Seluruh isi istana kini terlihat begitu sibuk. Winteria dan Ningning yang mempelajari tata krama untuk menyambut tamu di pesta. Lalu, ada Gisellia yang sibuk mempersiapkan pernikahannya yang sebentar lagi akan berlangsung.
Perasaan takut itu memang benar adanya ia rasakan, namun ia tidak begitu takut lagi kini. Katarina menemaninya setiap kali ia harus pergi dari istana untuk urusan pernikahan.
Duke Markus Haziel juga sibuk untuk mendekorasi kediamannya. Ia ingin Gisellia bisa merasakan kenyamanan seperti saat berada di istana. Ia begitu memperhatikan setiap detail kamar yang akan ditempati oleh Gisellia. Perlakuan Markus memberikan jawaban yang manis bagi para pelayan yang bekerja disana. Mereka sangat menyakini dengan pasti bahwa majikannya begitu mencintai Putri Gisellia Frenzenden.
Di tengah kesibukan, salah satu putri mulai merasakan kejenuhan tiada akhir. Sudah sejak tadi ia terus menghela nafasnya dan menekuk wajahnya.
"Winteria, sampai kapan kita akan melakukan ini? Aku lelah menghabiskan waktu untuk mengingat semua nama ini."
"Marquess Gerald, Viscount Herald... Aku sangat membenci mereka! Mengapa harus ada acara seperti ini? Aku lelah, Winteria. Aku ingin menghabiskan waktu bersama Kak Gisellia sebelum ia menjadi seorang Duchess Haziel."
Ningning melempar asal semua daftar nama para tamu yang tak ia kenali. Dengan bibirnya yang mengerucut, Winteria memahami perasaan adiknya yang muak dengan semua ini. Winteria menaruh perhatian pada Ningning yang sudah berbaring di sofa dengan putus asa.
"Apa kau tahu bahwa Kak Gisellia juga menginginkan itu? Kita hanya perlu mengingat nama-nama ini, namun kakak harus melakukan tugasnya sebagai seorang putri Frenzenden dan Duchess. Aku rasa, kita tak berhak mengeluh terlalu banyak dibandingkan Kak Gisellia."
Winteria merenggangkan tubuhnya kemudian berjalan mendekati sofa dimana Ningning berbaring.
"Hei, Winteria."
"Panggil aku dengan sopan, Ningning!"
Ningning lantas tertawa saat melihat raut Winteria yang tak bersahabat begitu ia memanggilnya dengan nama.
"Kak Winteria, aku rasa kau terlalu banyak menjadi seorang putri kerajaan hari ini. Bagaimana jika kita kabur sebelum pelayan datang untuk makan malam?"
"Tidak, aku tak ingin melakukannya. Aku ingin menjadi putri yang baik."
"Kau berbohong. Tak ada seorang putri yang duduk dengan kaki terangkat sepertimu. Kau terlihat seperti pria mabuk."
"Hei! Kau terus saja menggodaku, Ningning. Ingatlah bahwa aku lebih tua dari padamu."
"Ingatlah juga bahwa aku adalah putri kesayangan Raja Frenzenden."
"Baiklah, kau menang. Lalu apa mau mu? Aku akan mengabulkannya bila kau berhasil membawaku ke dapur untuk menikmati camilan."
Ningning tersenyum lebar. Ia mengambil jubah berwarna hitam yang ia sembunyikan di balik lemari. Ia selalu menyukai hal seperti ini.
"Apakah kau akan pergi ke kota? Hei!"
"Tenanglah, aku akan kembali sebelum makan malam. Aku ingin melihat kembang api saat matahari terbenam."
"Lalu, bagaimana dengan pelayan yang mencarimu?"
"Kau saja yang urus. Aku pergi!"
"Astaga, yang benar saja."
Ningning melihat situasi di lorong dan pergi dengan begitu cepat seperti angin. Winter yang melihat itu menggeleng kepalanya hingga tersadar sesuatu.
"Bagaimana dengan camilanku?" Teriaknya. "Lagi-lagi dia membohongiku. Lihat saja nanti!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Freedom {æspa}
RomanceKerajaan Frenzenden yang memiliki keindahan dengan keempat putri Raja Frenzenden XII. Putri Mahkota Katarina Frenzenden Putri Gisellia Putri Winteria Putri Ningning Sekalipun tak ada Ratu Frenzenden yang mampu membimbing keempatnya, mereka tumb...