Dunia Lain

7 1 0
                                    

"Coba tolong diceritakan, apa yang kamu lihat?" tanya seorang Dokter.

Anak berusia delapan tahun ini, harus mendatangi Dokter Kejiwaan, akibat melihat hal yang tidak wajar. Katanya, aku terlihat sering berbicara sendirian, padahal aku sedang bermain dengan seorang teman. Lantas siapa yang bisa dipercaya, ketika tidak ada yang melihatnya juga. Berbagai pertanyaan datang, di saat aku tidak bisa menjelaskannya, karena hidupku dipenuhi dengan ketakutan.

Karena hal itu juga, sulit bagiku untuk membedakan mana yang nyata dan bukan. Kedua mataku bisa melihatnya dengan jelas, tapi aku dibilang tidak waras oleh orang yang tidak bisa melihatnya. Salahkah aku jika melihat sesuatu yang tidak terlihat? Aku hampir menggila setiap malam, karena yang terlihat bukan sesuatu yang bagus saja.

Rasa ketakutanku selalu datang, ketika melihat sesuatu yang menyeramkan. Itu selalu terjadi ketika aku sedang sendirian, berbeda jika berada di tempat yang ramai, seperti ada dunia yang berbeda. Dan hanya aku yang bisa melihatnya, lantas aku harus bagaimana untuk menjelaskannya?

"Maaf bu, dari hasil pemeriksaannya tidak menunjukkan sakit kejiwaan. Bagaimana jika di cek secara spiritual?" begitu kata dokter. Bahkan medis pun tidak bisa menjelaskannya.

Sesuai dengan sarannya, aku sampai dibawa ke orang pintar, seseorang yang jelas sama denganku. Lalu di sana lah terlihat, bahwa aku memang bisa melihat yang tidak semua orang bisa lihat. Katanya ini indera keenam, yang pada dasarnya setiap orang memang memilikinya, walau berbeda klasifikasinya. Wajar jika bagi yang tidak mengerti, aku bahkan di anggap seperti orang gila. Lantas pada saat itu, indera keenamku ditutup.

Hingga aku tidak bisa lagi melihat hal gaib, selama bertahun-bertahun lamanya. Kehidupanku saat itu, seperti anugrah ketika aku dapat menjalani kehidupan yang normal, tanpa ada rasa ketakutan di dalamnya.

"Ka, kenapa kita masih hidup?"

Tapi, pertanyaan itu menyadarkan aku akan satu hal. Tentang, kenapa aku diberi kesempatan? Di saat ada banyak nyawa yang langsung melayang. Sebuah tragedi terjadi, dimana aku dan keluargaku mengalami kecelakaan beruntun, dimana ada banyak nyawa yang menghilang. Begitupun dengan kedua orangtuaku, dan kini aku hanya berdua dengan adikku saja.

Mengiringi kepergiaan orang tercinta dengan tangisan, membuatku seperti membuka lembaran lama, karena rasa kesedihanku telah membawa apa yang telah hilang dariku. Mata batinku dengan sendirinya terbuka, lalu aku melihat banyak sosok yang menyerupai kedua orang tuaku.

"Ibu? Ayah?" aku seperti menggila tatkala melihatnya.

Kesedihanku ini membuatku semakin dekat dengan makhluk astral, dimana aku kembali tidak bisa membedakan mana yang hidup dan yang sudah mati. Tapi, apakah kamu percaya tentang adanya kehidupan setelah kematian? Itu mungkin seperti kesempatan kedua dari tuhan, sebelum memasuki alam yang kekal. Hidup ini sudah terasa sangat merepotkan, tapi akan lebih menyakitkan setelah kematian.

Itu adalah tempat di mana, semua kesalahan dibayar sepadan, dan hal ini membuat aku menjadi waspada, akan segala hal yang aku lakukan di dunia. Tapi, ini seperti pembelajaran yang tidak gratis bagiku. Karena aku harus bersusah payah saat menerimanya, ketika tidak ada yang percaya dengan apa yang aku rasakan, hanya karena kita semua berbeda.

Seperti terjebak di dalam ruang dimensi yang tidak bisa ditembus teknologi, yaitu tempat yang di sebut dengan Dunia lain. Seperti mesin penjelajah waktu yang mampu membawa kita dari waktu ke waktu, juga dari masa ke masa. Aku dapat melihat semua itu, setelah melihat yang namanya kematian, ketika ingatan yang mengerikan, selalu terngiang. Karena itu seperti ingatan terakhir sebelum mengalami kematian.

Ketika setiap sudut tempat menyimpan kejadian yang kelam, gambaran masa lampau terekam, dimana ada pembataian, ketidak adilan, bahkan kematian yang tidak wajar. Kemanapun kaki ini melangkah, melewati beberapa fase dalam hidupku yang semakin bertambah usia. Selain usiaku yang bertambah, rasanya kemampuanku juga ikut bertambah.

"Bau ini ..." pikirku, ketika langkahku berhenti, tepat di tepi jalan.

Bau anyir darah semerbak, mengharumi setiap sudut tempat dari saksi perjuangan. Kini aku bukan hanya bisa melihat, tapi juga bisa mencium aromanya. Tanpa harus mempelajari sejarah, aku seolah tahu tentang apa saja yang pernah terjadi di setiap tempat ini. Semua inderaku merangsang, lalu menyerap berbagai informasi yang datang.

"Huh!" hembusan nafasku terasa berat.

"Jika yang masih hidup akan tetap hidup, lalu yang sudah mati tidak akan pernah bisa hidup. Maka biarlah berjalan hidup berdampingan," begitu kata seseorang.

Langkah kaki ini kembali menapaki setiap momen yang pernah terjadi, dengan segala perasaan lelah yang berkecambuk di lubuk hati ini. Sebab ini bukan hanya kesempatan, melainkan seperti ujian dari kehidupan. Aku yang hidup ini, dapat merasakan bagaimana jadinya ketika kematian telah datang. Rasa sakit yang membekas sebelum menghembuskan nafas, menjadi momeri yang paling menyakitkan.

Selain dapat mengetahui alasannya, aku juga bisa merasakan bagaimana sakitnya. Terlebih, tatkala harus meninggali masalah duniawi sebelum selesai, karena rasa penyesalannya menyarang begitu dalam, hingga tidak bisa tenang di alam setelah kematian. Lautan emosi yang belum selesai, menarik rasa kasihan bagi yang merasakannya saja. Seperti diriku.

Dan yang lebih menyakitkan, aku seperti ketarik ke dalam rasa sakit.

"Huh! Hah!!" dadaku terasa sesak, lalu kakiku menjadi lemas.

"Kejam sekali ..." lirihku tidak kuasa.

Gambarannya terasa sangat nyata, seolah benar-benar terjadi di depan mataku. Momen yang terjadi memberikan gambar tiga dimensi, di manapun aku berada, aku seperti selalu berada di sekitar mereka. Entah itu jalanan, bangunan, atas bahkan bisa saja terlihat berada di atas pepohonan. Hidupku benar-benar berdampingan dengan makhluk astral.

Tring ...

Bruk !!

Bahkan saat mataku tertutup sekalipun, mereka tetap terlihat olehku. Aku dibuat terbangun dari tidur, bukan karena tanganku tersenggol oleh orang yang berlari, melainkan aku merasakan energiku yang berbenturan dengan mereka. Energi selalu terkuras habis, tatkala membiarkan diriku merasakan segala hal yang terjadi di sekitarku.

"Selamat pagi semuanya ..." sapa salah seorang dosen.

Kehidupan masa kecilku, telah berubah menjadi masa dibangku Universitas. Di mana aku, sudah mulai terbiasa dengan makhluk tak kasat mata. Hanya berlindung di balik tubuh yang perkasa, aku menyembunyikan kemampuanku dari banyak orang. Karena aku berusaha menjalani hidupku dengan normal, sebagai seorang pria yang hidupnya dipenuhi dengan harapan dan cita-cita.

________________

Tittle : Night Hunter
Writer : Dina Mariana
On : 24 maret 2023
Find me : dna.mrna

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Night HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang