Quena membuka pintu kemudian perlahan masuk mengendap ke dalam rumah yang isinya sudah gelap karena tidak ada aktifitas manusia lagi di dalamnya. hampir pukul satu malam, dan ia baru pulang ke rumah sejak berangkat tadi pagi
Baru saja kakinya menginjak satu anak tangga, seisi rumah tiba-tiba menjadi terang, Quena terperanjat, ia diam di tempatnya berdiri dan bersiap menerima segala omelan dari suaminya
"Kenapa diam di sana! Naik!" Titah Bratta yang melihat Quena dari balkon atas
Quena sedikit berlari menaiki satu persatu anak tangga kemudian berhasil sampai di lantai dua menemui pria yang tengah duduk di sebuah sofa yang berada di bagian tengah lantai dua tersebut
Beberapa puntung rokok dan botol alkohol ada di atas meja, fiks suaminya itu pasti setengah mabuk sekarang
"Belum tidur?" Tanya Quena membuat wajah yang mulanya dingin itu bertambah dingin, ia bangkit dari posisi duduknya lalu berjalan mendekati Quena
"Coba katakan, bagaimana caranya aku tidur di saat istriku belum pulang hingga larut malam!" Tanya Bratta dengan sangat tegas
"..........." Quena hanya diam
"Kenapa dengan Hp mu! Tidak bisa digunakan atau bagaimana! Aku telfon tapi tidak dijawab!"
"Cuma sekali!"
"Jadi kamu mau berapa kali! Sertus? Atau seribu?" Suara Bratta mulai tinggi membuat Quena ciut
"Nggak juga, Ucle menghubungiku sekali dan tidak terjawab, jadi aku pikir tidak terlalu khawatir!" Cicitnya semakin pelan
Bratta memejamkan matanya beberapa saat, ia tak habis pikir dengan pemikiran istrinya yang terlalu dangkal "Pitty, sekalipun orang lain tidak khawatir, jangan pernah berbuat semau kamu! Kamu pulang larut malam seperti ini, apa itu wajar bagi seorang perempuan?"
"Tapi ini gara-gara kamu juga! Aku membuat tugas sialan itu sampai jam segini!" Quena mulai tak tahan untuk tidak membela diri
"Apa tugas itu harus dikerjakan di luar rumah? Tidak kan, kamu bisa membuatnya di manapun, bahkan di dalam kamar mandi sekalipun!"
"Tapi aku butuh teman!"
"Bawa temanmu pulang dan kerjakan di manapun yang kamu mau di rumah ini!"
"Lalu jelaskan hubungan kita? Itu maksud kamu?" Tantang Quena mendekatkan wajahnya ke wajah Bratta
"Aku bisa pergi, atau bahkan tidak keluar dari kamar!"
"Aishhhh sudahlah, aku lelah dan butuh istirahat!" Quena berniat pergi namun Bratta menahannya "apa? Bukankah besok pagi aku harus mengantar laporanku ke kantormu? Aku takut akan terlambat lagi!" Gerutunya dengan tatapan sinis
"Apa kamu menyukainya?" Tanya Bratta dengan suara sangat datar
Quena menggernyit, ia menekuk lehernya lalu sedikit tengadah untuk melihat wajah Bratta dengan jelas "apa perlu aku jawab?"
"Lupakan! Pergi tidur, kamu harus bangun lebih awal besok!" Bratta melepas genggamannya di lengan Quena kemudian berlalu pergi meninggalkan Quena yang masih mematung di tempatnya
***
Quena duduk sejenak di depan meja rias setelah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, memakai Skincare adalah rutinitas rutin wanita sebelum tidur
Trriiiiing
Notifikasi grup chat yang sudah lama fakum itu membuat Quena jengah dan segera mendekati ponselnya yang tergeletak di atas kasur***GC AREA***
Ziana_Prend : Nanaaaaaaaaaa mimpi apa lu heh? lu beneran nikah sama Bratta!
KAMU SEDANG MEMBACA
B U T
ActionBerawal dari sentuhan hangat gadis kecil yang tersesat di sweet room miliknya! membuat Bratta mulai berubah haluan dan menyukai gadis manja dari garis keturunan musuh masalalu keluarganya itu Meski mendapatkan pertentangan dari keluarga, Bukan Bratt...