Bagian 31

2.1K 293 48
                                    






'Sekarang terserah kamu callista alifia. Klo kmu pilih vano, lebih baik aku yang pergi'

Callie menggelengkan kepalanya cepat, ia kini menarik tangan gabriel dan menggenggamnya erat sambil menatap memohon

'Jangan ngomong gitu el, Aku mohon. Aku sama vano bener bener gaada hubungan apa apa' callie menangis sejadi jadinya dan kini ia memeluk erat gabriel

Gabriel tetap diam, ia bahkan tak ingin membalas pelukkan callie sama sekali.

'Ayah kandung nachia udh mau tanggung jawab kan kel, tugas aku seharusnya udh selesai disini kel'

Callie melepaskan pelukkannya, ia kini menatap gabriel masih menggelengkan kepalanya

'Engga. tugas kmu masih panjang disini, kmu harus jagain aku sama nachia el'

Gabriel menggelengkan kepalanya 'Orang yang kamu sayang udh balik kel. Sekarang kalian harus bahagia sama sama'

'Engga el, aku bahagia sama kmu. Kita udh bahagia el hiks' tangis callie benar benar sudah tidak bisa dibendung

'Udh ya kel. Kmu gapernah bahagia sama aku, klo kmu bahagia harusnya kamu ga kaya gini kel' gabriel menatap callie dengan tatapan yang sangat teduh.

Sejujurnya sangat lelah berada diposisi gabriel.
Ia harus menahan rasa sakit setiap kali mengetahui istrinya masih berhubungan baik dengan pria yang harusnya ia benci. Bukankah sangat lelah dan sakit jika harus pura pura tidak tau apapun, padahal ia menyimpan semua bukti itu sendirian?

'Biar nanti aku yg ngomong sama papah jinan soal kita' gabriel hendak pergi namun callie langsung memeluknya dari belakang

'Gabriel jangan kaya gini, aku bener bener bakal jauhin vano el hiks. Aku mohon' callie memeluk tubuh gabriel erat

Gabriel memejamkan matanya sesaat, ia melihat tangan callie yang melingkar kuat dipinggangnya.
Sejujurnya ia benar benar tidak tega harus seperti ini, hatinya juga sakit melihat callie yang menangis memohon seperti ini.
Tapi jika gabriel terus terusan mengalah, callie akan semakin semena mena pada diri nya nanti.

'Kita masing masing dulu ya kel. Biar kita satu sama lain mikir buat kedepannya gimana' gabriel melepaskan tangan callie yang berada dipinggangnya dan berjalan keluar dari kamar, sedangkan callie ia semakin menangis sejadi jadinya didalam kamar.

Gabriel menuruni tangga, ia melihat nachia yang menangis digendongan mba ina, dan gabriel menghampiri nachia untuk ia gendong

'Kenapa sayang?' gabriel mengusap punggung nachia sambil ia kecup pipi sang putri

'Gatau mas dari tadi nachia nangis nangis, padahal biasanya ga gini' ucap mba ina

Gabriel memeluk lembut nachia sambil mengusap punggung nya, dan seketika tangisan nachia berhenti.

'Mas gabriel lagi ada masalah sama non callista ya' ucap mba ina takut takut, tidak ada jawaban apapun dari gabriel ia hanya memasang senyum tipisnya

'Biasanya mas klo orang tua lagi bertengkar, anaknya juga jadi ikutan rewel mas' sambung mba ina

Gabriel menatap nachia yang sudah semakin tenang. Ia mengusap pipi nachia yaang basah karna air mata dan keringat

'Mba, aku titip nachia sama callie ya untuk beberapa minggu ini' ucap gabriel sambil terus menatap nachia

'Loh emang mas gabriel mau kemana?' ucap mba ina sambil menatap bingung kearah gabriel

'Aku sama callie butuh waktu masing masing dulu mba, dan mungkin aku ga disini dulu untuk beberapa minggu' jelas gabriel

Closer [Cella] (SEDANG PRE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang