42. Rival

293 37 3
                                    

HappyReading





"Balik dulu," pamit Miguel sekilas sambil berjalan menuju pintu.

"Buru-buru banget kek bisnismen," celetuk Radit.

"Balik bareng elah," bujuk Haikal, "setengah jam lagi."

Aiden berdiri, "gue balik ya," ujarnya pada Rosi.

Gadis cuek itu mengangguk.

"Rail." Kini giliran Miguel menyapa Railey.

Gadis itu tersenyum, "hati-hati dijalan. Kabarin kalau udah nyampe."

"Ciee cieee."

Railey merotasi matanya. Lama-lama eneg juga di cie-cie in terus.

Miguel dan Aiden berjalan ke arah mobil namun interupsi seseorang dibelakangnya menghentikan mereka.

Aiden dan Miguel berbalik menatap Zidan.

"Gue mau ngomong bentar," ujar Zidan, "sama Miguel."

Miguel memberikan kunci mobil pada Aiden membiarkannya masuk dulu. Lelaki itu menyimpan kedua tangan ke dalam saku, siap mendengarkan.

"Jauhin Railey," Zidan to the point.

"Apa urusan lo?" Jawab Miguel tenang.

"Dia nggak suka sama lo."

"Oh ya?" Miguel tampak tak peduli.

"Railey sendiri yang kemarin bilang ke gue kalau dia nggak suka sama lo. Dia nggak ada perasaan apapun ke lo," kata Zidan percaya diri. "gue cuma mau peringatin lo aja. Daripada sakit hati nanti."

"Ada lagi?"

"Btw gue kemarin ngasih dia kalung. Diterima sama Railey. Kayaknya dia suka." ucap Zidan penuh percaya diri, "lo tau kan apa maksudnya? Mending mundur sebelum terlambat."

Miguel melirik pergelangan tangannya yang terlilit gelang berharga milik gadis itu yang Railey pakaikan sendiri padanya.  Tanpa sadar, Miguel tersenyum tipis lalu mendongak menatap Zidan, "ada lagi?"

"Itu doang," Zidan menepuk bahu Miguel, "jangan ganggu cewek gue." Ujarnya lalu pergi.

Miguel menatap bahunya dan beralih pada punggung Zidan yang masuk kedalam rumah Railey dengan rasa penuh kemenangan.

Miguel menggeleng kecil, "kasihan."







* * *







Sesampainya dirumah sakit, Aiden merebahkan diri di sofa. "Gue ngantuk," ujar cowok itu.

"Tidur di kasur nih, kosong," Miguel mengendikkan dagu pada kasur single kosong yang snegaja disewa diruangan itu.

"Ga mau."

Miguel mengendikkan bahu lalu mengecek Yudis, "gimana keadaan lo?"

"Mendingan," ujar Yudis.

Miguel menarik kursi, "ada masalah apa sama Clara sampe lo nyetir brutal kayak gini?"

"Salah paham doang." Kilah Yudis.

"Jangan sembunyiin apapun dari gue," perintah Miguel.

"Setiap orang punya rahasia, dan lo nggak berhak ngebuka paksa privasi orang lain," ucap Yudis.

Miguel mengangguk membenarkan, "lo bener. Tapi lain kali, kalau ada masalah itu cerita biar kita bisa cari jalan keluar bareng-bareng. Bukan kayak gini ngelampiasinnya. Untung lo masih bisa selamat, kalau enggak?"

Jasa Boga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang