Jauh dari perkotaan, jauh dari keramaian, bahkan jauh dari jalanan 'aspal.' Renata benar-benar tak habis pikir dengan sekolah yang telah dipilih orang tuanya ini.
Emangnya ada sekolah yang terletak ditengah-tengah pedalaman? ya mungkin bukan pedalaman tapi bagi Renata ini sama saja sudah seperti di pedalaman. Jalanan aspal bahkan sudah terlewat sedari tadi, sekarang yang ada hanya jalan yang berisi krikil-krikil kecil, bahkan sedikit licin.
Renata sedari tadi menghela napas berulang kali dengan gusar. "Pa, sebenarnya kita mau ke sekolah apa mau camp ke hutan?!"
Menyadari tak ada respon dari sang ayah wajah Renata kembali memberengut. Gila, ini beneran mau ke hutan ya?!
Wenda---sang ibunda yang ada disampingnya langsung menggeleng pelan. "Jelasnya kita ke sekolah Nata, mana mungkin camping."
Dengan nada malas Renata menjawab. "Mama ga lihat, jalanannya aja gini, emangnya ada sekolah yang letaknya di pedalaman gini?"
"Ada, apa kamu mau lihat dengan lebih jelas, apa perlu Papa bikinin kamu spanduk bertuliskan Victory High School?!" Bukan Mamanya yang menjawab melainkan Papanya dengan nada nyolot membuat Renata terjengit kaget.
Dia mengusap-usap dadanya. "Papa bisa ga sih ga usah nyolot? Kan Nata cuma tanya, Mama aja santai."
"Hilangin kebiasaan menjawab mu itu Renata," kata Verro tanpa mempedulikan protesan Renata. "Sebentar lagi kita sampai, kamu tinggal konfirmasi ulang kepada kepala sekolah."
Rasanya Renata ingin kabur dari dalam mobil, membayangkan memasuki VHS rasanya Renata tak bisa. Tolong siapapun yang mempunyai kekuatan teleport, silahkan teleport Renata kemana pun itu, asal jangan di VHS, kalau bisa teleport dia ke panca dharma!
Setelah Verro mengatakan itu, keadaan di dalam mobil menjadi hening, Renata tak lagi menjawab perkataan sang Ayah, dia hanya sibuk memikirkan cara agar dikeluarkan dari VHS. Sementara Wenda selaku sang ibu dia memilih jalur aman yaitu diam.
Bukannya tak ingin membela Renata ataupun tak menyangi Renata, jika Wenda ditanya apa itu hartanya? Jelas Wenda akan menjawab Renata. Sang buah hati yang amat ia sayangi. Dan jika Wenda menjawab argumen dari salah satunya sudah pasti ada salah satu pihak yang merasa disudutkan walau dia sudah memilih kata sebijak mungkin. Karena baik Renata maupun Verro adalah dua orang yang sama-sama keras kepalanya, dan amat tinggi gengsi-nya.
Setelah menempuh perjalanan hampir memakan waktu sekitar dua jam. Akhirnya mobil toyota putih milik keluarga Renata tiba didepan gerbang bertuliskan, 'ALL VHS."
"Udah sampai Mas?" tanya Wenda dengan kedua mata yang langsung memandang kaca mobil yang telah ia buka.
Verro mengangguk dia melirik kaca kecil yang menampakkan wajah Renata yang sedang tertidur pulas. Poninya bahkan sudah tak beraturan lagi.
Verro keluar dari dalam mobil sementara Wenda langsung sigap membangunkan sang putri yang sedang berperang dengan mimpi.
"Nata bangun, udah sampai." Wenda berkata sembari menepuk-nepuk pipi Renata pelan. Renata adalah anak molorable yang harus dibangunkan dengan segelas air.
Perlahan kedua manik mata Renata mengerjap dia mengusap-usap matanya tak lama dia menguap dengan kedua manik mata yang sudah terbuka sempurna. "Wah beneran camping Mah?!"
Pertanyaan konyol yang keluar dari mulut Renata itu membuat Wenda menampol lengan Renata pelan. "Camping-camping apasih Nata? Ini kita udah sampi di lokasi sekolah."
Kedua bola mata Renata membulat dia langsung celingak-celinguk, dan apa itu? Gerbang? Renata langsung keluar dari mobil dengan cepat. Dia menganga lebar kala gerbang bertuliskan VHS itu sudah terbuka dan ada security yang sedang berbicara dengan Verro.
Renata mengacak rambutnya frustasi. Ah sial! Sekarang bagaimana dia harus keluar dari sekolah ini?! Jikapun dia membolos dan berlari pasti dia tidak akan bisa. Jalan nya hutan-hutan begitu mana mungkin dia tau seluk beluknya.
Melihat sang Mama berdiri di sampingnya Renata langsung meringsut dan berdiri teoat di sampingnya. Oke dia harus mengeluarkan bujuk rayuan agar dia tidak bisa masuk ke dalam sekolah ini. Bismillah bisa!
"Mah!" girang Renata membuat Wenda mengernyit bingung. Ekspresi Renata yang kegirangan membuat Wenda sedikit was-was dia sudah tau tabiat sang putri.
"Kenapa? Kamu mau minum, atau makan, atau pup?!" Renata menggeleng leras mendengar penuturan Wenda.
Dengan lelah Wenda menarik napas nya perlahan. "Terus apa?" Wenda melirik Varro yang telah selesai bicara dengan salah satu security itu.
Renata tersenyum lebar. "Renata gak mau sekolah disini. Nata janji deh Nata ga badung kalo disekolah Nata akan usahain menjadi yang ter-baik!"
"Yayaya! Terserah kamu mau ngomong apa, cepat masuk sana, ambil kopermu itu." Senyum lebar Renata luntur seketika mendengar jawaban cabai yang keluar dari mulut ayah-nya.
Apa yang harus ia lakukan sekarang? Kabur pun tiada guna. Salah satu cara agar dia tetap aman hanya satu, yaitu. Ikuti alur yang telah di tentukan ayahnya. And well akhirnya semua perjuangan Renata keluar dari sekolah-sekolah sebelumnya untuk berpindah ke pancha darma tiada guna pupus sudah semua harapannya. Ada pepatah yang pernah berkata katanya usaha tidak akan menghianati hasil . Lantas Renata berpikir kenapa usaha yang selama ini ia perjuangkan, mati-matian untuk memperjuangkan keluar dari sekolah tidak membuahkan hasil yang ia inginkan.
Tapi satu. Pohon yang memiliki buah ketika di tanam memerlukan waktu yang panjang untuk berbuah, ketika dia mulai berbuah, buah itu ternyata tidak layak. Tetapi pasti dikemudian hari buah itu akan berbuah sesuai apa yang kita inginkan.
__oOo__
Gimana prolog-nya? ^__^
Maap kalo sedikit gaje ^__^
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden School
RandomRenata Yoshima, perempuan yang mempunyai sifat trouble dan rable parah, kebiasaan berpindah-pindah sekolah karena tindakannya, membuatnya harus terjebak di salah satu sekolah yang menurutnya seperti berada di penjara. Victory High School sekolah yan...