Disebuah gedung berlantai 20, tepatnya dilantai 7. ada sebuah agensi yang cukup terkenal dan banyak diminati kalangan wanita. Marco, pemilik agensi itu selalu sibuk dengan perjanjian sewa menyewa. suasana yang awalnya hening berubah menjadi mencekam.
"kau gila !!!!" teriak seorang pria di dalam ruangan.
semua staff yang sedang bekerja di luar ruangan direktur langsung menoleh ke pintu saat mendengar teriakan itu.
"aku tidak mau." ucap pria itu.
Marco menghela nafas. "sebentar saja. lagipula tidak ada physical touch."
"tidak tidak. lagipula usianya terlalu muda, seperti adikku. tidak bisa." kesal pria itu langsung keluar ruangan.
first baru saja datang, melihat temannya keluar dari ruangan direktur dengan wajah kesal. beberapa staff juga merasa penasaran dengan apa yang baru saja terjadi didalam.
dengan langkah ragu, giliran first untuk masuk ke dalam ruangan itu.first mengetuk pintunya.
"Ya, masuklah." Marco berteriak dari dalam.
first segera membuka pintu dan melihat sikap Marco gelisah. berdiri memandangi jendela yang berada dibelakang mejanya.
"kau datang." Marco mengambil amplop cokelat, "ini pekerjaan untukmu."
first meliriknya, "apa kau baik baik saja?"
"ya. sedikit. tapi tidak apa apa." ucap Marco kembali duduk dikursinya. "wanita itu... baru saja ditinggal menikah oleh kekasihnya. dia butuh pacar untuk menghadiri pesta pernikahan itu. "
first terdiam.
"ini pertama kalinya ada anak laki laki yang menelponku. aku menawarkan wanita yang masih tersedia, tetapi dia malah memilih seorang pria." Marco menghela nafas. "teman temanmu semua menolaknya." Marco memungut sebuah kertas berisi biodata dan nama penyewa, lalu diletakkan kembali ke atas meja.
first mengambil biodata itu. "anak SMU..."
"iya. temannya merebut pacarnya. untuk terlihat dia baik baik saja, dia ingin menyewa salah satu dari kalian, seorang pria." kata Marco menggeleng kepala. "bahkan aku tidak pernah berpikir kalau seorang Gay akan berminat dengan hal ini. dia bisa saja meminjam teman disekolahnya untuk berpura pura menjadi kekasihnya. selain biaya disini mahal, bukankah itu terkesan aneh?" memandangi first.
"tidak." singkat first. "itu tidak aneh."
Marco menghela nafas. "kau bertemu wanita itu di sebuah butik gaun. dia sedang memilih pakaian untuk ke acara itu." mulai merapikan tumpukan kertas di atas meja.
first masih menatap foto kecil yang tertempel pada sudut kiri atas kertas itu. saat Marco ingin membereskannya, dengan cepat tangan first menahannya. Marco terkejut.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
first duduk tenang disebuah cafe, dia melipat kedua tangannya di atas meja sambil memandangi jendela kaca, memperhatikan kerumunan yang berlalu lalang dihadapannya. seorang pelayan wanita datang membawa secangkir kopi panas dengan gambar hati di atasnya. dia memandangi bentuk hati itu, lalu menyeruputnya menjadi bentuk yang tidak karuan.
kemudian seorang anak laki laki terlihat baru saja masuk ke dalam cafe dengan wajahnya yang ragu. wajah polosnya itu terlihat gugup ketika pandangannya mulai mencari seseorang yang sudah membuat janji dengannya. dia melihat semua pengunjung dicafe itu. kebanyakan mereka dalam sebuah kelompok kecil. kecuali..."kau.. first?" tebak anak itu, meremas tali tas selempangnya.
first mendongak, menaikkan kecamatanya. "um...." memperhatikan dengan benar wajah anak itu dengan difoto. dia menyunggingkan senyum kecil sambil menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Fall
FanfictionTo. Reader Sebelumnya aku minta maaf karena kesibukan sekarang ini bikin aku susah nyari waktu buat nulis, buat nyari ide. Terima kasih banyak buat yang udah sabar nunggu setelah sekian abad aku baru bisa nulis lagi. semoga kalian sehat disana, Semo...