0.0

7 0 0
                                    

Aku datang menggamit senyum di bibir. Langkahku nyaris terburu, seruku bersahut-sahutan dengan angin. Agar kau tahu, betapa besar harsa ini bertumpuk dalam dada. Walau tak kau kaitkan jemari kita, tetap netramu yang membuatku merasa hangat dalam dekap jauh. Walau tak kau usap suraiku, tetap tuturmu yang menenangkan atma yang mendingin sebab rindu.

Tuan, tidakkah kau lihat betapa dalam rasa yang menggila ini? Lihatlah, di dalam sana sedang berlomba; bergemuruh rindu-rindu yang selalu menyala. Terkadang menyalak bak hewan kelaparan. Terkadang menangis bak bayi yang kehausan. Terkadang tenang layaknya danau tanpa riak.


***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rayuan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang