Bab 2

450 35 11
                                    

Arabella menyibak gorden yang menutupi kaca jendela di kamar nya, membiarkan cahaya matahari masuk menembus ke dalam. Arabella menggeser kaca yang menjadi perantara kamar nya dengan balkon, ia melangkah dan berdiri diam disana.

Memejamkan matanya, Arabella menikmati angin yang berhembus sepoi-sepoi yang menyentuh kulitnya. Tidak lama Bintang yang baru saja merapikan pakaiannya ke lemari di kamarnya yang berada di sebelah kamar Arabella, melangkah menuju kamar Arabella dan menghampiri Arabella yang tengah berdiri di balkon.

Bintang memperhatikan Arabella sebentar yang tengah memejamkan matanya sebelum kemudian mengalihkan pandangnya ke arah lain. Tidak sengaja netra Bintang menangkap di bawah sana ada beberapa orang yang merupakan pelayan dirumah itu tengah memperhatikan Arabella.

Sadar akan pandangan Bintang, kedua orang itu melangkah pergi dari situ. Bintang mencoba mengingat nama kedua pelayan tadi yang jika ia tidak salah ingat, nama mereka adalah Louis dan Peter. Bintang akan mencoba untuk berbicara dengan mereka nanti untuk tidak mengulangi hal seperti itu karena itu tentu akan membuat Arabella tidak nyaman.

"Kenapa?" tanya Arabella yang menyadari kehadiran sahabat nya itu sejak tadi.
"Pelayan-pelayan yang tinggal disini itu suruhan tante milena kah, bella?"
"Katanya sih begitu, mommy sudah menyiapkan pelayan-pelayan untuk mengurus rumah dan menjaga anak-anak selama aku pergi bekerja disini" jawab Arabella. Ia perlahan membuka matanya dan menoleh pada Bintang lalu melempar senyum kecil.
"Terimakasih sudah menemani ku. Padahal kau baru menikah dengan Rohan satu bulan yang lalu, tetapi kau sudah pergi meninggalkannya untuk menemani ku"
"Apapun untuk mu, Arabella. Aku mungkin bisa saja acuh dan menikmati kehidupan pernikahan kami tetapi aku tidak bisa melakukan itu. Rasa takut ku jika kau bertemu lagi dengan Roberts bersaudara selalu menghantuiku. Aku tidak ingin kehilangan sahabat ku ini, aku menyayangimu tulus" Bintang mengusap lembut pundak Arabella dan tersenyum lebar.
"Terimakasih sudah mau bertahan di sisi ku. Aku akan mencoba kuat untuk menghadapi ini semua karena sekarang aku punya si kembar yang menjadi tanggung jawab ku. Aku ingin mereka tidak kekurangan kasih sayang walaupun mereka hanya memiliki diriku sebagai orang tuanya" Arabella tersenyum kecil menghadap langit cerah, berharap hari ke depan hidupnya akan cerah seperti hari itu.

"Aku melihat kau sangat terkejut tadi saat mendengar keempat lelaki tadi memperkenalkan nama mereka. Ku pikir kau butuh menenangkan pikiran mu dan seperti nya aku melakukan hal yang benar"
"Ya, kau mendengar sendiri 'kan? Suara mereka seperti tidak asing tetapi wajah mereka asing. Rasa trauma itu masih ada walaupun berapa tahun telah berlalu ketakutan itu masih ada dan rasa sakitnya masih membekas"
Mendengar ucapan Arabella, Bintang bergerak untuk memeluk Arabella. Seolah mengatakan kalau ia akan selalu ada untuk menjaga Arabella. Bintang ingin menebus kesalahan masa lalunya yang tidak bisa menjaga sahabatnya itu dan sempat kehilangan nya. Bintang tidak ingin Arabella kembali terjebak pada mimpi buruknya.

"Lupakan mereka Arabella. Sekarang kau aman disini, keempat kakak mu itu tidak mungkin datang kemari"

Prangg!

Arabella dan Bintang sama-sama terkejut dengan suara barang pecah dari luar kamar. Bintang melepaskan pelukan nya pada Arabella dan keduanya saling berpandangan. Arabella melangkah lebih dulu dan kemudian diikuti Bintang yang melangkah dibelakangnya untuk melihat apa yang terjadi.

Sesampainya mereka diluar Arabella dan Bintang terkejut bercampur bingung saat melihat ada pecahan gelas di depan kamar Arabella. Dan tidak lama datang Zena yang tengah membawa sapu dan pengki. Zena menundukkan kepalanya tidak berani untuk menatap Arabella karena berpikir Arabella akan marah.

"Maaf atas kelalaian saya, niat saya ingin mengantarkan minuman untuk anda tetapi tangan saya licin jadinya terjatuh" ucap Zena takut.
"Tidak apa-apa lain kali berhati-hati lah" ucap Arabella yang dibalas anggukan pelan oleh Zena.

Zena membersihkan pecahan-pecahan gelas yang jatuh ke lantai itu dan mengumpulkan nya dalam satu kantong plastik. Bintang merasa ada yang aneh dengan sikap Zena. Zena terlihat ketakutan padahal Arabella sama sekali tidak memarahinya.

"Kau kenapa sangat ketakutan, Zena?" tanya Arabella yang juga sadar dengan sikap aneh Zena.
"Saya tidak apa-apa nyonya. Saya baik-baik saja. Maaf atas kelalaian saya" ucap Zena kemudian ia melangkah terburu-buru meninggalkan tempat itu sembari membawa kantong plastik yang berisi pecahan gelas tersebut.

'Sepertinya ada hal aneh sedang terjadi. Aku harus cari tahu nanti' batin Bintang bersuara.

"Arabella, ku rasa kau juga butuh seorang pelindung yang bisa melindungi mu kalau-kalau ada bahaya mengancam" saran Bintang.
"Aku akan pikirkan itu nanti. Aku ingin beristirahat sebentar, jika kau tidak keberatan tolong lihat anak-anak ya?"
"Ok, kau istirahat lah. Besok akan jadi hari yang panjang untuk mu" Bintang menepuk pundak Arabella dan kemudian berlalu meninggalkan nya.

Arabella menutup pintu kamarnya setelah Bintang pergi meninggalkannya. Tanpa ia tahu ada seseorang yang mendengar pembicaraan mereka sedari tadi dan bersembunyi di kamar pertama yang berada disebelah kamar Arabella setelah dirinya tidak sengaja memecahkan gelas. Orang itu adalah Jevano. Tadinya Jevano hanya ingin mengantarkan Arabella minuman hangat namun batal saat dirinya mendengar Bintang menyinggung tentang Roberts bersaudara.

'Mencari pelindung, huh?'







••••

"Jadi, bisa kalian cerita sedikit tentang ibu kalian?"

"Bunda itu sangat baik. Dia sering menasihati kami dan melarang kami untuk melakukan apa yang salah, dia bahkan tidak segan-segan memukul kami jika kami ketahuan sedikit saja melukai orang ataupun hewan" ucap Gabriel.

Barra yang barusan bertanya tersenyum. Barra sudah mengira Arabella akan melakukan hal ini agar anak-anak nya tidak mengikuti jejak ayahnya.

"Dengar anak-anak, tidak apa-apa untuk menyakiti selama kalian puas" ucap Jeffrey yang kemudian mendapat tatapan bingung Gabriel, Daniel, dan Dariel.

"Seperti saat kalian bermain dengan hamster waktu itu, kalian bersenang-senang kan?" Hayden tersenyum kecil.
"Bagaimana paman bisa tahu?" tanya Gabriel, Daniel, dan Dariel serempak. Pasalnya tidak ada yang tahu hal itu selain mereka dan keempat lelaki yang mereka panggil papa itu.

"Tapi janji kalian tidak akan beritahu siapa-siapa termasuk bunda kalian sendiri?" Hayden mengangkat jari kelingkingnya.
"Janji" ucap Gabriel,Daniel, dan Dariel serempak.









Sementara itu....

"Katanya Gabriel, Daniel, dan Dariel bermain ditaman belakang tetapi kenapa aku tidak melihatnya?" monolog Bintang sembari mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk mencari si kembar.

"PAPAA!!"

Deg!!

Bintang mengikuti arah suara itu. Jantung nya berdebar, perasaan takut bercampur khawatir mengiringi langkah kakinya. Bintang menghentikan langkahnya saat melihat Gabriel, Daniel, dan Dariel tersenyum senang saat melihat ketiga lelaki yang mengenakan pakaian pelayan itu berdiri membelakanginya.

"Gabriel, Daniel, Dariel, kalian sedang apa?"

Deg!!


Tbc....

See U...👋🏻😉
Salam Hangat
-Ria

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

⚠️(21+) Haunted by a Crazy Love ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang