WHISPERS 1. LANGKAH-LANGKAH

129 21 2
                                    

Sukhumvit Park,

Apartemen Marriot excutive

07:15 Am

Pada suatu pagi yang cerah, Faye terbangun dengan sinar mentari yang menyapa melalui jendela apartemennya. Dalam kedamaian pagi, ia merenung tentang perjuangan yang telah ia lalui, tentang mimpi-mimpi yang belum tergapai, dan tentang hati yang terluka namun tetap berdegup kuat.

Sambil menyeruput secangkir kopi di teras apartemennya, Faye membiarkan pikirannya melayang-layang ke masa lalu yang terkubur dalam kenangan. Kisah cinta yang pernah ia tuangkan dalam hatinya, kekecewaan yang perlahan ia sembuhkan, dan harapan yang masih membara di dalam dirinya.

Drtttt Drtttt

Namun di tengah refleksi yang mendalam itu, suara telepon yang berdering membuyarkan kesunyian. Dengan langkah mantap, Faye mengangkat telepon dan mendengar suara hangat dari pelanggan setia yang mengingatkan janji potongan rambut sore ini.

Dalam kesibukan yang menyelimuti harinya, Faye kembali ke barbershop, tempat di mana dirinya terlahir sebagai sosok yang bertahan melawan badai dan tetap tegar di tengah kesulitan. Di setiap guntingan, di setiap percakapan dengan pelanggan, Faye membawa cerita hidupnya yang tak pernah lekang oleh waktu.

Ketika senja mulai merambat di langit, Faye mengakhiri hari kerja dengan senyuman. Tidak terasa pagi telah berganti malam membuatnya segera menutup barbershopnya karena dia harus segera menemui ibunya, karena ibunya menelepon nya tadi siang.

Dengan penuh hati faye merapikan semua perlengkapan kerjanya dengan rapi sebelum menemui ibunya. Barbershopnya harus bersih ketika dia meninggalkan tempat kerjanya, karena dia orang yang rapi dan bersih.

Rttttt

Ketika faye telah siap untuk pergi, tiba-tiba suara pintu berderit menarik perhatian nya.

"Maaf, kami telah tutup. Silahkan datang kembali lain waktu" ujar faye tanpa menoleh, sambil mengambil dompet dan kunci mobilnya.

Seseorang tetap diam, bersandar pada dinding dekat pintu tanpa bersuara, faye membalikan tubuhnya untuk bergegas dan melihat siapa yang datang. Alisnya naik sedikit saat ia menghela nafas dan meletakkan kedua tangannya di dadanya.

"Wow, ada apa dengan wajah sialan itu?" canda seseorang dengan bodohnya pada faye yang memejamkan mata.

"Apa yang kamu inginkan, lux" Tanya faye sambil berjalan kedepan dan mendorong lux keluar. Hari sudah larut, ia ingin segera menemui ibunya, tapi monyet satu ini mencoba mengulur waktunya.

Lux yang mendengar fay mendengus padanya itu hanya terkekeh saja. Ia tahu betul bahwa tingkahnya membuat faye kesal, karena itu yang ia inginkan. Dia senang melihat fay kesal padanya, ia menikmati reaksi Faye padanya.

"Ow, c'mon, dude. Aku hanya ingin bersenang-senang," ujar Lux dengan santai sambil menghisap kembali Vape yang tergantung di lehernya.

Faye membalikkan tubuhnya lalu menutup pintu barbershop dengan hati-hati. Ia merogoh kunci di saku celana denimnya, memastikan untuk menguncinya dengan rapi sebelum melangkah pergi.

"Aku senang melihatmu baik-baik saja. Lagipula, aku ingin kamu ikut denganku. Ada sesuatu yang ingin kulihatkan padamu. Aku yakin kamu akan menyukainya," tambah Lux sambil mengangkat kedua alisnya, mencoba membujuk Faye yang berjalan tergesa tanpa memperdulikan ucapannya.

Faye yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya menggeleng. Tidak heran kenapa Lux tidak gentar sedikit pun, karena Faye tidak pernah marah padanya. Meskipun sedikit jengkel dengan sifat pemaksaan Lux, Faye harus bersabar menghadapi bocah ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Whispers of Tomorrow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang