8

123 24 2
                                    

Seorang omega cantik tengah menikmati waktu santainya dengan memandang senja yang hampir meredup karena tertelan malam.

Rain tak pernah membayangkan bisa menikmati waktunya dengan bebas selama satu minggu ini, meskipun dirinya sempat cemas karena takut keluarganya akan terkena masalah dari Phayu sang tunangan.

Tetapi kesempatan emas seperti ini tak akan mungkin terulang. Jadi tak apa bukan jika sesekali dirinya menjadi pembuat onar.

" Kau sudah sangat senang bukan?" sebuah suara mengejutkan Rain

" Tentu phi, hehehe.."

" Kalau begitu, apa mau pulang sekarang? Keadaan semakin kacau dan mencekam sejak kau menghilang." Nanon masih mengingat hari dimana dirinya yang mengantarkan Rain ke tempat persembunyiannya saat ini lalu kembali ke rumah Pawat seolah tak terjadi apapun

Setelahnya aura Phayu membuat semua orang yang berada di rumah Rain menjadi kesulitan bernafas karena amarah pria alpha tersebut.

Bahkan selama satu minggu ini, tunangan Rain itu terus saja menunjukkan ekspresi permusuhan kepada siapapun. Seratus meter merupakan jarak yang aman untuk berada di sekitar pria dominan tersebut.

Rain hanya terkikik geli ketika Nanon menceritakan semua hal yang terjadi selama satu minggu ini. Juga kakaknya yang uring-uringan karena tak berhasil menjaga adik satu-satunya.

" Ok phi, ayo pulang. Aku juga merindukan tunangan tampanku." ucap Rain dan mendapat jitakan sayang pelan dari Nanon

" Heh, kalau kau rindu seperti ini untuk apa kau lari, hah?!"

" Hehehe.. Kan ini bentuk aksi protesku phi, dan sekarang sudah cukup. Kalau aku tak segera pulang, mungkin orang rumah akan segera menjadi abu, karena terbakar api kemarahan tunanganku." jawab Rain menampilkan senyum gigi kelincinya tanpa dosa

" Dasar.. ck," ingin rasanya Nanon mengubur adik kekasihnya ini, setelah membuat kekacauan dengan mudahnya mengatakan lelucon yang mengancam keamanan keluarganya

Selama satu minggu ini Phayu menginap di rumah milik keluarga Rain, berharap tunangan cantiknya akan pulang dengan sendirinya.

Karena semua anak buah ayahnya tak bisa menemukan keberadaan sang tunangan hingga saat ini.

Perasaan marah dan juga khawatir terus menyelimuti pikirannya. Rasanya Phayu ingin menghancurkan kota kalau begini, agar sosok yang dia cari bisa ditemukan dengan mudah jika semua bangunan rata.

Untungnya itu hanyalah pemikiran konyol Phayu, karena pria dominan itu masih mempertahankan kewarasannya sampai sekarang.

" Papa... Rain pulang..." semua terkejut mendengar suara yang familiar menggema dari arah pintu luar

Phayu dan semua orang berdiri memastikan apakah seseorang yang baru saja berteriak merupakan orang yang selama satu minggu ini mereka cari.

Hingga sosok cantik itu masuk dengan wajah ceria dan senyum gigi kelincinya.

Aura Phayu yang selama satu minggu ini terus saja mengintimidasi semua orang lenyap seketika. Hatinya terasa lega melihat tunangan cantiknya dalam keadaan utuh tanpa lecet sedikitpun.

Dan semua mata kini beralih menatap sosok yang juga turut berjalan di belakang Rain dengan membawa beberapa kantong belanja milik Rain.

Saat perjalanan pulang tadi, Rain meminta berhenti di minimarket untuk membeli beberapa camilan dan Nanon mengiyakan. Tanpa dia tahu kalau Rain membeli camilan untuk stok satu bulan menurutnya. Karena tangannya kini penuh dengan kantong camilan Rain.

" Non, kenapa kau bersama Rain?" tanya Type meminta penjelasan calon menantunya

" Eum.. Nanon yang membawa Rain pergi pa," jujur Nanon dan semua kembali terkejut termasuk Pawat

" Kau itu apa-apaan sih? Kau tak tahu kalau kami semua khawatir dan juga takut.." Pawat berteriak pada kekasihnya

" Phi, kenapa berteriak sama phi Nanon sih?" teriak Rain balik

" Aku yang meminta phi Nanon membawaku bersembunyi. Aku tak suka pernikahanku dipercepat. Daddy sudah berjanji padaku kalau aku boleh memiliki mate ku sendiri saat aku berusia tujuh belas, tapi apa.. Daddy justru menjodohkanku dan tak bisa kutolak. Lalu sekarang aku harus menikah secepatnya, apa aku tak boleh memilih sendiri apa yang aku mau?" Rain berteriak dan menangis, selama ini dirinya sudah menjadi anak baik yang menuruti kemauan ayahnya tapi tetap saja tak bisa membuatnya meraih kebahagiaannya sendiri

" Apa kamu tak mau sayang menikah dengan Phayu?" Type mendekat, dirinya lupa putranya pasti memiliki pemikirannya sendiri

Rain menggeleng,

" Phi Phayu sudah menandai Rain, dan bukan Rain tak ingin menikah pa.."

" Tapi Rain tak ingin menikah secepat ini." Rain menangis dalam pelukan sang papa

Phayu mendekat, membuat Type memberi ruang bagi keduanya.

" Kau tak mau menikah dalam waktu dekat baby?" tanya Phayu lembut dan Rain mengangguk

" Tapi kau mau kan menikah denganku?" pria dominan itu seakan takut kalau tunangannya tak menginginkan hubungan mereka berlanjut

" Memang phi mau menikah dengan siapa hah?!" bukannya menjawab, Rain justru bertanya dengan kesal

" Sia-sia saja aku pulang!" Rain menghentakkan kakinya kesal dan berjalan ke dalam kamarnya lalu menutup pintunya keras

Semua orang heran dengan sikap Rain. Nanon menggaruk belakang kepalanya yang tak terasa gatal, karena semuanya kini menatapnya tajam.

" Eum.. sebenarnya Rain.. eum.." Nanon bingung harus mengatakannya atau tidak

" Rain kenapa Non?" Tharn bertanya karena kekasih putra sulungnya tak kunjung mengatakan penjelasan

" Rain kenapa sayang?" Pawat juga tak sabar

" Eung.." belum sempat Nanon menjawab, Rain sudah kembali dan menarik tubuh kakak iparnya tersebut

" Phi diam saja, ayo ikut aku!" Rain membawa kakak iparnya itu ke dalam kamarnya, meninggalkan tanda tanya besar pada diri semua orang







Setelah kepulangan Rain malam itu dan seakan marah pada semua orang. Rain tak mengijinkan siapapun masuk ke dalam kamarnya kecuali Nanon, calon kakak iparnya.

Phayu yang ingin memeluk tunangannya pun dia urungkan karena takut jika dirinya nekat memaksa akan berakibat buruk bagi hubungannya.

Hingga pagi ini tiba-tiba saja Rain sudah berada di dekatnya dan bergelanyut manja di lengannya di hadapan keluarga Rain.

" Phi..." panggil Rain manja

" Ya baby.." jawab Phayu cepat

" Rain mau minta sesuatu boleh?" Phayu menatap kedua orang tua Rain

" Boleh,"

" Rain mau punya mobil sendiri." sebenarnya tak masalah bagi Phayu membelikan Rain mobil berapapun atau juga jenis apapun, akan tetapi dirinya tahu kalau tunangan cantiknya ini tak pernah mengemudi

" Tapi kan baby belum bisa mengemudi sendiri, hmm..." Rain mengangguk membenarkan

" Rain kan cuma ingin punya mobil, nanti yang mengemudi biar supir saja." sahut Rain enteng

" Oh.. ok, baby boleh beli apapun yang baby mau." Phayu tersenyum, untuk yang satu ini dirinya bersyukur karena bisa menuruti keinginan tunangannya. Itu hal yang mudah untuk membeli sebuah mobil

" Bagus, ayo pergi!" Rain berdiri dan Phayu mengikuti langkah kaki jenjang Rain






Tharn, Type juga Pawat hanya bisa tercengang melihat tiga mobil yang sudah berjejer rapi di dalam garasi rumah mereka.

" Ini untuk aku pergi kuliah, ini untuk aku main dengan Sky, dan yang ini untuk aku kalau bosan.." begitulah jawaban Rain ketika ditanya kenapa membeli mobil sebanyak itu







TBC

Hello, My OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang