Aku juga Mencintaimu || GresHan

566 9 0
                                    

"semangat ya cia, cia pasti bisa lewatin ini semua"

"terima kasih untuk semuanya, yanti"

"sama-sama. Sudah jangan menangis terus, suamimu pasti tidak akan suka melihatmu seperti ini"

Mendengar itu, aku kembali menangis, sakit sekali. Ternyata seperti ini rasanya ditinggal pergi seseorang yang kita cintai, aku tidak tahu ... maafkan aku suamiku.




































































Sudah 1 minggu sejak aku tau tentang kematian suamiku, hal lucunya adalah aku baru mengetahui 1 minggu tentang kematian suamiku, Padahal suamiku sudah tiada sejak 2 minggu yang lalu. Yang artinya aku terlambat 1 minggu untuk mengetahui berita duka ini.

Aku tidak ada henti-hentinya menangis, bahkan temanku Feni Hariyanti sering kali ikut menangis, namun dia masih kuat menahannya. Aku tau dia menangis, tapi dia tetap tersenyum dan menyemangati ku. Ah, aku ingin sekuat dirinya.

Dan sudah selama 2 Minggu pula aku mendengar ocehan keluargaku yang sangat heboh ingin menjodohkan aku dengan seorang duda 2 anak, tentu saja aku menolaknya dengan tegas. Aku tidak mau, aku masih merindukan suamiku, namanya masih tersusun rapi di hatiku, tidak ada yang bisa menggantikannya.

Brak~

Lagi-lagi mereka membuka kamarku dengan tidak sopan, jika mereka melakukan itu terus, pintu kamarku bisa rusak. Tidak bisakah mereka mengetuk pintu terlebih dahulu? Aku muak ... Ingin sekali rasanya aku marah. Namun, mereka keluargaku, lagipula aku tidak sejahat itu.

"masih nangis aja, buang-buang air mata tau ga"

"halah, laki-laki kayak gitu buat apa ditangisi? udah ga punya apa-apa."

"betul itu, apa yang dia punya sampai kamu nangisin dia kayak gini? buang-buang waktu, mending kamu cari laki-laki lain yang lebih kaya. contohnya Fran, dia mau kok sama kamu, meskipun duda anak dia, tapi dia kaya loh. kamu bakal bahagia hidup sama dia. "

"laki-laki yang ga bisa buat kamu bahagia buat apa ditangisin? Percuma."

Berisik sekali ... Mereka berisik sekali, tidak bisakah mereka diam saja? Jika ingin merendahkan suamiku, sebaiknya mereka diam saja.

"jaga ucapan kalian, jangan seenaknya mengata-ngatai suamiku"

Hening ... Suasananya menjadi sangat hening. Ah, aku kecoplosan, aku membentak mereka.
Namun itu bukan salahku kan? Mereka yang terlalu berisik.

"keluar dari kamarku, jangan sembarangan masuk kamar orang ... itu tidak sopan, keluar sekarang"

Mereka dengan secepat kilat berlari dari kamarku, akhirnya mereka pergi. Suasananya menjadi tenang ... Tidak ... Tidak ada ketenangan dihatiku ... aku merindukanmu suamiku, hatiku tidak tenang karena merindukanmu.

-

<2 Tahun Kemudian>

-

2 tahun kini telah berlalu, namun aku belum bisa melupakan kehadiranmu suamiku ... Aku masih disini.

Aku memberanikan diri untuk masuk kekamar yang telah kita gunakan selama pernikahan kita. Ranjang yang tidak terlalu luas namun entah mengapa sangat nyaman saat kunaiki bersamamu. Bantal yang lusuh, namun tetap nyaman dipakai jika berbagi denganmu, ruangan yang kotor dan berdebu karena tidak kukebersihan sejak aku mulai bersikap dingin padamu.

🄾🄽🄴 🅂🄷🄾🄾🅃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang