Bab 2

3 1 0
                                    

Tuhan itu adil percaya atau tidak? aku sangat mempercayai itu. Setiap hal yang kita dapatkan itu semuanya sudah ditakar oleh tuhan. setidaknya itu lah yang aku percaya sampai saat ini.

Ayah ibuku seketika menjadi pasangan baru, dan menjadi calon orangtua baru. Aku tidak tahu apa yang mereka rasakan saat itu, hanya saja yang ada dibayanganku adalah rasa bahagia di diri ayahku dan rasa menyesal di diri ibuku. Namun yang pasti saat ibuku mengandung diriku, keluarga ibuku sangat bahagia walupun mereka tidak menyukai ayahku, tapi mereka berusaha mencukupi kebutuhan ibuku saat ini. Setidaknya itu lah yang diceritakan oleh nenek dan ibuku kepadaku.

Setelah mereka menikah kedua orangtuaku masih mengikuti perkuliahan beberapa saat hingga ayahku dipanggil oleh rektor kampus dan membicarakan tentang pembiayaan kuliah mereka berdua, ayahku yang dari awal kuliah pembayarannya selalu memohon keringanan waktu karna beliau belum mendapatkan tagihan dari pekerjaannya, dikhawatirkan kampus akan berakibat kepada pembiayaan kuliah ibuku yang selama ini lancar. Ayahku berat memutuskan untuk berenti kuliah, namun beliau melihat ibuku masih mempunyai kesempatan, ayahku menyatakan berenti dari kampus.

Ibuku masih melakukan kuliah bahkan saat hamil besarpun beliau masih mengikuti ujian negara. Namun setelah aku lahir ibuku memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya karna beliau melihat bagaimana ayahku akan kerepotan mengurus bayi. Ya pada akhirnya kedua orangtuaku tidak menyelesaikan pendidikan tinggi mereka saat itu.

Setelah aku lahir kedua orangtuaku tinggal dirumah orangtua ibuku. Dan sesekali mereka menginap dirumah keluarga ayahku. Bagi kedua keluarga ayah dan ibuku, aku adalah cucu pertama mereka dan mereka begitu menyayangiku. Datuk, ayah dari ayahku begitu memanjakan aku, nenek dari ayahku dan juga ibuku menceritakan betapa beliau memaksakan diri untuk menggendong aku padahal beliau mempunyai sakit pinggang. Namun beliau meninggal disaat aku masih berumur 5 tahun.

Bulang, ayah ibuku juga tidak kalah sayangnya kepadaku. Sampai beliau meninggal aku masih merasakan kasih sayangnya kepadaku. Saat aku beranjak dewasa, beliau sering mengajak aku berfikir logika. Memberikan aku pengarahan tentang mana yang benar dan mana yang salah. Jika dilihat seperti itu aku begitu merasa beruntung. Kedua kakekku begitu menyayangiku sebagai cucu.

Setelah aku lahir begitu banyak drama yang terjadi di rumah tangga orang tuaku, begitulah aku mengatakannya atas dasar cerita ayah dan ibuku. ayahku yang masih bingung akan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, sangat mudah di hasut oleh orang sekitar, setidaknya itu lah yang ada difikiranku. ayahku di minta oleh keluarganya untuk pindah ke bengkulu dahulu agar menjauhkan ibuku, hal ini dikarenakan kedua orangtuanya berfikir kelas ibuku dan ayahku begitu berbeda, ibuku yang terbiasa hidup dengan fasilitas yang cukup mewah sepertinya tidak bisa mengikuti kehidupan ayahku yang miskin. ayahku dengan mudahnya mengikuti permintaan kedua orangtuanya, namun ayahku saat pergi mengajak ibuku dan aku pergi bersama dengannya. 

namun takdir saat itu sedikit mempermainkan kehidupan mereka, aku demam saat mereka hendak pergi, ibuku panik segera meminta ayahku untuk membatalkan niatnya. ayahku yang sudah disulut emosi dan ingin membuktikan bahwa tidak ada yang namanya kelas sosial berbeda tetap memutuskan pergi dan meninggalkan ibuku dan aku yang sedang sakit di terminal, ibuku melihat itu sedikit marah karna tanpa penjelasan mengapa mereka harus pergi. beruntungnya ibuku segera sadar akan kondisi aku yang demam tinggi saat itu segera pulang kerumah mengajak bibiku kerumah sakit untuk berobat akan demamnya aku. 

mungkin saat itu kita akan berfikir ternyata akhir dari pernikahan mereka hanya sampai sini, namun kenyataannya takdir berkata lain, seolah-olah mempermainkan kehidupan mereka berdua. ayahku yang merasa kesepian sudah menemukan tempat tinggal yang layak dan pekerjaan yang cukup baik dan bisa mencukupi kebutuhan kami nantinya mengirimi surat kepada ibuku, beberapa surat itu pernah aku baca. setiap aku membaca isi surat itu aku merasa betapa bahagianya ibuku dicintai oleh pria seperti ini. 

setiap surat yang dikirimnya berisikan bagaimana ayahku menahan rindu kepada ibuku dan juga aku serta tidak lupa juga beliau selipkan permintaan maaf karna meninggalkan begitu saja. beberapa saat setelah itu, ibukku membawaku menyusul ke bengkulu atas dasar saran dari kedua orangtua ibuku. mereka mempertimbangkan akan diriku yang masih kecil. bulang dan paman - adik laki-laki ibuku, mengantarkan kepergian kami hingga ke tempat ayahku tinggal.

setelah kami tinggal bertiga di bengkulu, ibuku bercerita kehidupan kami begitu damai dan tentram, ayahku bekerja dengan serius, ibuku mengurus rumah dengan begitu tenang, sesekali kami berjalan-jalan ke pantai di bengkulu, terkadang kami berjalan kaki di dearah sekitaran rumah kami. saat itu kehidupan terlihat begitu tenang dan nyaman seakan akan kami akan menjadi keluarga bahagia tanpa terfikir sedikitpun badai yang akan menghampiri kami bertiga.

kebahagian sebagai sekuarga kecil yang sempurna di bengkulu hanya bertahan sekitar 4 bulan lamanya, karna keluarga ayahku kembali meminta ayahku dan ibuku kembali kejakarta untuk tinggal bersama. ayahku yang berfikir mungkin mereka akan lebih baik karna keluarganya sudah berubah. kami pindah kembali kejakarta, semua barang2 yang kami gunakan di bengkulu kami jual dan kali beli kembali di jakarta. diawal kepindahan cukup damai dirasa kedua orangtuaku saat itu, namun beban hidup mereka bertambah dengan positifnya kehamilan ibuku. ibuku hamil anak keduanya. 

selama kehamilan, mereka selalu ribut karna mereka kekurangan biaya untuk menutupi kebutuhan mereka, dan ibuku sudah memiliki sedikit perasaan malu kepada keluarganya jika terus meminta di penuhi kebutuhan kami. beberapa saat kami tinggal dikontrakan kecil didaerah cukup kumuh namun itu tidak berlangsung lama, keluarga ibuku merasa kasihan kepada kami, meminta kami kembali tinggal 1 atap dirumah mereka. 

ibuku yang kondisi kehamilan cukup mengkhawatirkan karna ibuku mengalami mual yang cukup hebat, membuat ibuku kekurangan gizi, susu hamil tidak pernah terminum, makanan tidak tertelan. namun sepertinya kandungan ibuku cukup kuat untuk bertahan. dibalik semua penderitaan itu, ayahku sedikit merasa sedih karna tidak bisa mencukupi kebutuhan kami bertiga, namun beliau bersikap dengan keras hati. seolah olah tidak membutuhkan bantuan dari keluarga ibuku yang cukup membantu mereka. 

saat kehamilan ibuku memasuki bulan ke 8, uwa - abang bapakku- menikah. kami bertiga menghadiri pernikahan mereka di dearah pandeglang banten. selama acara kami baik baik saja, namun malam sebelum kembalinya kami kejakarta, aku mengalami demam tinggi. ibuku panik, sambil menangis memaksa keluarga ayahku agar segera pulang, kami segera pulang, sepanjang perjalanan kondisi aku begitu mengkhawatirkan, karna aku sudah kejang-kejang (step). ibuku sudah frustasi saat itu hingga tidak secara tidak sadar, beliau memukuli perutnya yang sedang mengandung adik laki-lakiku itu. 

keluarga ayahku begitu pasrah menunggu kami sampai di rumah sakit, namun ayahku melihat ibuku yang begitu frustasi berinisiatif untuk memberikan air kopi hitam kemulutku yang masih berumur 1 tahun, rencana tuhan itu tidak ada yang mengetahuinya. semua orang dalam  kondisi kalut saat itu, tiba-tiba aku tersadar, ibuku menangis sejadi-jadinya. setidaknya itulah yang diceritakan orangtuaku. setiap ingat akan hal itu, aku merasa ibuku begitu menyayangi aku sebagai anak pertamanya. saat itu aku merasa begitu beruntung bahkan hingga saat ini  aku merasa ibuku dahulu begitu menyayangi aku, namun entah dengan sekarang.

-------------------------------------------------------------

sekian dulu, besok akan saya lanjutkan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kesalahan yang tidak salahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang