Setiap hari, Anaya berjalan melalui jalan-jalan kota kecil itu, memperhatikan pasangan yang berjalan beriringan, tersenyum bahagia. Dia bertanya-tanya apakah suatu hari nanti dia akan merasakan cinta yang sama, yang membuatnya merasa cukup dan puas.Hingga berhenti di kafe favoritnya, menatap ke luar jendela saat hujan turun perlahan. Di seberang meja, seorang pria menatapnya dengan perasaan berkecamuk.
Fabian menghela napas, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Anaya, kita perlu bicara."
Anaya menoleh, menatapnya dengan mata penuh harap. "Apa yang ingin kamu bicarakan, Fabian?"
"Aku mau putus, " kata Fabian, mengusap wajahnya dengan tangan, tampak frustrasi.
"Putus? Kenapa?" tanya Anaya, suaranya bergetar. Matanya mencari jawaban di wajah Fabian, namun yang ditemuinya hanyalah kekosongan dan kelelahan yang mendalam.
Anaya mengusap wajahnya yang basah dengan ujung jemarinya, mencoba menghapus jejak air mata yang masih membekas. Dia menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya yang masih terbelenggu dalam kenangan pahit itu. Hari ini adalah hari yang berbeda, namun rasa sakit dari percakapan itu masih segar dalam ingatannya.
Mengingat setiap detail dari masa lalu yang kini telah menjadi bagian dari dirinya. Dia tahu bahwa perjalanan untuk mencintai diri sendiri dan menerima kenyataan tidak akan mudah, namun dia percaya bahwa pada akhirnya, dia akan menemukan cahaya yang telah lama dia cari.
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
02.15
Teen FictionDi tengah maraknya kehidupan, cinta tak mungkin terlupakan. Bagi sebagian orang, cinta adalah kekuatan yang melampaui batas-batas waktu dan ruang, mengikat hati manusia dalam ikatan yang mendalam. Di tengah kebingungan dan keraguan, dia bertemu de...