5

731 122 38
                                    

Setelah kejadian itu jennie kembali mendapatkan ceramah panjang dari ayahnya.

" Kamu pikir semudah itu untuk membodohi ayah ? Hem"  ucap jongin memandangi putranya yang hanya memutar malas bola matanya.
" Kapan kamu mengerti jen, semua yang ayah lakukan ini demi kebaikan dirimu sendiri. Hubungan menyimpang juga bisa manjadi sumber penyakit, bahkan sakit otak yang membuat mu bodoh"

Di seberang sofa jennie cuma mengerjapkan matanya menahan rasa kantuk karena sudah sejam lebih di cerca oleh ayahnya.

" Apa kamu mendengarkan ayah? " Tanya jongin karena melihat  sikap acuh jennie.

" Ya aku paham" lirih jennie seadanya

Jongin merasa frustasi lalu menutup wajah dengan kedua tangannya, jennie bisa mendengar isak tangis dari ayahnya namun dia berusaha tak peduli.
" Ayah hanya punya kamu jen, tapi kamu seperti ini"

" Tapi ini yang ibu inginkan kan?"

Jongin menggeleng,"ibu mu sakit jen, dia masih belum bisa menerima kepergian saudara mu, kita sudah membicarakan ini sebelumnya ayah mohon maaf padamu jen, apa ayah harus bersujud lagi agar kamu mengerti? " 

Mendengar itu tanpa terasa air mata jennie menetes, namun dia masih mempertahankan raut wajah datarnya.
" Aku nyaman seperti ini" ucap jennie singkat.

Jongin menghela nafas panjang.
" Baiklah, namun kamu tak bisa menolak keberadaan lisa di tempat ini. Ayah sudah memilihnya untuk mu dan dia bukan seorang pria" tegas nya lalu  bangkit  meninggalkan jennie yang sudah sangat jengkel.

.

.

.

Jennie memasuki kamarnya, sebenarnya dia malas memasuki kamar ini karena dia sudah tau sekarang ada penghuni lain di kamarnya.

" Apa yang terjadi? " Tanya gadis yg ter duduk di ranjang.

" Kita ketahuan" balas jennie sembari berjalan dengan langkah begitu berat menuju meja rias. Mereka ketahuan berbohong dari rencana bodoh lisa yang menyarankan agar jennie pura-pura sembuh hanya dengan lipstik.

Lisa mengangguk, lalu dia kembali memandangi jennie yang sedang menghapus make up nya.

" Kenapa terus  melihat ku?"  Tanya jennie karena terus ditatap oleh orang asing itu di balik cermin, dia sedikit risih karena jennie tau isi otak wanita itu cuma alat kelamin. Lisa menggeleng lalu memalingkan wajahnya.

" Ada apa dengan sikap sok kalem itu? Apa kepala mu habis terbentur?" Sewot jennie lagi. Dia masih ingat kesan pertama wanita mesum itu yang sangat cerewet dan selalu berbicara kotor.

Lisa kembali menggeleng " aku hanya baru sadar" balas lisa berbisik namun masih bisa di dengar oleh jennie.

" Sadar apa?"
.

.
Lisa menggigit jari telunjuknya dengan malu-malu "kamu di liat-liat cakep juga hehe" ucap lisa membuat jennie tertegun sebentar namun dia terkekeh setelahnya.

" Apa itu bagian dari pekerjaan mu, memuji ku agar aku kembali menjadi pria normal?" Tanya jennie.

" Aku berbicara jujur"

" Terserah aku tak peduli kau berbohong atau tidak" setelah selesai menghapus make up jennie bangkit untuk mengganti baju menggunakan baju santai. Dia tak peduli lisa melihat karena jennie merasa mereka sama-sama perempuan.

Lisa yang masih di ranjang hanya terdiam, dia masih mengingat percakapan dia bersama jongin. Dan dia sudah mengubah strategi untuk meluluhkan hati batu pria bertulang lunak itu. Dia bener-benar bertekad dengan hati yang paling dalam dan uang sekoper yang sudah di tangan dia akan membuat jennie mencintainya.

switch (jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang