03.00

42 9 1
                                    

Bel pulang Sekolah sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu. Tampak Aksel kegirangan menarik tangan Ave menuju parkiran.

"Ayo Ave, buruan!" Aksel berucap girang. Tentu saja Aksel senang. Hari ini mereka akan pulang bersama. Hal yang jarang terjadi, lantaran beberapa hari belakangan ini, gadis yang lebih tinggi darinya itu disibukkan dengan padatnya jadwal anak OSIS.

"Cel, pulang bareng aku, aku lagi nggak ada jadwal rapat sore ini." Ucapan Ave saat dikelas tadi masih terngiang, membuat Aksel semakin bersemangat.

"Astaga Aksel. Jalannya hati-hati," tegur Ave berusaha menyesuaikan cara jalan Aksel yang terbilang cepat. Gadis itu kelewat hiperaktif, hingga berulang kali hampir terjatuh jika saja Ave tidak sigap menahannya.

Sampai di parkiran, Ave langsung memasang helmnya. Tak lupa satu helm cadangan dia berikan ke Aksel.

Butuh beberapa detik untuk Ave menyelesaikan kegiatannya, saat menoleh kearah sahabatnya, helaan nafas menguar begitu saja dari mulut dan hidungnya. "Udah, Cel?"

"Ihhh, bentar. Ini helmnya susah banget tau dicetekin," omel Aksel, tangannya masih berusaha mencari lubang pengait dari helm.

"Itu kamu aja yang nggak tau cara pasangnya," ejek Ave tertawa kecil.

"Bawel! Ini pegangin dulu," Aksel ngegas, menyodorkan buku novel yang sempat dipinjam dari perpustakaan tadi pagi.

"Pegangin dulu Ave," cemberut Aksel saat Ave hanya diam, tak langsung mengambil buku yang disodorkan.

"Haha, lucu manyun gitu, bibirnya maju, kayak Bimoli, Cel." Ave gencar menjahili Aksel, membuat Aksel makin kesal.

"Gue gampar juga lo, Ave," ucap Aksel datar.

Ave semakin ngakak. Ditambah melihat tatapan bombastic side eye dari Aksel. "Udah, coba madep sini." Ave menarik tangan Aksel lembut.

"Cara pasangnya tuh gini, Cel_" Ave menjeda kalimatnya, gemas sendiri saat Aksel benar-benar memperhatikan detail setiap gerakan Ave. "Tinggal masuk deh." Bunyi ceklek terdengar, saat Ave menyelesaikan kegiatannya.

Aksel manggut-manggut, membuat helm miliknya ikutan merosot karna ukuran helmnya yang kebesaran.

"Ini helmnya kebesaran Ave, muka aku jadi ketutup gini," adu Aksel.

Ave tersenyum kecil, menurunkan kaca spion helm Aksel hingga benar-benar menutupi seluruh wajah gadis itu. "Nggak apa-apa, kacanya turunin dulu. Debu, Cel. Besok baru helmnya ganti yang ukurannya pas," tutur Ave lembut yang dibalas anggukan patuh dari Aksel.

"Kamu nggak bawa jaket?" tanya Ave, menatap rok Aksel yang mungkin saja akan tersingkat terkena hembusan angin.

"Kelupaan dikelas," cengir Aksel.

"Udah, pakai punya aku aja."

Keduanya sudah berada diatas motor, dengan Aksel yang sudah duduk anteng dibelakang Ave.

"Udah?"

Aksel dibelakang Ave menggangguk. Hal itu diperhatikan oleh Ave dari kaca spion.

"Ada yang kurang." Ucapan Ave membuat Aksel bingung.

Helm sudah dipasang, jaket Ave juga sudah melingkar menutupi rok Aksel. Apalagi? "Apanya?"

"Nggak, bercanda."

Deru mesin motor mulai terdengar. Ave sekali lagi menoleh kearah Aksel, memastikan keadaan gadis dibelakangnya sudah benar-benar aman.

"Aku mau ngebut, Cel."

"Jangan macam-macam, Ave. Bahaya kalau jatuh. Aku laporin ke Bunda juga."

Ancaman itu kembali dibalas Ave dengan tawa kecil. "Makanya peluk, biar nggak jatuh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang