[01]

124 13 2
                                    

Haechan membawa beberapa buku untuk disalin. Tulisan tangan Haechan sangat indah, maka dari itu Pak Boo pemilik toko buku di pasar memberinya pekerjaan untuk menyalin buku dengan bayaran yang cukup tinggi.

"Haechan!" teriak seseorang dari luar, Haechan tersenyum padanya.

"Nona Jaemin, Anda berada di pasar? Sedang mencari apa? " tanya Haechan berturut-turut.

Na Jaemin menggeleng dan menggandeng Haechan menuju penjual baju dan perhiasan. Haechan mengikutinya, tasnya yang sudah dipenuhi oleh buku membuat ia berjalan sedikit lambat karena keberatan.

"Aku ingin memberikanmu hadiah Haechan, kemarin kau telah membantuku menulis surat untuk kakakku." Haechan menggeleng.

"Aku membantumu dengan ikhlas, Nona Jaemin."

"Tapi aku memberimu juga ikhlas, sekarang kau duduk saja dan biarkan aku memilihkan baju dan perhiasan untukmu."

Na Jaemin putri kedua dari keluarga Menteri Pertanian Na Yootae. Haechan mengenal Jaemin pada saat Jaemin dan saudaranya bermain bersama Kim Yeri. Namun, karena tak terlalu menyukai Yeri, Jaemin malah bersahabat dengan Haechan yang kala itu membantu Bibinya menyajikan makanan.

"Cobalah baju ini Haechan, kau pasti terlihat sangat cantik."

"Aku tak terbiasa mengenakan pakaian mahal, Nona Jaemin."

"Kalau begitu simpan pakaian ini dan kalau kau akan bepergian atau ada acara gunakan baju yang bagus seperti ini, kau kan juga bangsawan Haechan." Haechan mengangguk.

"Hari ini kau akan mengajar anak-anak tidak?" Haechan menggeleng.

"Aku ingin mencari bunga di bukit, Bibi Yeheung memintaku untuk membuat rangkaian bunga untuk menghias ruang tamu."

"Aku akan membantumu," ujar Jaemin.

"Kau yakin?" Haechan menatap Jaemin dengan penuh penasaran.

"Aku sangat yakin. "

•••

"Apa semua dokumen sudah kubaca?" Kasim Song yang merapikan dokumen mengangguk.

"Sudah, Yang Mulia."

"Ah akhirnya aku bisa bersantai sejenak, jam berapa jamuan makan nanti Kasim Song?"

"Pada saat makan siang, Yang Mulia."

"Tentang gadis bermarga Oh kemarin, apa kau sudah mencari tahunya? " tanya Minhyung penuh rasa ingin tahu.

"Gadis itu bernama Oh Haechan, putri dari Oh Sehun dan Kim Jongin. Oh Sehun adalah pengawal Pangeran Dongmin dan istrinya Kim Jongin merupakan adik dari Menteri Hukum Kim Junmyeon."

"Pengawal dari Paman Dongmin, dia bangsawan juga?"

"Tentu saja, Yang Mulia. Orangtua Oh Haechan adalah bangsawan, namun mereka lebih memilih tinggal di perkampungan daripada di kota."

"Menarik," gumam Minhyung.

"Saya berharap Anda tidak lupa kalau anda sudah memiliki Ratu, Yang Mulia. Jangan terlalu penasaran dengan wanita lain yang bahkan anda baru mengenalnya sekali." Minhyung menatap Kasim Song tak suka.

"Aku mengerti itu, tapi selama hampir 21 tahun aku hidup hanya perasaan inilah yang tidak diatur oleh Istana." Kasim Song terdiam.

"Sebaiknya Anda lekas ke tempat perjamuan, Yang Mulia."

Ibu Ratu berbincang dengan putra- putrinya yaitu Pangeran Agung Sungchan, dan Putri Agung Beomgyu. Disisi lain terdapat Selir Agung Kim Doyoung yang duduk berdampingan dengan Pangeran Jeno juga Selir Agung Lee Yongheum dan Pangeran Kwanhyung.

Ratu Hwang duduk di belakang mejanya yang berada di samping kiri Raja. Di tengah keramaian itu Pangeran Jeno sempat mencuri pandang pada Ratu Hwang.

Hwang Injun, putri dari Sastrawan Hwang Yeol. Dikenal sebagai gadis yang pintar, berbakat, dan menawan. Tak hanya kepintarannya saja yang unggul, kecantikan dan keanggunan yang pun tiada dua di seluruh Kerajaan Joseon.

"Pangeran Jeno, kendalikan tatapanmu. " bisik Selir Kim Doyoung pada anaknya.

Pangeran Jeno mengalihkan pandangannya, tepat setelah itu Raja tiba di tempat perjamuan. Semua orang berdiri untuk memberi salam. Minhyung memberi isyarat tangan untuk duduk.

"Aku mengucapkan terima kasih atas kehadiran semua keluarga disini, nikmatilah perjamuan ini." Ucap Ibu Ratu Jung sebagai pemilik acara.

Semua kerabat berbincang hangat sembari menikmati perjamuan, Minhyung juga berbincang dengan Ibu Ratu Jung dan Ratunya.

"Pangeran Jeno dan Pangeran Kwanhyung, aku telah membicarakan hal ini dengan ibu kalian terlebih dahulu. Apakah kalian sudah siap untuk menikah mengingat kalau kalian sudah cukup umur untuk berumah tangga? " perkataan Ibu Ratu jelas merupakan sebuah peringatan pada kedua pangeran itu untuk segera pergi jauh dari Istana dan tidak mengganggu tahta milik putranya.

Hal itu sangat dipahami oleh mereka, meskipun tidak diucapkan secara langsung.

"Kalau diperkenankan bolehkah saya sendiri yang mencari calon istri untuk Pangeran Jeno, Yang Mulia?" Ucap Selir Kim Doyoung yang diangguki juga oleh Selir Lee Youngheum.

"Tentu saja, Selir Kim. Apakah kau sudah memiliki calon yang tepat untuk Pangeran Jeno? " Jeno menatap Ibunya yang tersenyum berseri.

"Iya, Yang Mulia. Sebenarnya kami berdua telah menemukan gadis-gadis untuk Pangeran Jeno dan Pangeran Kwanhyung. Gadis itu adalah putri dari Keluarga Na, namanya Na Jaemin dan kakaknya Na Dongjun."

"Gadis itu, bukankah teman menyulam Putri Agung Beomgyu? " tanya Ibu Ratu memastikan.

"Benar, Yang Mulia."

"Dia adalah gadis yang baik, segera tetapkan waktu untuk meminang putri dari Keluarga Na."

"Baik, Yang Mulia. "

•••

Haechan dan Jaemin memetik beberapa bunga tulip dan peony, sudah satu jam lebih mereka bersama. Jaemin yang notabenenya tidak pernah melakukan ini pun dibuat lelah oleh kaki lincah Haechan yang kesana-kemari mencari bunga yang indah.

"Nona Jaemin, apa anda sudah lelah? " tanya Haechan setiap kali ia mendengar helaan nafas Jaemin.

"Kali ini aku tidak akan berbohong, bolehkah kita istirahat sebentar di bawah pohon?" Haechan terkekeh dan kemudian menuruti perkataan Jaemin.

Panas terik matahari tak bisa menembus rimbunnya pohon yang meneduhi dua gadis cantik itu. Jaemin menenggak air yang disodorkan oleh Haechan.

"Ah segarnya, kenapa kau tidak bilang kalau mencari bunga sesulit itu?"

"Aku kan sudah mengingatkan Anda, Nona Jaemin."

Jaemin menatap Haechan yang sedang membuka saat satu buku yang akan disalin. Haechan itu cantik tapi lusuh, Jaemin bahkan pernah berfikir untuk mendandani Haechan tapi ditolak mentah-mentah oleh gadis itu.

"Haechan, apa kau akan menikah? Usia kita sama dan mungkin sebentar lagi aku akan dinikahkan oleh Ayahku."

"Aku tidak tahu, aku tidak pernah memikirkan itu sebelumnya." Jawab Haechan.

"Ayah dan Ibu, sebenarnya mereka mendapatkan pinangan untukku dari Selir Kim Doyoung."

"Bukankah itu hal yang baik, kau akan menikah dengan seorang Pangeran, Nona Jaemin. " Jaemin menghela nafas.

"Ya, itu hal yang baik. Tapi, sebagai istri seorang Pangeran aku harus siap karena Pangeran akan ditempatkan jauh dari Ibukota dan Istana. Aku tak siap berpisah denganmu, " Haechan terharu dengan perkataan Jaemin, ia bersyukur memiliki teman seperti Jaemin.

"Aku mungkin bisa berkunjung ke tempat tinggalmu nanti, asal kita tetap berkirim surat."

"Baiklah, kau juga segera memberitahu Tuan Kim agar dicarikan laki-laki yang mau menikahimu."

"Paman saja masih repot dengan Kak Yeri, apalagi kalau di tambah aku."

Jaemin tertawa, "Haechan, ceritakan bagaimana Yeri mengamuk karena tidak jadi menjadi Ratu. "

•••

When The Sunflower Bloom [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang