Kevlar menyeringai menatap wajah Lily,kemudian mendekati tubuh kaku Lily,membelai wajahnya dengan lembut.
"Kamu lupa, kalau aku berkuasa disini?",kata kevlar.
Lily perlahan mundur beberapa langkah kebelakang, menghindari sentuhan fisik kevlar.
"Kau menolak ku?",raut wajah kevlar berubah sedih,menatap tak percaya ke arah Lily.
"Kamu gila kevlar",kata Lily berteriak kencang, Lily tak dapat menahan gejolak emosinya pada kevlar.
Lily tak habis pikir dengan segala tingkah gila laki-laki didepannya, padahal ia hanya melihatnya saja tak sampai melaporkannya, melaporkannya pun Lily yakin takkan di gubris sama sekali.Lily mengepal tangannya kuat,cukup semalam saja ia di lecehkan oleh kevlar.
Kevlar tertawa terbahak-bahak, menikmati raut wajah penuh emosi Lily yang nampak lucu di matanya.
"Lily,kau mengemaskan sekali, rasanya aku ingin mengurung mu, menyentuh mu bahkan menjilati setiap inci tubuhmu",kevlar membasahi bibirnya,tatapan sensual tak lepas dari tubuh Lily.
"KAMU SITTING KEVLAR!!",teriak lily, dirinya benar-benar emosi,melihat tatapan kevlar yang begitu menjijikan.
Lily melangkah pergi ia butuh istirahat,ini benar-benar menguras energinya juga mental lily,walaupun baru kemarin berurusan dengan kevlar namun dampak sangat besar bagi Lily.
Belum dua langkah Lily pergi,kevlar segera mencegahnya,memegang tangan Lily dengan kuat.
"Mau kemana sayang?",kevlar menyeret Lily ke arah gudang sekolah, berkali-kali Lily berusaha melepaskan cengkeraman kevlar namun semua berujung sia-sia,kevlar terlalu kuat,kelautan mereka tak seimbang.
"Kevlar lepasin!!",ronta Lily, tangannya terasa perih akibat cengkraman kevlar.
"Tugas kamu belum selesai Lily",kevlar menatap tajam wajah Lily,membuka pintu gudang,Lily mengira jika gudang yang kevlar maksud adalah gudang kotor penuh dengan debu namun nyatanya gudang
Yang kevlar maksud adalah sebuah kamar.Bola Lily membola,otaknya mengatakan ini bahaya,dengan panik Lily melepaskan cengkeraman kuat kevlar walaupun ia tau akan sia-sia namun apa salah mencoba.
"Lepasin kevlar,aku gamauu!!",air mata mengalir deras di pelupuk mata Lily, membayangkan nasibnya kedepan nanti.
"Jangan nangis sayang,aku bakalan pelan-pelan",kevlar menangkup wajah Lily yang tengah menangis, menatapnya seolah iba.
Lily menggeleng-gelengkan kepalanya diiringi dengan isakan menyedihkan,tak ingin membuang kesempatan,Lily dengan sekuat tenaga menendang tukang kering kevlar, membuat sang empu berteriak kesakitan.
"Akkhhh".
Lily dengan cepat berlari meninggalkan gudang sekolah,tanpa memperdulikan teriakan kevlar,keringat dingin disertai dengan air mata membasahi tubuhnya.
Lily harus pergi jauh ia akan pindah sekolah mulai besok, Lily harus menyusul kedua orang tuanya. HARUS!!.
" larilah sebisa mu Lily",kata kevlar menatap tubuh yang kian mengecil dari tatapan matanya.
"Sepertinya kau ingin jika aku benar-benar melakukannya Lily"seringai yah,kevlar memasuki gudang, menghempas kan tubuhnya di atas kasur, membayangkan tubuh Lily berada di bawahnya.
"Lily kau benar-benar membuat ku gila".
"Mama aku mau pindah sekolah mulai besok,bisa kan?",Lily mengigit bibir gugup saat tak mendapati jawaban dari ibunya, bagaimana jika ibunya tak setuju?.
"Mama?", panggilnya lagi,namun mamanya masih tak merespon.
"Halo?, mama masih di sana kan?,ma.....".
"Lily, dengarkan mama nak, pindah sekolah itu nggak mudah sayang,kamu mau beasiswa kamu sia-sia?,kamu nggak ingat perjuangan kamu buat dapatin beasiswa itu?,kalo kamu kesepian mama bakal sering-sering ngabarin,jangan kekanakan-kanakan Lily",kata mina dengan panjang lebar.
"Tapi maa, bukan masalah itu",kata Lily berusaha menjelaskan namun Mina tetap kekeuh.
"Mama nggak mau dengar penolakan kamu,Lily kamu tetap sekolah disana,jangan bikin mama pusing,mama tutup telponnya,mama sibuk",Lily menatap layar handphone nya dengan air mata mengalir.
"Mama,aku harus berlindung kemana lagi?",tanya nya,Lily luruh di atas lantai, bagaimana nasibnya besok,tak mungkin kevlar membiarkannya begitu saja setelah ia menendang tulang kering laki-laki itu,pasti kevlar akan membalas berkali-kali lipat.
Laki-laki itu menatap tua Bangka di depan nya dengan senyum dingin, menyerahkan koper berisi uang tentu saja jumlah tak sedikit,bakan Uang itu bisa saja membeli harga diri seseorang.
"Bagaimana?",tanya nya,tatapan sinis berkali-kali laki-laki itu layangkan, bagaimana bisa seseorang rela menjual anaknya demi uang?, benar-benar mata duitan.
"Saya setuju tuan, ambil saja putriku!",jawabnya cepat,tatapan binarnya tak lepas dari lembaran-lembaran merah di atas koper,segala rencana untuk menghabis kan uang tersusun di otak dangkalnya.
"Apakah uang lebih penting dari keselamatan putrimu?",tanya nya lagi, laki-laki itu tak habis pikir dengan pola pikir putranya,namun sebagai ayah yang baik ia akan memenuhi keinginan sang anak termasuk membeli seorang putri dari penjudi di depannya.
"Tidak taun,uang lebih berharga bagi ku", ucapnya,tak ada raut bersalah di wajahnya, otaknya hanya tentang uang dan uang ia tak butuh anak dan istrinya.
"Baiklah,mulai sekarang putrimu adalah milik anakku,jangan coba-coba menyentuhnya lagi",katanya, mendekati pria itu,lalu mencondongkan pistol tepat berada di atas kepalanya"atau kau ingin mati",bisiknya tajam.
Pria tua itu hanya mengangguk mengerti, sekujur tubuh bergetar, terkejut,tentu saja.
"Keluar!!", perintahnya tanpa ingin dibantah,pria tua itu dengan cepat pergi dari ruangan penuh kegelapan itu.
"Ayah,kenapa kau menakuti calon mertuaku?", ucap seseorang muncul dari kegelapan.
"Kenapa tak langsung membunuh nya saja?", lanjutnya, disertai tawa menggema,ayahnya hanya menatap diam.putranya benar-benar gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEVLAR
Teen Fiction"kamu enak",ucapnya setelah mencium bibir tebal Lily,kevlar tersenyum miring menatap wajah memelas lily. Lily tanpa sengaja memergoki kevla yang tengah berciuman dengan seorang perempuan di belakang sekolah dan kevlar mengetahui yah, akibatnya Lily...