Seberapa cepat waktu bisa berlalu? Seberapa kuat waktu mampu menyembuhkan luka? Seberapa dalam seseorang bisa menanggung luka? Seberapa besar potensi luka itu akan sembuh dan kembali seperti semula?
Tempat ini dulunya adalah sebuah toko mainan. Miniatur mobil-mobilan terpajang di etalase kaca yang terlihat jelas dari luar juga berbagai jenis boneka. Seringnya pengunjung yang datang adalah anak kecil bersama orangtuanya. Ekspresi mereka riang dan bersemangat. Mata mereka sudah mulai memindai setiap penjuru etalase untuk menemukan apa yang diinginkan. Sayangnya, toko mainan itu hanya bertahan satu setengah tahun. Mungkin karena anak zaman sekarang lebih suka bermain ponsel daripada mobil-mobilan.
Setelah toko mainan tutup, ruko ini berubah menjadi rumah makan padang. Deretan lauk pauknya begitu menggoda. Harganya memang lebih mahal dari rumah makan padang pada umumnya, tetapi gulai kepala ikannya juara. Saut-sautan obrolan berbahasa minang terdengar. Setahun pertama rumah makan itu lumayan laris. Namun, tak lama dari itu, sekitar 50 meter dari sini,rumah makan padang baru buka dengan konsep serba 10 ribu rupiah. Rumah padang yang ini segera kalah saing dan terpaksa gulung tikar.
Dua tahun terakhir, ruko ini berubah menjadi minimarket dengan label warna biru. Agaknya hanya minimarket itu yang bertahan cukup lama. Wajar, karena selain minimarket selalu dibutuhkan, pihak manajemen juga mengikuti trend dengan membuka coffee shop dan menaruh kursi-kursi yang nyaman di terasnya yang luas. Pengunjung berdatangan untuk belanja atau ... sekadar menanti sesuatu.
Pria yang baru saja keluar dari minimarket membawa satu cup kopi itu menuju kursi di sudut teras, tempat yang selalu menjadi pilihannya sejak kursi-kursi ini tersedia. Ditaruhnya kopi itu di atas meja lalu dia duduk perlahan. Resleting jaketnya yang terbuka menggesek kursi yang terbuat dari besi dan menimbulkan bebunyian kecil. Pandangan pria itu mengarah lurus ke bangunan di seberang jalan. Jalan raya di depan itu luas. Cukup luas untuk menjadi jalan dua ruas dengan pembatas jalan yang kokoh. Mata pria itu masih awas, tetap saja dia menyipit, berusaha untuk melibas jarak dan melihat lebih baik.
Bangunan besar itu sebenarnya terletak jauh di dalam. Nyaris tidak kelihatan karena dikelilingi oleh pagar tinggi yang dilapisi tanaman merambat. Agak serong ke kanan dari tempat pria itu duduk, di dekat seorang penjual batagor mangkal, terdapat pintu gerbang yang terbuka setengah. Tepat di atas gerbang terdapat plang besar dengan tulisan "Griya Lansia Mentari".
Pria itu meraih gelas kopinya lalu dia sesap perlahan. Dari saku jaket, dia mengeluarkan sebuah rubik megaminx yang baru setengah terselesaikan. Sambil merebahkan punggungnya ke punggung kursi, sambil sesekali menatap ke seberang jalan, tangannya mulai bergerak memecahkan megaminx, sementara benaknya yang multitalenta mulai berkelana.
Pria itu hampir lupa berapa lama dia sudah melakukan hal ini. Toko mainan, rumah makan padang, dan minimarket itulah penanda waktu yang telah dihabiskannya untuk menunggu sesuatu terjadi. Tidak ada yang tahu berapa lama lagi dia masih harus menunggu, tetapi pria itu akan melakukannya. Kebodohan orang bilang, tetapi baginya itu sepadan.
Dalam satu tarikan napas panjang, tangannya yang bergerak otomatis berhasil menyelesaikan megaminx. Pria itu mengangkat pandangnya, lantas seluruh tubuhnya menjadi kaku.
Perempuan itu ada di sana. Berdiri di pinggir jalan, menatapnya sesaat–atau yang dia kira demikian–sebelum memalingkan pandang untuk menoleh ke kiri dan ke kanan mengecek keramaian.
Keheningan melanda hatinya sejenak sebelum pria itu mulai resah. Megaminx-nya tergeletak di pangkuan, dan kedua tangannya mulai terpilin-pilin gelisah. Perempuan itu jelas sedang menunggu kesempatan untuk menyeberang jalan. Kegugupan pria itu melesat ke titik tertinggi.
Apakah perempuan itu akan mampir ke minimarket ini? Apa perempuan itu mengenalinya? Apakah eksistensinya ketahuan? Apakah perempuan itu akan mengusirnya? Dia cukup yakin bahwa tadi perempuan itu sempat menatapnya. Apakah terjadi sesuatu hari ini? Apakah penantiaannya akan berakhir ... atau barangkali tidak? (*)
Lohaloooo~
Aku muncul lagi dengan cerita baru yang rada serius wkwkwkCerita ini bakalan suuuuper sloooooooowww update (baik di KK apalagi di Wattpad heuheuheu aku kasih warning dulu biar ndaa bertanyea-tanyea)
😻😻
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMPUL INGATAN
ChickLitAratrika Rayya terbangun di sebuah kamar hotel dalam kondisi tangan terikat dengan seorang pria asing. Mereka tidak ingat apa yang terjadi semalam dan bagaimana mereka bisa terikat satu sama lain. Belakangan, Rayya mengetahui pria itu bernama Garin...