Satu

566 76 7
                                    

Happy Reading!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

"Lo kenapa mau banget sih Nay minjemin dia duit, lo kan tau cari duit tuh nggak gampang. Lo kudu ngendors, edit video berjam-jam, take video berkali-kali, tuh cowok malah enak-enakan mintain duit lo." Ansara mengoceh sepanjang mereka berjalan memasuki lapangan sekolah.

Bentuk ucapan tolol macam apa lagi yang harus Ansara lontarakan terhadap sahabatnya satu ini, menyadarkan Ranaya bahwa perilakunya itu sangat merugikan diri sendiri, ketimbang memikirkan hidupnya Ranaya lebih mengutamakan kebutuhan sang pacar.

"Dibalikin kok Sar sama dia." Jawab Ranaya.

Ansara memutar bola matanya jengah. "Lo kira gue bodoh? Sekarang gue tanya, emang uang yang dia pinjem 5 juta seminggu lalu udah dibalikin?"

Ranaya melirik wajah Ansara yang sedang emosi itu. "Katanya sekalian Sar."

"Tuh kan! Sekalian-sekalian, mana ada begitu. Duit lo yang dulu-dulu juga kagak balik, emang dasar cowok mokondo babi tuh orang!" Upat Ansara.

Ranaya tidak tersinggung sama sekali, sudah biasa mendengar Ansara mengupati sang pacar. Untuk membela juga Ranaya tidak bisa, ada saja kata-kata yang dipatahkan oleh Ansara terhadap kalimat pembelanya nanti.

"Ditagih Nay, lo mendem aja kayak gini yang ada dia besar kepala dan terus-terusan minta duit sama lo. Iya itu emang duit lo, tapi gue sebagai temen lo sendiri peduli sama lo Nay, gue saksi mata gimana capeknya lo kerja nyerocos didepan kamera."

Ansara heran kenapa Ranaya sebegitu cintanya terhadap Aizar yang notabenya pacar Ranaya. Sudah terjalin satu tahun hubungan keduanya, Ansara jelas sekali melihat Aizar makin memanfaatkan Ranaya.

Ranaya juga berkali-kali disadarkan tapi enggan sadar, menolak untuk menerima fakta yang terjadi. Itulah terlalu buta akan cinta sampai hal negatif pun menjadi hal biasa dimatanya.

"Iya iya Sar, udah masih pagi, lo jangan ngomel-ngomel gini dong."

Ansara mendengus kesal. "Ini juga gara-gara lo cerita si mokondo minjem duit, pagi tuh kabarin gue yang baek-baek napa!"

"Oh ya, rencana sekolah mau camping bersama tuh jadi beneran Sar?" Tanya Ranaya.

Ansara mengangguk, keduanya memasuki kelas yang sudah ramai. "Iya lah, si Marisa kemarin udah buat daftar kegiatannya. Mungkin hari ini diumumin sama anggota panitia mereka."

"Lo ikut?" Ansara bertanya.

"Lo?" Tanya Ranaya balik. "Lo ikut gue ikut Sar."

"Gue ikut, katanya seru seluruh angkatan ikut." Ranaya mengangguk.

Dengar-dengar acara ini banyak diminati oleh siswa, apalagi katanya donatur-donatur besar disekolah menginvestasikan fasilitas yang mewah untuk mereka nanti. Acara tahunan ini akan diselenggarakan 2 minggu dari sekarang.

"Sar, ikut nggak?" Memasuki kelas sosok pemuda yang baru saja duduk dibangku depan mejanya itu bertanya.

"Kenapa? Mau bayarin barang bawaan gue nanti?"

Azka tertawa kecil. "Chill, sama gue nanti belanja."

Ansara hanya diam, teman sebangku Azka itu Elang. "Lo Lang, Ikut?" Tanya Ranaya.

"Ikut, Bumi sama Azka ikut. Lo?"

Ranaya mengangguk. "Ikut, Sara ikut soalnya."

Mereka berempat bercerita, sesekali menggoda Ansara dan Azka. Dan cerita mereka memasuki bahasan sensitif untuk Ranaya dan Ansara.

"Club mulu otak lo." Cibir Ansara kepada Azka yang barusan mengatakan bahwa semalam mereka habiskan waktu di club.

"Lah, mumpung ada yang bandarin. Sesekali minum diteraktir orang." Ujar Azka.

"Iya Nay, cowok lo tumben banget neraktir, biasanya si Bumi. Tapi beberapa kali dia ikut kita, cowok lo selalu open table." Ucapan Elang seperti gumpalan debu yang menyumbat pernapasan Ranaya.

"Aizar?" Tanya Ranaya.

Elang mengangguk. "Emang dia nggak bilang sama lo ya?" Tanya Elang bingung saat melihat respon Ranaya.

"Lah goblok, keceplosan dong kita." Ujar Azka agak terkejut.

"Emang iya?" Tanya Ansara menyakinkan.

"Iya lah, ngapain kita bohong."

"Dari kapan? Maksud gue kalian udah sering main sama dia?" Tanya Ranaya.

Azka diam nampak berpikir. "Mungkin udah sebulanan ini lah ya, iya nggak sih Lang?"

Elang bergumam. "Beberapa kali ketemu dia terus, mayan kenal lah." Kata Elang.

Aizar itu kakak tingkat mereka, Ranaya kelas 11 dan Aizar kelas 12.

"Gue kata juga apa kan." Gumam Ansara yang hanya didengar oleh Ranaya.

Ranaya segera menghubungi Aizar lewat chat, semalam Aizar tidak bilang ingin mengunjungi club. Malah pemuda itu juga tidak mengabarinya, hanya pagi tadi saat berangkat kesekolah saja.

Kejadian ini bukan satu atau dua kali, sudah banyak orang yang mengadukan hal seperti ini kepada Ranaya.

"Sorry Nay, kita nggak tau." Ucap Azka merasa bersalah.

Ranaya mendongak dan tersenyum. "Nggak apa-apa, santai elah."

Senyuman yang ditunjukkan dan hati Ranaya itu berbanding balik, dibawah meja tangan Ansara mengelus tangannya memberi ketenangan.

"Lo pasti berantem ya Nay." Kata Elang.

"Iya lah, kalo nggak tonjok-tonjokkan juga gapapa. Gue maju duluan nolongin nonjok." Ucapan pedas Ansara menyunggingkan senyum Ranaya.

"Bjir serem amat." Azka terkekeh sambil mengacak rambut Ansara gemas. "Lo kalo ketemu dia lagi di club, tonjok Ka. Habis itu fotoin ke gue." Azka tambah terkekeh, melihat Ansara misuh-misuh seperti ini sangat menyenangkan.

"Iya nanti gue tonjok, izin Nay."

Ranaya tertawa kecil, keempatnya memang akrab dari kelas 10 sampai sekarang, apalagi Elang dan Ansara itu dari sd sampai sekarang selalu satu sekolah dan selalu satu kelas.

Elang nggak kecantol, tapi Azka yang kecantol, ehe!

•••

Instagram @anggiecrln

Tiktok @anggiecrlnnnn

15 Juni 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Achieve LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang