PINDAHAN

4 0 0
                                    

Gladys bersama ibu yang energik dan penuh semangat, serta adiknya, Robert, yang selalu riang, berada di tengah-tengah kehebohan mempersiapkan pindahan rumah mereka. Mereka telah mengatur segalanya dengan cermat, termasuk penggunaan pickup dan motor untuk memindahkan barang-barang mereka.

Di pagi yang cerah, mereka berkumpul di depan rumah lama mereka, siap untuk memulai petualangan baru mereka. Gladys tersenyum cerah, menatap rumah yang akan meninggalkannya dengan campuran perasaan sedih dan bersemangat. Ia memeluk ibunya erat-erat, merasakan kehangatan dan kekuatan dari pelukan ibunya.

"Aku pasti akan merindukan rumah ini, inget waktu kecil sama bapak." kata Gladys, suaranya penuh dengan nostalgia.

"Ya, tapi kita akan membuat rumah baru kita menjadi indah seperti ini atau bahkan lebih baik!" Ibu mereka menjawab sambil tersenyum.

Robert melompat-lompat dengan antusiasme, siap untuk petualangan baru. "Ayo, kita mulai!" serunya.

Mereka mulai memuat barang-barang ke pickup dan motor dengan hati-hati. Karton-karton penuh dengan kenangan dan perabotan dipindahkan dengan teliti ke dalam truk. Gladys, ibu, dan Robert saling bahu-membahu, bekerja sama dengan penuh semangat.

Setelah beberapa jam penuh kerja keras, semua barang telah dimuat. Mereka duduk di pickup dengan senyum kelelahan tetapi juga kepuasan atas pekerjaan yang telah mereka selesaikan.

"Perjalanan baru dimulai!" ucap Gladys sambil menyalakan mesin pickup.

Mereka meninggalkan rumah lama mereka dengan rasa haru dan penuh harapan untuk masa depan yang baru. Dengan pickup di depan dan motor di belakang, mereka melaju menuju rumah baru mereka dengan semangat yang tak terbendung. Sesekali, mereka tertawa dan bercanda, menikmati perjalanan mereka bersama sebagai keluarga.

-------

Tradisi Jawa yang dipegang erat oleh ibunya, Gladys dan keluarganya menunggu satu minggu untuk menempati rumah baru mereka meskipun barang sudah dipindahkan, mencari hari yang baik menurut tradisi kejawen. Malam takbir, yang dianggap sebagai saat yang paling baik untuk memulai kehidupan baru di rumah baru, akhirnya tiba.

Gladys dan keluarganya mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan untuk malam takbir dengan penuh kecermatan. Mereka membawa tikar untuk duduk, lampu sentir atau minyak untuk memberikan cahaya dalam gelapnya malam, dan daun dlingo bengle sebagai bagian dari ritual tradisional untuk menolak bala dan keburukan dari rumah baru mereka.

Saat matahari terbenam, keluarga itu berkumpul di ruang tengah rumah baru mereka. Mereka menyalakan lampu sentir dan menempatkan tikar di bawahnya. Ibunya memimpin doa-doa khusus yang dipercayai dapat membawa berkah dan perlindungan kepada keluarga mereka di rumah baru. Mereka membaca doa-doa dengan khidmat, memohon keselamatan, kebahagiaan, dan kemakmuran bagi mereka yang akan tinggal di rumah itu.

Setelah selesai berdoa, ibu Gladys mengambil daun dlingo bengle dan menempelkannya di beberapa sudut rumah, memohon kepada Tuhan untuk menolak segala macam bala dan keburukan yang mungkin mencoba masuk ke rumah baru mereka. Setelah semua ritual selesai, mereka duduk bersama di bawah cahaya lampu sentir, merasa damai dan dilindungi oleh tradisi dan kepercayaan mereka.

Malam takbir itu berlalu dengan kedamaian dan kegembiraan, memberikan awal yang baik bagi perjalanan baru mereka di rumah baru yang mereka cintai. Dengan keyakinan dan tradisi yang kuat, mereka menatap masa depan dengan optimisme dan harapan yang bersemangat.

Gladys meniup lampu sentir dan bergegas menyalakn lampu. Gladys, ibu, dan Robert berkumpul di kasur yang sama di dalam rumah baru mereka. Mereka merasa lelah tetapi penuh kebahagiaan setelah hari yang panjang dan penuh perasaan.

"Siapa yang akan menyangka kita akhirnya pindah ke rumah baru ini setelah segala kesulitan dengan sengketa warisan itu?" Ucap Glagys sambil memeluk gulingnya.

"Benar, Gladys. Rasanya seperti mimpi. Ini karena ibu dan kamu, adek gak pernah berhenti memperjuangkannya." Jawab ibu.

"Aku bahagia sekali kita akhirnya memiliki rumah baru ini. Rasanya begitu hangat dan nyaman di sini meskipun tidak seluas dan semewah rumah lama." Sahut Robert.

"Kita harus selalu bersyukur atas segala yang kita miliki, meski lewat lika-liku yang sulit. Sebenernya Gladys masih agak gak terima Bu kita cuma dikasih 1/3 bagian, itu kan gak adil." Kata Gladys sambil sedikit menggerutu.

"Kita telah belajar banyak dari pengalaman ini. Kekuatan keluarga dan kepercayaan kepada Tuhan adalah yang membawa kita melalui semua itu. Rajin berdoa itu juga penting, ibu berdoa setiap waktu supaya dimudahkan. Nyatanya dimudahkan juga kan? Kamu yang sabar, rejeki ada yang atur, dikasih seberapa yang penting kita bisa bebas dari belenggu dan bebas di rumah baru. Sudah ayok tidur." Ibu menasehati.

Mereka saling berpelukan erat, merasakan kebersamaan dan kehangatan keluarga mereka. Dalam ketenangan malam, mereka berbagi cerita dan tawa, merayakan kebahagiaan baru mereka di rumah yang baru ditempati. Dengan hati yang penuh syukur, mereka akhirnya tertidur dengan lelap, siap untuk memulai babak baru dalam hidup mereka.

MEMORI RUMAH LAMAWhere stories live. Discover now