Um, ingkang awon dintenipun.

50 11 8
                                    

Seketika Um mendengar bahwa Arok kerap bercinta dengan Dedes, wanita itu meremukkan panah di tangannya.

"Bajingan keparat!" umpatnya. Sudah diduga bahwa tidak ada lelaki yang betulan sempurna. Walau, dengan tamparan ini, Um sadar bahwa Arok memang tak pernah benar-benar sempurna sejak lahir.

Arok boleh saja diyakini sebagai titisan Wisnu oleh Lohgawe, Brahmana yang mengasuh mereka berdua hingga tersatukan menjadi rekan berandalan terhebat di tanah timur. Arok pun perkasa hingga membuat Um rela mendambanya bermalam-malam, bahkan mengerahkan pasukan wanitanya sendiri untuk menjunjung kenaikan derajat pria keparat tersebut.

Namun, untuk urusan hati yang disia-siakan begitu saja, Um tidak akan diam.

"Kados pundi menika—bagaimana ini, Ken?" seorang prajurit yang tadi mengirimkan berita kini tampak cemas. 

Setetes darah mengalir lembut dari telapak tangan Um. Wanita itu sudah pasti tak menyadarinya, kalah oleh sakit hati yang berkoar di dada.

Ucapan Um sarat oleh kebencian. "Jangan panggil aku begitu lagi," ancamnya. Ken? Itu gelar yang pernah dijanjikan oleh Arok jika kelak berhasil menjajah Tumapel. Gelar yang sudah disangga oleh Dedes terlebih dahulu. Namun, setelah mendengar pengkhianatan Arok padanya, Um tidak lagi sudi dipanggil dengan sebutan itu.

Sekarang bayangkan—jika Arok mendapatkan Dedes dan dirinya sekaligus, maka akan jadi apa dia? Boleh jadi Um mendapat hati rakyat karena selalu memperjuangkan hak mereka selama ini melawan kekejian Tunggul Ametung, tetapi jika Arok menikahi kedua wanita ini, maka Um akan selamanya berada terjajah bayang-bayang Dedes.

Um, yang menemani Arok sejak muda, berakhir menjadi yang kedua hanya karena ada oh-yang-mulia sang putri?

"Nggih pun, Umang." Prajurit itu menunduk.

Um membuang panah yang retak itu ke tanah, lantas berbalik menatap prajuritnya.

"Umumkan pada Kerajaan Kediri," ujarnya dengan amarah membara. "Kita akan bergabung dengan mereka dan hancurkan Arok beserta Kerajaan Tumapel. Aku tidak peduli dengan ia sebagai titisan Wisnu—sekali bajingan maka tetap bajingan, dan ia akan membayarnya!"

Umang, yang buruk harinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang