1. Memulai karena tidak ada tempat berbagi kisah

0 0 0
                                    

Rasanya terlalu naif kalau aku memulai tulisan ini karena aku hanya ingin bercerita meski tanpa didengar. Hallo... sebut saja namaku Qi. Usia 30 tahun,sudah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki usia 6 tahun. Pekerjaanku hanyalah seorang penyedia jasa Makeup. Yah.. aku terlalu insecure dengan pekerjaanku karena selama ini mayoritas manusia memandang rendah pekerjaanku. Bagi mereka apa yang aku kerjakan tidaklah membutuhkan ijazah pendidikan yang tinggi ataupun latar belakang sekolah bergengsi. Terlebih,di lingkungan keluarga besarku yang mayoritas pekerjaannya identik dengan seragam. Aku tidak tau alasan kenapa mereka masih sangat menjunjung tinggi keyakinan bahwa PNS adalah pekerjaan paling sempurna. Aku adalah anak perempuan pertama dari 2 bersaudara. Sudah bisa dipastikan bukan seberapa berat beban yang ada dipundakku?. Kukira menjadi anak pertama itu menyenangkan,memang dasarnya aku yang tidak merasa bahagia sedari kecil atau aku saja yang kurang bersyukur?. Aku bukanlah anak yang dekat dengan kedua orang tuaku,baik ibuku...apalagi bapakku. Keluargaku bisa dibilang keluarga yang flat (gitu-gitu aja) & keluarga yang temperament. Oya satu lagi... kalau masalah baperan aku yakin keluargaku bisa masuk menjadi salah satu kandidatnya. Sebenarnya aku masih sangat heran kenapa aku tidak dekat dengan orang tuaku dan bahkan itu terbawa sampai detik ini. Setiap ada hal apapun aku tidak pernah memiliki keberanian untuk menceritakan ke orang tuaku. Penasaran sih bagaimana parenting mereka dulunya. Yang aku ingat cuma aku pernah dipukul,dicubit bahkan disiram air malam-malam dan dikunci dikamar mandi. Samar-samar aku juga ingat beberapa kali menyaksikan pertengkaran & perdebatan antara bapak ibuku. Memori masa kecilku hanya tertuju di beberapa hal yang menurutku menyakitkan. Dan dari sepenggal ingatan masa lalu itulah aku menobatkan diriku bahwa mungkin aku anak nakal yang menjadi sumber pertikaian orang tuaku. Maafkan aku karena kalau harus mengingat hal menyenangkan dimasa kecilku,jujur sampai detik ini aku masih belum menemukannya. Yang aku tau aku adalah anak yang cukup berprestasi kala itu,rangking 1 mendominasi perjalanan sekolahku saat SD,ikut beberapa bidang perlombaan dan memenangkannya juga cukup sering. Cuma lagi-lagi aku tidak menemukan ingatan "apakah orang tuaku pernah mengapresiasi itu semua atau tidak?". Aku juga tidak tau apakah orang tua ku pernah membanggakan aku didepan teman-teman mereka atau tidak?. FYI menjadi juara kelas & memenangkan beberapa kali perlombaan semasa SD tidak membuatku diperlakukan special. Yang terjadi justru sebaliknya aku dijauhi teman-temanku,masih sangat bertengger di ingatanku saat salah satu temanku pulang dari liburan ke Bali dan memberi teman-teman satu kelas oleh-oleh,sudah tau endingnya dong..yap aku adalah satu-satunya makhluk dikelas itu yang tidak mendapatkannya. Satu lagi,saat kami ada perjalanan study tour,kebetulan jumlah siswa kelasku jumlahnya ganjil,sudah tau juga dong endingnya hehe...YAP aku adalah satu-satunya siswa yang dipilihkan kursi untuk aku duduk sendiri tanpa teman disampingku. Mungkin dewasa ini itu semua terdengar sepele,tapi bagiku itu menjadi memori pahitku semasa SD yang tidak mungkin aku lupakan. Dan ketahuilah semua itu semua tidak pernah sekalipun aku ceritakan ke orang tuaku. Disatu sisi aku yakin orang tuaku pahamnya aku bahagia tanpa merasa terluka sedikitpun disisi lain aku yakin jika aku menceritakan semuanya respon orang tuaku akan sangat berbanding terbalik dari respon yang aku harapkan. Prestasiku selama SD sebenarnya sudah cukup untuk menjadi modal untukku memilih SMP yang aku mau. SMP favorit di kotaku. Salah satu alasan terkuatku mempertahankan prestasi adalah untuk masuk di SMP yang aku mau ini. Tapi lagi-lagi aku hanyalah boneka bagi kedua orang tuaku,aku dimasukkan ke MTsN (setara SMP tapi berbasis agama). Walau MTs ku adalah MTs terbaik daripada MTs-MTs yang lainnya,tapi sungguh membayangkan atau merencanakan akan sekolah disitu tidak pernah sekalipun terlintas dipikiranku. Dan aku lagi-lagi tidak punya rekam jejak apakah orang tuaku pernah bertanya "gimana?sekolah di MTsN senang atau tidak?" Percayalah apa yang aku lalui saat MTs sampai ke perguruan tinggi tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi saat SD. Sendiri,minim teman,sepi dan tidak pernah ada yang bertanya sekalipun ke aku tentang bagaimana perasaanku. Itulah yang terbawa sampai detik ini bahwa "aku terbiasa memeluk erat lukaku sendiri"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 30 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Masih belum diketahuiWhere stories live. Discover now