Aku datang menggamit senyum di bibir. Langkahku nyaris terburu, seruku bersahut-sahutan dengan angin. Agar kau tahu, betapa besar harsa ini bertumpuk dalam dada. Walau tak kau kaitkan jemari kita, tetap netramu yang membuatku merasa hangat dalam dekap jauh. Walau tak kau usap suraiku, tetap tuturmu yang menenangkan atma yang mendingin sebab rindu.
Tuan, tidakkah kau lihat betapa dalam rasa yang menggila ini? Lihatlah, di dalam sana sedang berlomba; bergemuruh rindu-rindu yang selalu menyala. Terkadang menyalak bak hewan kelaparan. Terkadang menangis bak bayi yang kehausan. Terkadang tenang layaknya danau tanpa riak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayuan Luka
Short StoryAku ingin sembuh bersama doa-doa yang menggaung lirih. Bersama waktu yang merambat teratur. Ingin kembali pada ruang-ruang tenang tanpa riak badai. Duduk damai ditemani cawan dama yang penuh, hingga hati kembali utuh.