3. Crime Scene

250 12 11
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Tok tok

"Yerim-ah, apa kau sudah tidur?" Yerim yang saat itu sedang berkutat dengan ponselnya sontak mendongak dan menatap lurus ke arah pintu.

"Belum, Ma. Masuk saja pintunya tidak dikunci."

Mendapat jawaban seperti itu dari sang putri, segera ia membuka pintu kayu tersebut secara perlahan-lahan dan mulai membawa kedua kakinya memasuki kamar bernuansa putih abu tersebut.

"Ada apa?" tanya Yerim ketika menyadari raut khawatir sang ibunda.

"Yerim, apa kau masih menyimpan salinan rekaman CCTV itu? Kalau memang masih ada, bisakah kau berikan itu pada Mama?" Kening Yerim mengerut. Merasa janggal akan sikap sang ibunda yang tiba-tiba saja menanyakan soal bukti rekaman itu.

"Kenapa tiba-tiba Mama bertanya soal itu? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Gelengan kepala ia dapatkan dari sang ibunda.

"Tidak ada, Nak. Mama hanya tidak ingin kau terlibat lagi dengan kasus kematian Minji. Sebaiknya bukti itu kau berikan pada Mama." Yerim hanya diam.

Ia meraih tangan sang ibunda dan menggenggamnya. "Mama tidak bisa membohongiku. Luka di pelipis Mama itu, ulah mereka, kan?"

"Bukan, Yerim-ah. Tadi Mama tidak sengaja membentur ujung lemari saat ingin mengambil sesuatu." Yerim tahu jawaban itu hanya sebuah kebohongan.

"Ma ... Mama jangan khawatir. Yerim tahu apa yang sedang Yerim lakukan. Yerim juga sudah memikirkan semuanya matang-matang," jelas Yerim sambil tersenyum.

"Tapi, Yerim-ah ... ."

"Yerim akan baik-baik saja, Ma. Yerim hanya ingin melakukan sesuatu yang benar kali ini. Mungkin memang sulit, tapi Yerim tidak sendirian. Mama cukup doakan Yerim." Senyuman yang Yerim suguhkan mampu membuat sang ibunda luluh.

"Mama mengerti, tapi keselamatanmu juga penting. Mama tidak ingin kau bernasib-"

"Cukup, Ma. Yerim akan berusaha menjaga diri baik-baik. Mama tenang saja. Yerim sudah terlatih untuk melawan kekerasan dari kecil, bukan?" Yerim memeluk sang ibunda erat.

"Kekerasan yang sering papa lakukan sudah cukup untuk menjadikan Yerim sosok yang lebih berani, Ma. Yerim memang penakut, tapi Yerim tidak selemah itu." Yerim memejamkan kedua matanya.

"Keadaannya berbeda, Nak. Tapi jika memang keputusanmu sudah bulat, Mama hanya bisa berdoa dan mendukungmu. Semoga Tuhan selalu melindungimu setiap waktu." Yerim mengangguk masih dalam dekapan sang ibunda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CONFOUNDED || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang