29/2

6 1 0
                                    

"Mungkin hari yang sama hanya ku temukan 4 tahun sekali, namun ku berharap untuk mengulang segala yang terjadi hari itu, agar hari itu tak tersimpan sebagai memori menyakitkan dalam hidupku."

-page 60 of 346 days
29/2


.
.
.
.
.
.

29 February 2020

Pemuda itu menatap papan pengumuman yang menyantumkan daftar peserta olimpiade matematika di babak penyisihan yang dia ikuti saat ini, dia berada di urutan 7 dan berhasil lolos ke babak final. Namun ada yang yang menarik perhatiannya saat itu, peserta di urutan pertama.

Febby Lilian Meyra.

Siapa dia? Febby berasal dari sekolah yang sama dengannya, namun mengapa dia baru mendengar nama itu?

Dengan otak yang seukuran itu, jelas Febby adalah anak yang pintar, tapi apa anak sepintar itu tidak terkenal di sekolah? atau memang dia yang kurang jauh mainnya?

Begitulah respons pertama pemuda itu.

"Siapa Febby?" tanyanya pada seseorang di sampingnya, Ivan.

"Lo nggak tau? itu loh yang pakek kacamata." jawab Ivan yang membuatnya sedikit menarik ujung bibir.

Serius nih? Ivan yang notabenya kakak kelas saja kenal sama Febby, lantas kenapa dia yang satu angkatan tidak mengenalnya? meskipun mereka beda kelas seharusnya nama itu nggak se-asing itu kan? begitu pikirnya.

"Kenapa emang?" tanya Ivan, namun pemuda itu hanya menggelengkan kepala dengan banyak pertanyaan di kepalanya.

Entah mengapa dia merasa ada sesuatu yang berbeda dengan pemilik nama itu, sepertinya dia bukan gadis biasa, meskipun namanya pasaran dia merasa gadis itu sedikit berbeda dengan gadis pada umumnya.

Hari-hari setelahnya berjalan seperti biasa, Pemuda itu tidak bertemu dengan pemilik nama itu meskipun mereka berada di satu sekolah yang sama.

Setahun setelahnya, pemuda itu kembali mengikuti Olimpiade yang sama namun dia tak melihat sosok yang harapkannya? baru setelah dia lihat papan pengumuman ternyata gadis itu memang tidak ikut serta, tidak ada namanya di sana.

Di hari itu dia berhasil meraih juara 2, tapi dia tak begitu puas karena tidak ada Febby sebagai rivalnya, dia berfikir mungkin sekarang dia memang juara 2 tapi bukan berarti dia akan berhasil jika Febby ikut serta, kan?

"hoki nih pasti gue!"

Malamnya dia mendapat pesan dari seseorang yang tak pernah dia duga.

+628579*******
Haii

siapa?

febby 9c
save yaaa

Pemuda itu mengucek matanya berkali-kali, memastikan dia tak salah baca, layar hp-nya memang jelas-jelas menampilkan nama Febby disana.

Tapi kenapa Febby tiba-tiba mengirimkan pesan kepadanya? Febby yang terlihat judes dan galak itu? apalagi pesan Febby di luar ekspektasi  lagi, membuatnya bingung harus balas apa.

oke

Btw, selamat untuk hari ini
lo berhasil dapat juara.

Ternyata Febby hanya ingin mengucapkan selamat atas kemenangannya hari ini, menurutnya Febby sedikit aneh, padahal mereka tidak saling kenal tapi dia mau ngucapin selamat padanya, padahal dari luar gadis itu terlihat bodo amat.

iya, thanks hehee
lo gak ikut ya?

iya, gue gak bisa ikut.
giliran kan?
tahun kemarin gue, tahun ini lo

"Iya tahun kemarin lo juaranya, tapi gara-gara lo gak ikut serta tahun ini, gue  jadi pemenangnya, kan?" pemuda itu ingin membalas seperti itu, namun ia urungkan.

"Kalo lo ikut, pasti piala itu milik lo, bukan gue." ucapnya, namun dia tidak akan mungkin membalasnya begitu, hingga pada akhirnya chat itu berhenti disitu, setelahnya tak ada lagi pesan dari gadis judes itu, dan dia pun tak berani tuk memulai.

29/2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang