Di bawah langit malam Beijing yang penuh kilauan lampu kota, seorang gadis berdiri di tepi sebuah gedung tinggi. Angin malam yang sejuk menerpa wajahnya, sementara gemerlap lampu neon dan lampu jalan menciptakan pemandangan kota yang megah dan penuh kehidupan.
Dari ketinggian ini, dia bisa melihat arus kendaraan yang bergerak tanpa henti dan manusia yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, menciptakan simfoni urban yang tak pernah berhenti.
Gedung tempat gadis itu berdiri adalah salah satu markas tersembunyi dari organisasi mafia terbesar di China. Sebuah gedung pencakar langit yang dari luar tampak seperti gedung kantor biasa, namun di dalamnya menyimpan rahasia gelap dan operasi bawah tanah yang dijalankan dengan sangat teratur dan terstruktur.
Di atas gedung itu, di area rooftop yang jarang diakses, gadis itu menemukan ketenangan untuk berpikir.
Saat itu malam hari yang sangat cerah, bintang-bintang terlihat samar di balik cahaya kota. Namun, perhatian gadis itu tidak tertuju pada keindahan langit malam, melainkan pada tugas yang baru saja diberikan oleh Tuannya.
Dia mengenakan kemeja hitam yang membaur sempurna dengan kegelapan, rambutnya diikat rapi ke belakang, dan mata tajamnya memancarkan kegelapan yang mencekam.
Gadis itu tidak pernah mengenal kehidupan normal. Sejak kecil, dia telah dilatih untuk menjadi mesin pembunuh yang sempurna. Dalam dunia bawah tanah yang penuh dengan intrik dan bahaya, dia dikenal sebagai pembunuh berdarah dingin, tangan kanan dari Tuannya yang misterius namun sangat berkuasa.
.
.
Saat itu pukul sebelas malam, ketika kebanyakan orang sudah berada di rumah atau menikmati malam di pusat-pusat hiburan kota. Tapi bagi gadis itu dan sebagian orang, malam hari adalah saat di mana dunia bawah tanah mulai bergerak.
Gedung pencakar langit dengan arsitektur modern dan kaca-kaca besar yang mencerminkan kemewahan, namun menyimpan banyak rahasia di dalamnya. Di salah satu lantai teratas, di balik jendela besar yang menghadap ke kota, terdapat ruangan khusus yang hanya bisa diakses oleh anggota terpenting organisasi.
Di dalam ruangan itu, Tuannya duduk di belakang meja besar berlapis kayu mahoni, dikelilingi oleh beberapa pengawal setia yang berdiri dengan sikap waspada. Pengawal-pengawalnya mengenakan setelan hitam yang seragam, dilengkapi dengan alat komunikasi canggih yang memastikan mereka selalu siap menerima perintah.
Suasana di ruangan itu penuh dengan ketegangan yang tersembunyi. Cahaya lampu yang hangat dan lembut menciptakan bayangan di dinding.
Gadis itu berdiri dengan tegak di depan Tuannya, mengenakan pakaian serba hitam yang menampilkan kesan profesional yang menawan sekaligus bahaya yang mengelilinginya. Wajahnya tetap dingin dan tak terbaca, menunjukkan ketenangan yang telah menjadi ciri khasnya.
Tatapannya tak pernah beralih dari pria tua yang menjadi sumber otoritas dan ketakutan di organisasi tersebut. Pria itu memiliki rambut yang mulai memutih dan mata yang tajam seperti elang, memancarkan aura kekuasaan yang sulit diabaikan.
"Orang ini menggunakan nama samaran," ujar Tuannya dengan suara berat yang penuh otoritas, memecah keheningan. Suaranya bergema di seluruh ruangan, menambah rasa tegang yang sudah ada.
"Dia telah menyusup ke dalam hidupku dan merusak ketenanganku. Temukan dia, dan lenyapkan dia," lanjut Tuannya dengan nada penuh ancaman.
"Dimengerti, Tuan," jawab gadis itu dengan nada yang tegas tanpa sedikitpun keraguan. Tatapan matanya yang dingin tak pernah beralih dari wajah Tuannya, menunjukkan dedikasi dan kepatuhan yang tak tergoyahkan. Dia tahu bahwa setiap kata dari Tuannya adalah perintah yang harus dilaksanakan tanpa cela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond The Shadows: Two Different Worlds
Fanfiction⚠WARNING⚠ GxG Konten ____________ Saat seorang pembunuh berdarah dingin menyelinap kedalam sekolah elit di Beijing dan mendapatkan masalah cukup besar untuk menyelesaikan tugas dari tuannya. ____________ ⚠Trigger Warning⚠ Konten ini mungkin mengandu...