Jarum jam menunjukkan pukul 9.40. Cuaca pagi ini begitu cerah, cahayanya yang hangat menembus jendela dan sela-sela ruangan Musik.
Aku bersimpuh di lantai, seraya menyerahkan punggungku ke dinding. Perhatianku terfokus kepada seseorang di dimensi sana, seseorang yang mau menyimak segala ceritaku.
Kutu Buku Jenius : Hari ini Beethooven.
Pendengar yang baik : Beethoven?
Kutu Buku Jenius : Itulah yang sedang dimainkannya saat ini. Moonlight Sonata karya Beethoven.
Irama merdu Moonlight sonata membahana di penjuru ruangan, melodi yang muncul ketika tuts-tuts ditekan oleh jemari indahnya menembus relung hatiku, sungguh menyejukkan hati.
Beberapa menitpun berlalu, melodi dan harmoni melankolis itu pun berakhir.
Kutu Buku Jenius : Dia menyelesaikan permainannya, kini ia beranjak meninggalkan piano itu.
Pendengar yang baik : Kenapa dia tak melanjutkan permainnya?
Kutu Buku Jenius : Ini adalah permainan terakhirnya hari ini. Kini ia akan menuju ke perpustakaan untuk meminjam buku.
Aku pun bangkit, lalu dengan berhati-hati segera mengikuti langkah gadis anggun itu.
Setelah memasuki ruang perpustakaan gadis itu segera menghampiri rak yang berisikan buku-buku novel, dan aku berjarak sekitar 10 meter dibelakangnya.
Kutu Buku Jenius : Aku tau kebiasaannya, dia akan mulai membaca novel karya James Joys. Kalau dia mau meminjam buku, mungkin yang akan dipilihnya adalah "Dublliners".
Pendengar yang baik : Oh, iya? aku jadi makin penasaran nih, bisakah kau menceritakan lebih banyak tentang dia padaku?
Kutu Buku Jenius : Baiklah, pertama kali aku melihatnya ketika upacara pembukaan MPLS.
Kutu Buku Jenius : Pagi itu cuaca sedang mendung dan langit begitu kelam, Seluruh siswa sedang berbaris dan gadis itu berada tepat di sampingku.
Kutu Buku Jenius : Aku awalnya tak menghiraukan keberadaannya sampai suatu ketika ada seseorang yang menabraknya cukup keras, saat dia nyaris terjatuh aku reflek mengulurkan tanganku dan meraih tangannya.
Kutu Buku Jenius : Pada saat itu saat wajah kami saling berpandangan, dan kedua mata kami saling bertemu, aku benar-benar terpaku.
Kutu Buku Jenius : Semua tentang dia, mulai dari tangannya hingga ekspresi wajahnya yang dingin, begitu tajam seperti serpihan potongan kaca.
Kutu Buku Jenius : kulitnya yang putih terlihat sangat kontras dengan rambutnya yang hitam, dia juga memiliki iris mata yang hitam gelap bagaikan tak berdasar.
Kutu Buku Jenius : Waktu itu ia mengenakan seragam yang serba hitam seperti blazer, rok, hingga sepatu.
Kutu Buku Jenius : Tapi anehnya, saat aku memikirkannya, aku melihat sedikit warna ungu yang tercampur.
Kutu Buku Jenius : Warna ungu yang gelap dan sangat dingin.
Kutu Buku Jenius : Seusai sekolah, dia akan menuju ruang musik dan bermain piano seperti yang dilakukannya sebelumnya.
Kutu Buku Jenius : Setelah selesai dia selalu menuju ke perpustakaan, seperti yang dilakukannya saat ini.
Seraya berpura-pura sibuk membaca, tanpa sepengetahuannya beberapa kali aku mencuci-curi pandang ke arahnya.
Saat ini gadis itu tengah fokus membaca novel di meja bagian sudut perpustakaan. Aku sudah lama memperhatikan tingkah lakunya dan kutebak saat ini ia pasti sedang membaca novel-novel lama karya balzac, camus, Dostoyevsky, atau jane austin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simfoni Rasa : Himpunan Drama Kehidupan
Teen FictionKumpulan cerpen ini bagaikan simfoni kehidupan yang indah dan penuh makna. Setiap cerita yang disampaikan merajut kisah cinta, persahabatan, keluarga, dan pencarian jati diri yang insyaallah dapat menyentuh hati. Di balik alur cerita yang menarik da...