Argus merasa kesal, sedih, marah, atau apapun itu. Pertarungan dengan adiknya, Rafaela membuat dirinya meninggalkan medan perang melawan perintah dari Alice. Atau sejak awal dia memang tidak terpengaruh oleh wanita iblis itu. Dia hanya ingin membalas dendam kepada para malaikat yang berhati busuk.
Sudah 5 hari Argus terus berjalan sampai tidak sadar bahwa dirinya telah memasuki kawasan hutan, sepertinya ini tempat tinggal para Elf. Terlihat olehnya sebuah pohon besar yang cukup rindang, cocok untuknya berisitirahat sebentar. Argus mencoba bersandar dan memejamkan matanya sebentar saja.
***
Tunggu.
Argus merasa seperti diawasi oleh seseorang. Sudah berapa lama dia tertidur? Tidak pernah sekalipun dia bisa tertidur. Argus selalu terjaga dimanapun dan tidak pernah menurunkan kewaspadaannya sama sekali."Kau sudah bangun? Maaf bila aku membuatmu terkejut, kau bisa membuka matamu." Sebuah suara muncul dan membuat Argus seketika membuka matanya dan berdiri dengan posisi siap untuk menyerang.
Argus sedikit melihat gerakan tangan yang dilakukan oleh orang itu yang kemudian membuat tubuhnya sangat lambat.
'Apa ini? Tubuhku tidak bisa bergerak seperti biasanya.' Argus bertanya dalam hatinya.
"Berhenti. Aku tidak akan menyakitimu. Aku adalah Raja Elf, orang yang memimpin para Elf dan melindungi hutan ini. Kau memasuki wilayah kami. Jadi, bukankan aku yang harusnya tersinggung dan menyerangmu?" Argus berhenti ketika mendengar lagi suara itu, entah mengapa suara rendah dan lembut itu membuat Argus tenang. Penasaran dengan siapa orang yang ada di depannya, dia menurunkan pedangnya dan mulai melihat orang itu.
'Oh Tuhan, makhluk indah apa yang kau ciptakan ini? Kau lebih indah dari malaikat manapun' Argus terpana melihat sang Raja Elf hingga tanpa sadar dia menatap terlalu lama.
Sang Raja Elf itu tersedak membuat Argus terbangun dalam lamunannya.
"Terima kasih, kau tidak perlu memujiku seperti itu, lagipula aku bukan malaikat.""Kau.. Apa kau bisa mendengar suara dalam hatiku? Sejak tadi kau selalu bisa menjawab apa yang kutanyakan tanpa aku berbicara."
"Tentu. Para Elf punya kemampuan yang membantu mereka melindungi ras dan tempat tinggal. Sebagai sang Raja, aku diberkati oleh dewa Bulan memiliki kemampuan seperti ini. Jika itu menganggumu, aku akan mencoba untuk tidak mendengar suara hatimu." Raja Elf itu tersenyum, senyuman yang sangat indah hingga Argus tidak tahan untuk bertanya siapa namanya.
"Tidak perlu. Salam untuk sang Raja Elf, seperti yang kau tahu, aku hanya beristirahat sebentar. Aku tidak punya niat untuk menyakiti para Elf atau merusak hutan ini." Argus merasa harus memberikan salam layaknya seorang pangeran.
"Estes, itu namaku. Aku tahu, Argus. Kau adalah malaikat yang jatuh. Aku juga tahu kau lari dari medan perang yang dipimpin oleh Alice." Sekali lagi Estes tersenyum manis.
Argus terkejut, dia membelalakkan matanya. "Bagaimana kau tahu segalanya?"
Estes mendekati Argus. Argus tidak bergerak sedikitpun, dia masih saja terpana dengan kecantikan makhluk di hadapannya ini, Estes. Nama yang indah untuk seseorang yang indah juga.
"Lagi-lagi kau memujiku. Dibalik helm yang kau pakai, kau juga indah, Argus."
Argus tiba-tiba melepas helmnya, Estes sedikit terkejut karena ini diluar prediksinya.
"Estes. Maaf jika aku menyingunggmu, tapi bolehkan jika aku menciummu?"
Perkataan Argus membuat Estes terkejut dan senyum di wajahnya berganti dengan mulutnya yang terbuka.
"Apa..?"
Argus berlutut dan memohon kepada Estes.
"Wahai raja Elf, maafkan aku. Malaikat yang jatuh ini telah tidak sopan terhadapmu."Estes terdiam sejenak, namun tidak lama membantu Argus untuk kembali berdiri.
"Tidak perlu seperti ini. Aku hanya terkejut karena hanya kau yang dengan terang-terangan menanyakan itu." Estes memegang wajah Argus.
"Apa banyak yang ingin menciummu?" Entah mengapa Argus sedikit tidak suka ketika mendengar hal itu.
"Tidak banyak, hanya orang-orang yang tidak tahu diri karena memandang rendah rajanya, tapi itu tidak penting. Katamu, kau ingin menciumku? Apa yang kau tunggu?"
"Apakah boleh?" Argus dengan antusias-nya bertanya.
Bukannya jawaban yang didapat, Estes tertawa sambil memegangi perutnya. Apa yang lucu? Pikir Argus.
"Boleh, tapi nanti setelah kita sudah saling mengenal lebih dalam." Tidak Argus duga, Estes memberikan sebuah kecupan ke pipi kanannya.
"Itu bonus. Ayo ikut aku, akan aku kenalkan dengan adikku, Miya." Estes berjalan ke arah yang lebih dalam di hutan itu. Argus dengan sigap mengikuti Estes, seperti anjing yang mengikuti pemiliknya.
"Oh sebelum itu, jangan terkejut dan jangan mengeluarkan pedangmu jika panah muncul. Itu reflek adikku ketika melihat aura iblis yang kau bawa dari medan perang." Estes berhenti membuat Argus juga menghentikan langkahnya.
"Lalu, apa aku akan mati?" Argus hanya iseng bertanya karena ingin melihat Estes terus berbicara padanya. Sepertinya malaikat ini telah jatuh sangat dalam kepada raja Elf.
"Aku tau kau tidak mudah mati begitu saja." Estes memutar bola matanya, "lagipula, ada aku di sampingmu. Kau tidak akan mati."
"Oh benarkah?" Argus kali ini tersenyum aneh. "Kalau begitu, mohon bantuannya, Estes."
Argus tidak tahu bahwa Estes diam-diam sedikit merona.
***
Selesai! Hehe
Cerita ini muncul karena aku pernah liat di Ao3 rare pair ini lucu sekali. Masuk akal juga ketika seorang malaikat bertemu dengan Elf yang seperti malaikat.
Semoga suka yaa, terima kasih.