Awal Cerita

1.3K 279 47
                                    

Di tengah hutan yang gelap, terdapat kastil hitam yang tampak menyeramkan. Tak ada satu pun manusia yang berani melangkah melewati pagar tinggi yang mengelilinginya.

Kastil itu tampak terlalu menakutkan bahkan untuk perampok sekalipun. Padahal konon katanya, dalam kastil itu terdapat emas dan berlian yang tak terkira banyaknya.

Bukan tanpa sebab kastil itu ditakuti sebenarnya. Desas desus yang beredar mengatakan disana tinggal sesosok makhluk menyerupai manusia.

Dia diyakini bukan manusia karena tentu saja tidak ada manusia normal yang akan tampak sepertinya.

Kulit sosok itu putih pucat nyaris terlihat aliran darahnya. Pun dengan rambutnya. Matanya tampak redup, berwarna coklat terang yang jika terkena sorot cahaya berubah keabuan. Tubuhnya tinggi menjulang tapi tampak ringkih saat berjalan.

Sosok itu katanya takut pada cahaya matahari hingga konon hanya keluar kastilnya pada malam hari untuk mencari mangsa.

Dia keluar untuk menghisap darah manusia. Sosok itu adalah— vampir.

Vampir yang akan datang di setiap pintu rumah-rumah di desa mencari darah segar yang dapat membuatnya terus hidup di tengah manusia.

Dia—

Brak!

"Eh anjing!"

Sadewa refleks mengumpat saat pintu dibuka keras. Dia menoleh sinis dan menutup buku novel yang tengah dibacanya.

"Bisa gak kalau masuk ke kamar tuh yang sopan dikit?" Katanya mendelik ke arah sosok yang baru saja mendobrak pintu.

"Sorry, papa kira kamu masih di sekolah"

Sadewa memutar mata malas.

"Ini udah jam 8 malam"

Ayahnya hanya mengendik.

"Bagus deh kalau gitu. Keluar gih, Nakula udah datang. Papa gak tau harus gimana"

Sadewa mengangkat alisnya.

"Tinggal suruh masuk???"

"Ya makanya kamu yang ajak masuk, saudaramu tuh"

Sadewa mendelik.

"Ya anakmu tuh"

Papa berdecak keras.

"Sana ah! Papa mau beli makanan dulu"

"Ahh elah!" Katanya sambil bangkit ogah-ogahan dari kasurnya. Nyaris menendang Papa yang melenggang begitu saja meninggalkan kamarnya.

"Apa gue tonjok ya" katanya dengan tangan memukul-mukul buku tebal yang masih dibawanya.

Meskipun begitu, kakinya berjalan pelan menuruni tangga satu persatu dengan bibir tak berhenti menggerutu.

"Padahal lagi seru banget" katanya sambil melihat kembali cover bukunya.

"Kalau si Nakula Nakula itu nakal mending dibuang aja ke kastil vampir. Biarin mati kehabisan darah"

Dia terus berbicara sendiri sampai tak terasa langkahnya telah tiba di ruang tamu. Dia mendesah sejenak sebelum membuka pintu kaca yang memisahkan ruang tamu dan ruang tengah.

"Woi masuk gih, Lo disuruh Papa—"

Brugh!

Buku yang dibawanya jatuh begitu saja saat tubuhnya masuk ke dalam. Mulutnya menganga lebar dengan mata yang mulai berkedip pelan menatap sosok yang menoleh dan tersenyum lebar ke arahnya.

FraterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang