003 | Janji Di Bawah Langit Perbatasan

9 4 1
                                    

Kehilangan yang Mengguncang

Hari-hari di pos medis semakin berat. Pasokan makanan dan obat-obatan sering terlambat, sementara serangan sporadis terus terjadi. Dalam satu misi pengawalan logistik, salah satu prajurit kepercayaan Arga gugur. Kabar itu menghantam semua orang di pos, termasuk Ayu.

Arga berusaha tegar di depan timnya, namun Ayu tahu betapa berat kehilangan itu baginya. Malamnya, ia menemukan Arga duduk sendirian di luar tenda, menatap kosong ke arah perbukitan.

"Kapten..." panggil Ayu dengan lembut.

Arga menoleh perlahan, matanya menunjukkan kelelahan dan kesedihan. "Kita kehilangan orang hebat hari ini, Dok."

Ayu duduk di sampingnya, membawa dua cangkir kopi hangat. "Kehilangan memang tidak pernah mudah, Arga. Tapi aku yakin, dia bangga karena telah melindungi kita semua."

Arga menghela napas panjang. "Aku sering bertanya-tanya, Ayu. Apa semua ini sepadan? Perjuangan yang seperti tiada akhir."

Ayu menatapnya dengan lembut. "Jika kita tidak berjuang, siapa yang akan melakukannya? Setiap langkah kecil yang kita ambil di sini memberi harapan kepada banyak orang."

Kata-kata Ayu memberikan kekuatan baru bagi Arga. Dalam diam, ia menyadari betapa pentingnya keberadaan Ayu di tempat itu, bukan hanya untuk para warga, tetapi juga untuk dirinya.

Rencana yang Berisiko

Beberapa minggu kemudian, situasi semakin memanas. Sebuah kelompok bersenjata besar diketahui sedang merencanakan serangan terhadap desa yang menjadi tempat pos medis berada. Arga mengusulkan evakuasi warga ke tempat yang lebih aman, namun logistik dan waktu menjadi kendala utama.

"Saya butuh bantuanmu, Ayu," kata Arga di ruang rapat kecil mereka. "Kamu harus memimpin tim medis dan para warga keluar dari sini sementara kami mengamankan jalur evakuasi."

Ayu terkejut. "Arga, itu terlalu berisiko. Bagaimana dengan kalian? Jika sesuatu terjadi, aku tidak bisa membayangkan..."

Arga memotongnya dengan tenang. "Kami adalah TNI. Ini tugas kami. Tapi aku butuh kamu di sisi lain, memastikan mereka selamat."

Meskipun berat, Ayu akhirnya setuju. Malam sebelum evakuasi, Arga memberi Ayu sebuah peta dengan jalur yang harus mereka ikuti. "Aku janji, aku akan menyusul setelah ini selesai," katanya dengan suara penuh keyakinan.

Evakuasi yang Mencekam

Proses evakuasi berlangsung tegang. Ayu memimpin para warga dan tim medis menyusuri jalan setapak di bawah pengawalan beberapa prajurit. Di belakang, Arga dan timnya menahan serangan kelompok bersenjata untuk memberi mereka waktu.

Setiap langkah terasa berat bagi Ayu. Meski ia berusaha fokus pada keselamatan para warga, pikirannya terus melayang ke Arga. Apakah ia akan selamat? Apakah mereka akan bertemu lagi?

Setelah perjalanan panjang dan penuh bahaya, rombongan Ayu akhirnya tiba di tempat aman. Namun, hati Ayu tetap gelisah. Ia menolak beristirahat, memilih menunggu kabar dari tim Arga.

Kembalinya Sang Kapten

Dua hari kemudian, dalam keadaan yang penuh ketegangan, sebuah kendaraan lapis baja tiba di lokasi evakuasi. Ayu berlari ke arah kendaraan itu, hatinya berdebar-debar. Pintu terbuka, dan dari dalam keluar Arga, dengan seragam yang kotor dan luka di lengannya.

"Arga!" seru Ayu, tanpa sadar memanggil namanya dengan nada lega.

Arga tersenyum tipis. "Aku janji akan menyusul, kan?"

Tanpa berpikir, Ayu memeluknya erat. Arga terkejut, tetapi kemudian membalas pelukan itu dengan lembut. "Kamu selamat," bisik Ayu, hampir menangis.

"Dan begitu juga kamu," jawab Arga, matanya menunjukkan rasa syukur yang mendalam.

Janji untuk Masa Depan

Setelah situasi mulai terkendali, Ayu dan Arga duduk berdua di bawah langit malam yang dipenuhi bintang. Mereka berbicara tentang semua yang telah mereka lalui, tentang rasa takut, kehilangan, dan harapan.

"Ayu," kata Arga pelan, "aku tahu ini mungkin bukan tempat atau waktu yang tepat. Tapi, setelah semua ini selesai, aku ingin kita punya kesempatan untuk saling mengenal lebih dalam. Tidak hanya sebagai rekan, tapi sebagai..."

Ayu tersenyum, memotong kata-katanya. "Sebagai dua orang yang saling mendukung, di mana pun kita berada?"

Arga mengangguk, senyum kecil menghiasi wajahnya. "Ya, seperti itu."

Di bawah langit perbatasan, mereka membuat janji. Bukan janji yang pasti, tetapi janji untuk mencoba. Untuk terus berjuang, tidak hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk diri mereka sendiri.

Love For You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang