama sekali tidak merasa bersalah telah membuat lelaki di depannya bangun dengan wajah shock.

"Sejak kapan meja ini milik lo?" sentak lelaki itu.

Selina diam.

Bukan karna tak mampu menjawab, ia hanya malas mengeluarkan energinya buat hal yang gak berguna.

"Gak bisa jawab kan lo. Jangan mentang-mentang semua orang menyanjung lo, lo bisa seenaknya sama orang lain" Lelaki itu kembali berucap dengan nada tegas.

Lelaki itu adalah Raden Baskara. Ia biasa dipanggil Baskara atau Bas. Baskara tentu saja mengenal gadis yang tengah menatapnya dengan tajam itu.

Siapa yang tidak mengenal Selina di JIS ini? Dia adalah salah satu murid populer yang banyak di sanjungi siswa dan siswi. Tapi tidak ada yang berani mendekati dirinya. Selina terlalu sulit didekati, jika ada orang yang ingin dekat dengannya ia akan tegas menolak dengan kata-kata tajam. Hingga banyak orang takut atau bahkan berbalik membenci dirinya.

Sebenarnya Baskara tidak ada di barisan penyuka ataupun pembenci Selina. Ia termasuk orang yang tidak suka mencampuri urusan orang lain. Tapi kini Selina benar-benar membuat dirinya kesal. Bagaimana gadis itu membuat dirinya terbangun dengan tidak etisnya.

Bahkan yang membuat Baskara lebih kesal gadis itu bahkan tidak menunjukkan sedikit penyesalan sekalipun. Lihat bagaimana gadis itu menatapnya tajam.

"Ini terakhir kali gue liat lo dimeja ini. Dan lo jangan cari masalah sama gue" ucap Selina dengan tenang namun penuh penekanan.

Ia mengambil buku-bukunya dengan kasar dan pergi meninggalkan Baskara yang masih ingin mengumpati dirinya.

"Sialan tu cewek dia pikir dia siapa. Percuma cantik percuma pintar kalau akhlak minus" gerutu Baskara kesal.

Selina kembali ke kelas dengan suasana hati yang buruk. Selina tidak pernah melewatkan belajar di perpustakaan saat jam istirahat kedua dan kebiasaannya harus terganggu karena cowok pemalas tukang tidur.

Kali ini Selina mencoba mengalah ia telah tidak ingin mencari keributan hari ini. Ia akan belajar dikelas saja. Selina mulai membuka buku fisika miliknya dan mulai mengerjakan soal-soal penuh rumus itu.

"Perhatian semuanya" Teriak Aldi sang ketua kelas XI IPA 1 di depan. Hingga kini semua atensi melihat ke arahnya.

Selina hanya melirik sekilas, selanjutnya ia kembali fokus pada soal yang tengah dikerjakan nya.

"Gue dapat info dari mading sekolah katanya bakal diadain festival olahraga sebulan lagi di sekolah kita. Nah buat kalian yang ada bakat di bidang olahraga bisa daftar ke gue, biar gue nanti yang kasih ke osis" Jelas Aldi.

Selina AnnalisseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang