01.

56 9 1
                                    

Hari ini kelas Alberu kedatangan seorang siswa baru. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh wali kelas, siswa baru ini tidak pernah bersekolah, ini adalah kali pertamanya bersekolah setelah homeschooling.

Jadi di sinilah peran Alberu sebagai ketua kelas menjadi penting.

Alberu harus membantu siswa itu menyesuaikan diri dalam kegiatan yang ada di sekolah.

Saat ini Alberu sedang berada dalam perjalanan menuju ruang kepala sekolah untuk menjemput siswa baru, sejujurnya Alberu juga tidak mengerti mengapa siswa baru itu ada di ruang kepala sekolah, tapi sudah lah.

Mungkin saja keduanya saling mengenal.

Alberu tidak ingin ambil pusing.

Sesampainya di depan pintu, Alberu mencoba mengetuk terlebih dahulu namun sebelum itu pintu terbuka dan seorang pria dengan penampilan menarik berdiri di depannya.

Alberu terdiam.

Dia akan jujur saat ini, sejujurnya Alberu sedikit terpesona.

Pria di depannya sangat cantik dan halus, rasanya sangat rapuh. Tubuhnya yang ramping, kulit pucatnya yang seputih porselen dan rambut merah darahnya membuat segala hal tentang pria di depannya menjadi sangat menarik bagi Alberu.

Jika dia tidak memakai celana maka Alberu akan mengira dia adalah wanita.

Mata biru laut Alberu segera bersinggungan dengan mata merah tajam pria itu.

Tidak seperti penampilannya yang terkesan rapuh mata pria itu tajam dan kuat hingga membuat Alberu terkejut.

"Alberu? Kau sudah datang rupanya."

Pemilik suara yang menyela lamunan Alberu itu adalah Eruhaben, kepala sekolah Roan High School.

Mengalihkan pandangannya dari pria berambut merah, Alberu menyapa Eruhaben dengan hormat. "Selamat pagi Eruhaben-nim."

"Selamat pagi juga. Masuklah, dan Cale kau juga."

Cale.. Apakah nama murid baru itu adalah Cale? Nama itu cocok untuknya.

Alberu dan Cale duduk bersebelahan di kursi depan Eruhaben.

"Alberu, pria di samping mu adalah Cale Von Ejellan, dia adalah murid baru di sekolah. Karena dia adalah putra teman ku, aku mohon padamu untuk menjaganya sampai dia cukup beradaptasi di sekolah."

Ah.. anak teman kepala sekolah rupanya, pantas saja mereka terlihat dekat.

"Dan Cale, pria ini adalah Alberu, ketua OSIS sekaligus ketua kelasmu dan yang akan membimbingmu." ujar Eruhaben menunjuk Alberu dengan matanya.

"Sekarang kalian sudah tau, pergilah ke kelas dan saling mengenallah."

Setelah itu Alberu dan Cale keluar dari ruangan seperti di usir.

Perjalanan menuju kelas dipenuhi keheningan diantara keduanya. Alberu bukanlah orang yang banyak bicara tapi juga bukan orang yang tidak bisa berbasa basi untuk membuka percakapan.

Dia diam saja karena pria bersurai merah dengan nama Cale terus menatapnya dengan intens sepanjang perjalanan.

Cale hanya menatap dalam diam dan mengikutinya dari belakang.

Punggung dan leher Alberu anehnya terasa sangat panas.

Karena suasana semakin tidak nyaman, akhirnya suara yang ramah keluar dari bibir pemuda bermata biru.

"Cale? Kudengar ini adalah kali pertamanya kau bersekolah. Jika sulit untuk berteman kau bisa meminta bantuanku." Itu adalah tawaran berisi kemurahan hati Alberu, namun Cale masih tetap diam.

....

Suasana menjadi semakin canggung setelah kalimat Alberu diabaikan.

Alberu menghela nafas. Sepertinya ini akan sulit, pikir Alberu.

"Bau mu menjengkelkan. Itu mengganggu."

Kaki jemjang Alberu berhenti melangkah, dia berbalik dengan perlahan senantiasa mengingat kembali perkataan Cale yang baru saja didengarnya.

Dia bau?

Tunggu... benarkah?!

Apa.. tidak, tapi tetap saja, bagaimana bisa dia berbicara terus terang seperti itu? Dan! aku tidak bau!

Alberu yakin dia telah mandi dan menggunakan parfum. Jadi dia yakin kalau dia wangi saat ini.

"Maafkan aku Cale... tapi aku rasa kau salah. Tidak baik berkata sesuatu tentang penampilan orang lain seperti itu," Alberu berkata dengan senyum tipis, dia terlihat biasa saja tapi sejujurnya Alberu kesal.

Setelah diabaikan, pria di depannya justru mengatakan bahwa dia bau. Bagaimana Alberu tidak kesal?!

"Bukan itu maksudku. Bau mu sangat manis sehingga itu mengganggu, apa kau menggunakan parfum?"

Apa? Manis?

"Rasanya sangat manis sampai aku ingin memakanmu," Cale berkata, dia menatap Alberu dengan lamat sambil menjilat bibirnya.

Mendengar dan melihat Cale seperti itu membuat wajahnya memanas seketika, pipi Alberu memerah dan jantungnya berdebar dengan keras.

Apa... apa dia baru saja merayuku?

"Cale... maaf karena harus menolakmu, tapi aku suka wanita," Wajah Alberu masih panas sehingga suaranya terdengar gugup.

"Apa?" Mata Cale menajam, bibir merah tipis pria bersurai merah itu melengkung kebawah. Omong kosong apa yang baru saja ku dengar? Seperti itulah yang tertulis di wajah pria bersurai merah.

"Kau merayuku bukan?" Bingung, Alberu bertanya ragu.

"Tidak."

"Eh.." Jadi apakah Alberu salah paham? Tapi Cale berkata dia ingin memakannya bukan? Bukankah itu memiliki arti eksplisit?

"Oh," Seolah tersadar akan sesuatu mata Cale melebar dan tenang dengan cepat.

"Yah.. sepertinya aku salah."

...

"Jadi kau tidak merayuku?" Alberu bertanya dengan ragu, wajahnya masih memerah karena rasa malu akan kesalahpahaman yang aneh antara mereka berdua.

...

Setelah pertanyaan tanpa sadar itu dilontarkan Alberu, keheningan kembali menerpa keduanya.

Perjalanan menuju kelas di hari pertama itu berakhir begitu saja ketika keduanya sampai di kelas.

Alberu berjalan lebih dahulu menjauhi Cale dan mulai mengabaikan keberadaan siswa baru yang berada di kelasnya.

Hari itu di lalu Alberu dengan wajahnya yang terus menerus memerah, entah karena cuaca terlalu dingin atau lainnya.


The New Student Is WeirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang