2/3

679 32 0
                                    

"Kamu menyebalkan, Bisma! Harusnya aku yang protes karena kamu sudah membuatku marah hari ini. Aku tidak mau kulitku keriput hanya karena sikapmu yang menyebalkan. Di depan ada pertigaan, belok kanan" Ucap Anisa yang masih melipat kedua tangannya dan masih kesal dengan Bisma. Bisma langsung membelokkan mobilnya ketika sampai di pertigaan yang Anisa tunjukkan.

"Sudah sampai. Itu rumahmu?" Bisma mematikan mobilnya saat mereka sudah sampai di depan sebuah rumah berwarna putih yang megah itu.

"Apa kamu fikir aku menyuruhmu berhenti di depan rumah tetanggamu?" Anisa langsung membuka sabuk pengaman itu lalu membuka pintu mobilnya setelah menjawab pertanyaan Bisma. Bisma juga ikut turun dan segera membuka pintu belakang mobilnya lalu menenteng beberapa plastik belanjaan milik Anisa.

"Aku masih memiliki dua tangan yang sempurna tanpa kekurangan apapun. Dan aku bisa membawa semua belanjaanku sendiri. Minggirlah Mr. laugh" Anisa langsung mengambil beberapa kantung plastik yang sebelumnya Bisma pegang itu. Lalu Anisa segera berjalan meninggalkan Bisma yang masih stay di tempat itu. Bisma mengikuti Anisa dari belakang. Namun langkahnya terhenti karena Anisa menoleh kearahnya.

"Ah ya aku lupa. Terima kasih karena kamu sudah menolongku dan mengantarku pulang" Anisa kembali melangkahkan kakinya menuju ke depan pintu rumahnya yang sudah ditunggu oleh gadis kecilnya itu.Bisma kembali mengekori Anisa dari belakang. Ia melihat ada sosok anak kecil yang sangat lucu sedang menunggu di depan pintu rumah Anisa. Anisa yang merasa dirinya diikuti oleh Bisma itu menghentikan langkahnya. Lalu kembali menoleh kearah Bisma yang berada di belakangnya.

"Ada apa lagi tuan Bisma Karisma?" Anisa menahan rasa kesalnya itu pada Bisma yang kini sedang tersenyum padanya.

"Aku hanya ingin memastikan kalau kamu sampai rumah dengan keadaan selamat. Siapa tahu tiba-tiba saja kamu jatuh tersandung batu atau menginjak sepatumu sendiri. Umm.. itu anak siapa yang berada di depan pintu?"

"Ah itu.. umm.. adikku. Ya! Dia adikku" Bisma menyerngitkan dahinya. Ia sedikit tidak percaya dengan ucapan Anisa. Bagaimana munkgin Anisa memiliki seorang adik yang memiliki wajah bule, sedangkan wajah Anisa sama sekali tidak ada ke-bule-annya.

"Seriously ? Kenapa kalian tidak mirip?" Anisa terkejut dengan ucapan Bisma itu. Ia tidak terima kalau dirinya dibilang tidak mirip dengan anaknya.

"Lalu apa urusanmu kalau aku dan dia tidak mirip? Lagipula kita baru kenal beberapa menit yang lalu dan sekarang kamu sangat ingin tahu urusan keluargaku" Bisma memutar kedua bola matanya.

"Ya sudahlah. Lagipula bukan urusanku juga. Kamu yakin tidak membutukan bantuanku untuk membawa semua belanjaanmu itu, nyonya?" Anisa menatap Bisma geram saat Bisma menawarkan bantuan lagi. Bisma langsung tertawa melihat ekspresi Anisa seperti itu.

"Baiklah aku pulang. Ah ya! Aku hanya ingin mengingatkanmu, jangan terlalu galak dengan pria, bagaimana kalau tidak ada yang mau denganmu karena dirimu yang kelewat galak" Bisma berucap tepat di telinga Anisa yang membuatnya merinding. Anisa langsung mendorong tubuh Bisma.

"Tutup mulutmu dan cepatlah pulang" Anisa segera balik badan dan meninggalkan Bisma yang masih menatapnya dari kejauhan.

"Kenapa lama sekali, mom? Aku sudah menunggumu lebih dari setengah jam disini. Lalu siapa pria yang mengantarmu tadi? He's your boyfriend? Kenapa mommy tidak bilang padaku kalau mommy sudah punya kekasih? Dan kenapa mommy tidak mengenalkan pria itu padaku?" Jessica yang terus saja berbicara tanpa memberikan Anisa kesempatan untuk berbicara. Anisa membiarkan anaknya terus mengoceh sampai Ia duduk di sofa dalam rumahnya.

"Dengarkan mommy ya, Jessi. Pertama, pria itu baru mommy kenal di supermarket tadi karena mommy lupa membawa dompet dan dia yang membayar semua belanjaan mommy. Kedua, dia yang memaksa untuk mengantar mommy pulang. Ketiga, mommy tidak punya kekasih apalagi dengan pria itu. Keempat, kalau suatu saat Jessi bertemu dengan pria itu, Jessi harus memanggil mommy dengan sebutan 'kakak' " Tutur Anisa yang membuat Jessi heran. Jessi melipat kedua tangannya.

Something To SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang